Mohon tunggu...
Jernita Mendrofa
Jernita Mendrofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih dalam proses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggapan Brian Siawarta tentang Kekristenan Progresif

22 April 2024   19:00 Diperbarui: 22 April 2024   19:03 2111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bryan Siawarta, terlahir di tengah keluarga yang mengasihi Tuhan dan aktif melayani di gereja. Meskipun begitu Brian menganggap bahwa agama hanyalah aturan tanpa makna. Setiap Minggu, dia hanya pergi ke gereja sebagai rutinitas, tanpa benar-benar memahami maknanya. Ketika Bryan memasuki masa SMP, SMA, dan kuliah, ia semakin jauh dari iman dan gereja. Bahkan, ia hanya pergi ke gereja sekali sebulan, dan itu pun hanya sebagai caranya "membayar" dosa-dosanya kepada Tuhan, tanpa menunjukkan kerinduan yang sesungguhnya kepada Tuhan. 

Bryan merasa dosanya sudah melampaui batas, dan upayanya di gereja hanya sekadar membayar perbuatannya. Setelah menyelesaikan kuliah di luar negeri, Bryan kembali membantu bisnis keluarganya. Saat itu ia sudah punya segalanya, mulai dari mobil, pacar, teman-teman, dan kehidupan sosialnya. Baginya, dosa-dosa terasa sangatlah menarik. 

Namun, kebahagiaan yang diberikan oleh dosa ternyata hanya bersifat sementara. Bryan mencoba mencari kepuasan di dalam hidupnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, akhirnya ia menyadari bahwa tidak ada yang bisa mengisi kekosongan dalam hatinya. Masalah dan perasaannya selalu hambar. Bahkan setelah ia terlibat dalam dosa berjam-jam atau bahkan sepanjang hari. Namun, di tengah perasaan kehilangan ini, kenangan masa kecil Bryan saat dekat dengan Tuhan di gereja kembali menghampirinya. Ia mulai mencoba berdoa kepada Tuhan, memohon petunjuk akan tujuan hidupnya, alasan keberadaannya, dan makna hidupnya di dunia ini. 

Meskipun ada banyak tantangan dalam hidupnya, Bryan tetap berdoa dengan tulus dan kembali mendekat dengan Tuhan. Kemudian, sebuah undangan dari seorang teman membawanya ke konferensi Hillsong di Australia. Meskipun masih berada dalam perang antara dunia terang dan dunia gelap, Bryan mendengarkan firman Tuhan di konferensi ini. 

Pada tanggal 4 Juli 2014, Bryan merasakan pertemuan yang sangat nyata dengan Tuhan di tengah kerumunan ribuan orang di Sydney, Australia. Melalui pengalaman itu, Bryan merasa Tuhan memanggilnya untuk masuk ke sekolah Alkitab.Bryan menyadari bahwa Tuhan memiliki rencana yang luar biasa untuk hidupnya, yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

(https://www.jawaban.com/read/article/id/2023/10/01/58/231001172644/perjalanan_brian_siawarta_temukan_tuhan_yang_penuh_kejutan). 

Namun, pada podcast nya di episode yang ke 40 ia membahas tentang Kristen yang progresif! Dibilang sesat Yesus pun juga sesat. Hal ini bertolak belakang dengan kepercayaannya. Ia mengakui bahwa Yesus Kristus adalah sang Juru selamat. Namun, ia beranggapan bahwasanya Yesus Kristus itu juga bisa salah. Sebagai orang percaya kita tau bahwa hal itu bertentangan dan di anggap ajarannya sesat. 

Kristen progresif adalah kekristenan yang mengakui bahwa keselamatan itu diperoleh melalui perbuatan baik jadi tidak penting apakah kita percaya kepada Yesus atau tidak. Asalkan kita melakukan pengajaran -pengajaran yang Tuhan Yesus ajarkan kita akan diselamatkan, hal ini menurut saya bertentangan dengan firman Tuhan sebagaimana Yesus berkata ”Akulah jalan kebenaran dan hidup tidak ada seorang pun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”, kemudian Roma 10:9 juga mengatakan ”Barang siapa mengaku dengan mulut dan percaya dalam hatinya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan ia akan diselamatkan”. Nah dari sini kita tau bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus. 

Jadi Brian menjelaskan bahwasanya kekristenan sekarang terlalu kaku. Ia beranggapan bahwa kekristenan zaman sekarang ini organisasinya di bentuk dengan sesuka hati dan beranggapan ini benar itu salah ya itulah yang namanya kekristenan . katakan benar jika benar dan kata salah jika memang itu salah. Jangan suam-suam kuku, Tuhan Yesus mengajarkan tidak ada daerah abu-abu , jadi Brian ini percaya dengan Alkitab tetapi dia sendiri mengatakan bahwa Alkitab ada kemungkinan bisa salah. 

Jadi kita orang percaya tidak mungkin mengatakan bahwa Alkitab bisa salah. Tidak ada kitab suci orang kristen yang isinya bisa salah karna kitab suci itu merupakan kebenaran yang memang benar dan dipercayakan. Jadi buat kita marilah kita cari dengan bijaksana hamba-hamba Tuhan yang sehat, hamba-hamba Tuhan mengerti doktrin minimal dasarnya ada dan mengerti apa itu keselamatan. Jika kita ngomong tentang kristen progresif , kristen progresif ini adalah perkembangan dari kristen Liberal dan ini sudah diterapkan di negara- negara Barat seperti Amerika dan juga Eropa tetapi hasilnya bisa kita lihat dan saksikan sekarang, apakah kekristenan di Eropa sekarang maju, apakah kekristenan di Amerika juga maju dan apakah lebih baik dari pada kekristenan di Asia. 

Dari hal tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa Firman Tuhan memang benar, dan ada banyak orang-orang terdahulu menjadi yang terakhir dan yang terakhir menjadi yang terdahulu. Saya melihat bagaimana perkembangan kekristenan di Asia saat ini memang sedang sangat melesat sekali dan pengajarannya mungkin memang tidak sesuai dengan ajaran yang sesungguhnya. Namun kita orang-orang yang dipakai Tuhan haruslah tetap teguh kepada Tuhan dan mengakui Yesus Kristus sebagai Allah kita dan saya yakin dan percaya hal ini akan membuat gentar si jahat.

Mungkin si jahat pasti menggunakan berbagai macam cara dan pengajaran-pengajarannya untuk menyesatkan anak-anak Tuhan jadi dari sini saya ingin kita semua jangan tersesat, tetaplah ada digaris yang benar bahwa yesus kristus satu-satunya juru selamat kita, yang menjadi persoalan bukannya perbuatan baik kita tetapi yang menjadi persoalannya ialah benarkah kita sudah percaya kepada yesus bahwa ia adalah Tuhan kita. Bukan hanya diucapkan tetapi benar-benar dari dalam hati. ketika kita berkata bahwa melalui perbuatan baik kita bisa selamat disitu kita sudah terlihat 100% tidak percaya kepada Yesus sebagai sang juru selamat. Tanda-tanda orang tidak percaya ya seperti itu dan bagaimana ia berlogika, bagaimana dia membaca Alkitab atau bagaimana dia menafsirkan firman Tuhan tersebut . jadi dari sini kita boleh belajar bersama-sama untuk saling berpedoman pada injil yang murni dan Alkitab tidak perlu lagi untuk diragukan keasliannya jadi dimanapun kita lebih berhati-hatilah dalam mendengarkan perkataan-perkataan hamba Tuhan yang mungkin bisa jadi belum mampu mendalami apa makna sesungguhnya di dalam Alkitab. 

Sebagai orang terpelajar kita juga harus berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara atau beranggapan, carilah kebenaran dan bukan pembenaran. Jangan menganggap diri sendiri bijak dan bersandar pada pengertian diri sendiri. Namun tetaplah teguh dan taat terhadap isi dari pada Alkitab. kita jangan memasukkan isi pikiran kita untuk menyesuaikan konteks yang ada di dalam teks Alkitab. Biarlah kita memaknainya dengan apa adanya di dalam isi teks Alkitab tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun