Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pemilu dan Ajakan Memilih Orang Baik

20 Februari 2019   11:48 Diperbarui: 21 Februari 2019   07:49 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pemilihan Umum diharapkan menjadi kesempatan untuk memilih orang baik. (Sumber: HARYADI/RADARMAS -- radarbanyumas.co.id)

Mengikuti konstruksi narasi soal pemimpin "yang baik" dan menghubungkannya dengan tokoh tertentu membuat kita jatuh dalam apa yang diistilahkan G.E. Moore (1873-1958) sebagai "kesesatan naturalistik" (naturalistic fallacy). Bagi Moore, mendefinisikan sesuatu sebagai "baik" berdasarkan amatan terhadap bagian-bagiannya yang dianggap sebagai milik alamiah (natural properties) dari yang didefinisikan sama sekali tidak menjelaskan apa/siapa yang didefinisikan (Terence Irwin, 2009: 625-630).

 Baik untuk diingat, bahwa kesesatan jenis ini terutama terjadi ketika kita menguraikan sifat-sifat baik tertentu (pekerja keras, sederhana, jujur, bersih, intelek, penuh gagasan, dan semacamnya) kemudian menyimpulkannya sebagai "sifat yang dimiliki seseorang". 

Ilustrasi: Pemilihan Umum diharapkan menjadi kesempatan untuk memilih orang baik. (Sumber: HARYADI/RADARMAS -- radarbanyumas.co.id)
Ilustrasi: Pemilihan Umum diharapkan menjadi kesempatan untuk memilih orang baik. (Sumber: HARYADI/RADARMAS -- radarbanyumas.co.id)
Dalam logika berpikir ini, menyimpulkan bahwa Jokowi, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, atau siapa pun sebagai "baik" karena memenuhi sifat-sifat baik harus dikategorikan sebagai kesesatan berpikir, tepatnya naturalistic fallacy.

Alih-alih menerima atau mengafirmasi konstruksi narasi perihal "orang baik" atau "sosok pemimpin yang baik" dan mempersonifikasikannya, kita seharusya bertanya tentang "baik" (good) dan "yang baik" (the good). Seluruh karakter baik yang kita deskripsikan itu, dalam pemikiran Moore, adalah "yang baik". 

Demikian pula halnya dengan "kesejahteraan umum", "keadilan sosial", "kebaikan bersama" serta cita-cita bersama lainnya sebagai. Sementara "baik" tetap merupakan sifat yang tidak bisa didefinisikan. Pembedaan semacam ini mencegah kita mempersonifikasi seorang tokoh sebagai "yang baik", apalagi "baik", mengingat hal terakhir tidak pernah bisa diurai atau didefinisikan.

Gagasan filosofis yang sekilas rumit ini sebenarnya membantu kita bersikap realistis terhadap bangun narasi politik mengenai "orang baik" atau "pemimpin yang baik". 

Pertama, mengatakan bahwa "yang baik" bukan merupakan pendefinisi "baik" akan menyehatkan proses politik kita dari dua aras. Di satu pihak, sikap intelek semacam ini mampu membendung agresivitas konstruksi narasi politik yang bombastis, yang mencari-cari watak baik sebanyak mungkin untuk kemudian diklaim sebagai sifat tokoh tertentu. 

Di aras yang lain, sifat-sifat baik lainnya yang diproduksi ayat-ayat suci agama untuk ditempelkan pada calon pemimpin tertentu juga tidak lebih dari klaim tak-berdasar.

Kedua, meminjam cara berpikir Moore, meskipun sifat atau watak "yang baik" tidak pernah boleh dipersonifikasi sebagai sifat seseorang, itu tidak berarti bahwa "baik" tidak bisa dijelaskan. 

Di sini lagi-lagi G.E. Moore membantu menyehatkan wacana politik kita. "Baik" harusnya merupakan identitas seseorang yang sudah jelas dengan sendirinya.

 Jadi, mengatakan bahwa seorang (calon) pemimpin itu "baik" hanya akan menjadi suatu kebenaran jika "baik" telah menjadi jati diri atau identitas orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun