Mohon tunggu...
Jeri Santoso
Jeri Santoso Mohon Tunggu... Nahkoda - Wartawan

Sapiosexual

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Laudato Si" dan Pertobatan Ekologis untuk Masa Depan Hutan Indonesia

11 Oktober 2019   07:27 Diperbarui: 11 Oktober 2019   07:56 4367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Merawat ekosistem mengandaikan pandangan melampaui yang instan, karena orang yang mencari keuntungan cepat dan mudah, tidak akan tertarik pada pelestarian alam." (Laudato Si, No 36).

Pada bagian-bagian pembuka ensiklik laudato si, Paus Fransiskus langsung menyentil akar persoalan ekologis, bahwa motivasi dan moral yang dangkal menjadi sebab krisis ekologi sekarang ini. 

Ia dengan tegas menentang konsumerisme dan sikap instan umat manusia yang mengabaikan tugas penting dalam menjaga kelestarian ekosistem. Dengan basis-basis teologisnya, ensiklik ini merunut berbagai persoalan alam dalam ajaran iman Katolik.

"Ekosistem hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kompleks dan hampir mustahil dinilai sepenuhnya, namun ketika hutan tersebut terbakar atau ditebang untuk tujuan perkebunan, dalam waktu beberapa tahun spesies yang tak terhitung jumlahnya punah dan wilayah itu sering berubah menjadi lahan telantar dan gersang...." (Laudato Si, no 38). 

Beberapa dekade terakhir kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi, khususnya setelah bencana El Nino (ENSO) 1997-1998 yang menghanguskan lahan hutan seluas 25 juta hektar di seluruh dunia (FAO 2001; Rowell dan Moore).

Selama peristiwa ENSO, Indonesia mengalami kebakaran hutan yang paling hebat di dunia. Citra situasi kota yang diliputi kabut, hutan yang terbakar dan orangutan yang menderita terpampang di linimasa publik, membanjiri berita-berita utama di surat kabar dan televisi nasional maupun internasional.

Kejadian ini dinyatakan sebagai salah satu bencana lingkungan paling buruk sepanjang abad (Glover, 2001), karena dampaknya bagi hutan dan juga jumlah emisi karbon yang dihasilkannya sangat besar.

Jenis hutan alam di Indonesia adalah kategori hutan tropis atau hutan hujan basah, sehingga lantai hutan selalu dalam kondisi basah atau lembab. Hampir 99% kejadian kebakaran hutan di Indonesia disebabkan oleh aktivitas manusia, baik sengaja maupun tidak sengaja. 

Hanya 1% di antaranya yang terjadi secara alamiah (Syaufina, 2008). Pelaku karhutla diidentifikasi adalah pemegang izin atas kawasan hutan atau hak guna usaha yang tidak memiliki izin.

Sebelumnya kebakaran hutan dan lahan dengan kerugian yang sangat parah juga pernah terjadi di Indonesia. Pada tahun 1982/1983 lahan yang terbakar mencapai 3,6 juta hektar dengan kerugian yang ditimbulkan lebih dari 6 triliun rupiah.

Pada tahun 1987, kebakaran menghanguskan 66 ribu hektar hutan dan lahan, pada tahun 1991 menghanguskan 500 ribu hektar, serta lebih dari 5 juta hektar pada tahun 1994/1995.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun