Mohon tunggu...
Jesica
Jesica Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

God is Good All The Time

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandangan Orang Kristen terhadap Penderitaan

29 November 2019   17:55 Diperbarui: 25 Juni 2021   01:40 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandangan Orang Kristen terhadap Penderitaan (unsplash/james-coleman)

Penderitaan adalah suatu kejadian yang menyakitkan yang dialami manusia seperti musibah bencana alam, sakit penyakit, kehilangan harta, kehilangan orang yang dikasihi, dsb. Apabila penderitaan tidak dihadapi dengan pandangan yang benar maka penderitaan menjadi hal yang dipandang buruk dan sulit untuk dijalani.

Setiap orang dapat kecewa kepada Allah karena penderitaan yang mereka alami. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana seharusnya pandangan yang benar sebagai orang kristen terhadap penderitaan? Melalui tulisan ini, penulis akan menelaah segi pandangan penderitaan yang di ambil dari buku Walking With God Through Pain and Suffering yang ditulis oleh Timothy Keller.

Di dalam penulisan bukunya ia menuliskan alasan mengapa penderitaan terjadi dan bagaimana kita harus menanggapinya melalui pemahaman Alkitab dan contoh kasus nyata orang yang bijaksana melihat penderitaan sehingga mereka berhasil melewati penderitaan yang dialami.

Oleh karena itu, penulis saat ini akan memaparkan bagaimana orang Kristen seharusnya memandang penderitaan itu secara benar yaitu Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi termasuk penderitaan, sehingga di harapkan orang Kristen dapat berjuang menghadapi penderitaan. Ada tiga sudut pandang yang akan dipaparkan penulis dalam tulisan ini.

Baca juga :Tujuan Hidup Orang Kristen Bukan Berbuat Baik, Lalu Berbuat Jahat?

Pertama, penderitaan yang disebabkan karena dosa yang dilakukan manusia. Misalnya, dalam kisah Raja Daud membunuh Uria dan mengambil Batsyeba sebagai istrinya lalu Allah menulahi anak yang dilahirkan Batsyeba hingga mati, dan Allah mengutus nabi Natan untuk memperingatkan Daud akan kesalahannya sehingga Daud menjadi sadar dan bertobat. Penderitaan yang dialami Raja Daud ini, membuat ia sadar akan kekurangannya dan ia berbalik pada Allah.

Seperti kata pemazmur dalam Mazmur 19 : "Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari[1]". Maka melalui penderitaan dapat menyadarkan kita untuk peka akan kesalahan kita. Berikutnya, kita dapat melihat kisah nabi Yunus yang diutus Allah untuk memberitakan Firman Allah di kota Niniwe, tetapi Yunus tidak taat pada Allah, dan ia pergi melarikan diri ke kota Tarsis.

Maka dalam perjalanan Yunus ke kota Tarsis dengan kapal, tiba-tiba ia diperhadapkan dengan penderitaan akibat ketidaktaatannya yaitu ditelan seekor ikan besar. Dan Yunus tinggal didalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam lamanya. Melalui kejadian ini, Yunus menjadi sadar kepada Allah dan ia pun berbalik taat untuk  melakukan apa yang diperintahkan Allah baginya. 

Sebagai orang Kristen kita dapat melihat bahwa penderitaan dapat menjadi sarana Allah untuk menyadarkan umat-Nya dan membawa kita agar berbalik kepada Allah dan menjalani hidup yang benar untuk memuliakan-Nya.

Kedua, penderitaan sebagai kedaulatan Allah atas kehidupan umat-Nya. Dengan kata lain, karena Allah adalah pencipta dan Tuhan atas alam semesta, tidak ada yang dapat terjadi baik maupun jahat, di luar kehendak-Nya yang berdaulat.[1]

Misalnya, melalui kisah Ayub, seorang yang saleh di mata Tuhan, akan tetapi mengalami penderitaan yang diijinkan oleh Allah, dan Allah mengembalikan segala kepunyaan Ayub karena ia setia pada Allah. 

Baca juga : Alasan Orang Kristen Tidak Bisa Kerasukan Hantu

Penderitaan yang di alami Ayub ini merupakan penderitaan yang dipakai Allah untuk membawanya kepada keadaan demi menaati Allah saja, dan bukan karena Ayub bersalah di mata Allah tetapi dapat menjadi sarana baginya untuk memiliki hidup yang sepenuh hati kepada Allah.[2]

Maka di dalam kehidupan orang Kristen kita dapat melihat Allah yang berdaulat dalam segala sesuatu dan Ia memakai kejadian penderitaan dan duka yang terjadi untuk tujuan mulia-Nya.

Ketiga, penderitaan sebagai contoh teladan Kristus bagi umat-Nya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan orang Kristen menderita karena Kristus juga menderita ketika Dia hidup di dunia ini. 

Penulis Kristen bernama George Mac Donald mengatakan seperti ini "Anak Allah menderita sampai mati, bukan agar manusia nantinya tidak lagi menderita, tapi agar manusia bisa menderita seperti Dia".[3]

Yesus ialah Allah yang mengambil rupa menjadi manusia dan rela menderita hingga mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, dan karena ketaatan-Nya manusia dapat bebas dari belenggu dosa dan kita dapat bersandar pada Yesus selama kita hidup sebagai satu-satunya Juruselamat memperoleh hidup kekal. Penderitaan yang Yesus alami memanggil setiap orang Kristen untuk menderita bagi kemuliaan-Nya. 

Baca juga : Rencana Allah bagi Orang Kristen Bukan Yahudi (Ulasan Eksegetis atas Efesus 2:1-10)

Seperti dalam 1 Petrus 1:15 "Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. Kita dipanggil untuk menyesuaikan dengan gambar Yesus Kristus.

Kesimpulannya adalah penderitaan apabila di pandang secara benar yaitu Allah turut bekerja dalam segala sesuatu di dunia ini termasuk penderitaan sehingga di harapkan orang Kristen dapat berjuang menghadapi penderitaan. Sebab Allah senantiasa hadir bersama-sama dengan umat-Nya.

Bibliografi:

  • Currid, John. Mengapa Aku Menderita: Penderitaan dan Kedaulatan Allah. Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2009.
  • Keller, Timothy. Walking With God Through Pain and Suffering. Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun