Kalau tidak salah Social Justice sendiri pertama disebutkan oleh tokoh kiri China Mao. Dan memang fundamental nya berdasar impian mereka tentang Utopia yang berisikan kesempurnaan moral dari umat manusia, semuanya senang, tidak ada konflik, tidak ada persaingan, tidak ada kriminal karena semua dilegalkan apabila mayoritas menyetujui, penuh pelangi, unicorn, dsb. (saya kutip dari orang-orang Liberal)
Untuk orang-orang romantis dan melankolis seperti itu, Keadilan sosial itu tidak ada untukmu, karena maknanya memang bukan se ekstrim itu.
Dalam setiap debat, orang-orang bermoral yang membahas moralitas dan kemanusiaan memang akan cenderung untuk mendapat lebih banyak simpati dan applaus sehingga dilihat oleh orang-orang bahwa ialah yang menang. Mungkin ini juga yang mendasari kenapa salah satu Cagub mendapat begitu banyak dukungan meski terjerat banyak kasus terbengkalai dan record track yang buruk, karena hampir semua kritik dan solusinya hanya berdasarkan nilai-nilai moral yang bukan karakteristik Cagub satunya.
Selama tidak dilatar belakangi keresahan akibat tindak-tindak kriminal, pelecehan, pelanggaran HAM atau bullying, menurut saya keadilan sosial tidak pantas dijunjung. Sebab artinya kalian hanya tersungging dalam waktu tertentu saja.
Dan dari situ saya menyimpulkan sebuah solusi dahsyat nan aduhai untuk para sumbu pendek penjunjung keadilan yaitu :Â
toughen up kid, this is a rough world indeed.
Diakir kata, ini semua hanya opini mahasiswa pecinta alam semesta.
Daftar pustaka :Â
redaksiindonesia.com diakses pukul 6.50 pm, 28-03-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H