Ahimsa juga mengajarkan untuk melawan ketidakadilan tanpa kekerasan. Dalam konteks korupsi, ini berarti melaporkan penyimpangan atau pelanggaran etik dengan cara yang konstruktif dan berorientasi pada perbaikan, bukan pada balas dendam atau permusuhan. Langkah-langkah melaporkan dengan cara Ahimsa:
- Mengumpulkan bukti yang valid sebelum membuat laporan, untuk memastikan bahwa tuduhan yang diajukan tidak bersifat subjektif atau emosional.
- Menggunakan jalur resmi, seperti unit pelaporan internal atau lembaga anti-korupsi, untuk memastikan masalah ditangani secara profesional.
- Tidak menyerang atau memfitnah individu yang terlibat, tetapi fokus pada perbaikan sistem untuk mencegah kesalahan serupa di masa depan.
Contoh Praktis:
Seorang karyawan yang menemukan adanya manipulasi anggaran di tempat kerjanya melaporkan kasus tersebut ke bagian manajemen risiko. Ia menyampaikan fakta-fakta yang jelas tanpa menyerang atau menyalahkan siapa pun secara personal, sehingga fokus tetap pada solusi dan bukan pada konflik.
5. Mengambil Tindakan Preventif untuk Mencegah Korupsi
Pencegahan adalah bagian penting dari Ahimsa. Tindakan preventif dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada peluang bagi korupsi atau pelanggaran etik terjadi di masa mendatang. Tindakan preventif yang sesuai dengan Ahimsa:
- Membuat dan menerapkan sistem kontrol internal yang ketat, seperti pembagian tugas, verifikasi ganda, atau audit berkala.
- Melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan, misalnya melalui forum transparansi publik atau mekanisme umpan balik.
- Menyusun kode etik yang jelas dan memastikan setiap anggota organisasi memahami serta mematuhi aturan tersebut.
Contoh Praktis:
Di sektor pemerintahan, seorang kepala daerah dapat memperkenalkan mekanisme pengaduan daring yang memungkinkan warga melaporkan kasus penyalahgunaan wewenang secara anonim. Dengan cara ini, peluang untuk korupsi diminimalkan, sekaligus memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan.