Dengan kekuatan moral apakah Andi Arief akan melakukan hal ini? Apakah dia masih sanggup tersenyum bangga dengan dirinya sendiri ketika berada di antara orang banyak sambil orang banyak itu melihatnya dari dalam hati sebagai orang yang "cacat"? Apakah senyumnya masih seindah sebelum tersandung kasus narkoba? Apakah kegalakkannya sungguh-sungguh akan menjadi pisau yang mematikan bagi lawan politik?
Rasanya tidak. Bagi saya, Andi Arief telah habis.
Kita Perlu Bersimpati
Eforia pemberitaan akan terus keras hari-hari ke depan. Seluruh jejak digitalnya segera terbongkar dan diulas, kemungkinan dengan nada sarkastik dan hinaan, mirip yang Andi Arief lakukan selama ini terhadap penguasa dan lawan-lawan politiknya.
Tetapi sebagai sesama manusia, ada baiknya juga kita berhenti menghujat. Ada waktunya kita bersimpati dan mengucapkan turut prihatin. Kini saatnya kita mengungkapkan rasa iba kita sambil berharap agar Andi Arief melewati hari-hari ke depan secara jantan.
Mungkin ini momen yang tepat bagi Andi Arief untuk berefleksi. Baik kalau mantan aktivis itu sedikit menengok ke belakang, mencermati jejak-jejak pijaknya yang telah ia bangun, mungkin tidak sepenuhnya jujur dan tulus dalam berpolitik demi kemajuan bangsa, tetapi lebih demi kekuasaan dan pemuliaan diri. Entahlah sekarang saatnya untuk belajar menjadi manusia dalam artinya yang penuh.
Saya doakan Anda, ya Andi Arief, semoga tegar menghadapi kemelut hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H