Sejak semalam dan pagi ini, 26 Juli 2019, publik dikejutkan dengan berita menghebohkan. Brigadir Rangga Tianto (32 Tahun) menembak mati rekannya sendiri, Bripka Rahmat Efendy (42 tahun) di Polsek Cimanggis. Korban ditembak sebanyak tujuh kali di bagian perut, leher, dan paha sehingga tewas di tempat.
Ada apa dengan anggota kepolisian? Mengapa aksi sebrutal ini terjadi di antara rekan penegak hukum? Apakah emosi Rangga Tianto begitu meledak dan tak tertahankan sehingga harus mengorbankan rekannya sendiri?
Pihak kepolisian sendiri belum memerinci lebih lanjut soal penyebab penembakan itu. Tetapi beberapa data dan informasi elementer dapat kita tangkap dari media massa.
Intinya, Bripka Rahmat Efendy, anggota Samsat Polda Metro Jaya diberitakan menangkap FZ, seorang pelaku tawuran dan membawanya ke Polsek Cimanggis, Depok dengan barang bukti sebilah celurit, sekitar pukul 20.30.
Tidak lama berselang, datanglah Brigadir Rangga Tianto bersama Zulkarnaen, orang tua FZ. Rangga Tianto kemudian meminta Bripka Rahmat Efendy menyerahkan FZ ke orangtuanya untuk dibina lebih lanjut. Rahmat Efendy menolak permintaan itu.
Rangga Tianto konon menjadi emosi dan kemudian menembak rekannya sendiri karena Rahmat Efendy berbicara dalam nada yang tinggi dan menolak permintaan tersebut.
Penembakan itu terjadi sekitar pukul 20.50, itu artinya hanya berselang 20 menit setelah Rangga Tianto bersitegang dengan Rahmat Efendy. Bayangkan bahwa dalam waktu sesingkat itu seorang Rangga Tianto tidak bisa menahan emosinya dan langsung menghabisi nyawa rekannya.Â
Dan dia menembak secara brutal dengan sebuah pistol HS 9. Bayangkan juga bahwa seseorang berdiri di hadapan korban yang adalah manusia dan kemudian menembaknya sebanyak tujuh kali. Jangankan manusia. Melukai dan membunuh makhluk hidup saja seharusnya orang tidak tegah.
Dengan begitu, penyebabnya sudah dapat dipastikan. Brigarir Rangga Tianto adalah pribadi dengan emosi yang meledak-ledak. Dan jika dia datang bersama Zulkarnaen, pertanyaannya, apa hubungan dia dengan orang tua korban itu? Jika hanya dalam 20 menit saja Rangga Tianto sudah meledak emosinya, kemungkinan besar ada pembicaraan yang intens dengan Zulkarnaen, entah di mana.Â
Dan dapat terjadi bahwa emosi Rangga Tianto diaduk-aduk karena pembicaraan itu. Apakah ada hubungan keluarga di antara mereka? Masih harus dibuktikan.
Demikianlah, emosi yang meledak-ledak dan tak terkendali telah menjadi penyebab Rangga Tianto membunuh rekannya sendiri.