Bagi saya, judul sebuah berita tidak hanya memicu saya membaca berita tersebut, tetapi juga membangkitkan imajinasi, cara berpikir tertentu, dan sebagainya. Ini juga yang terjadi ketika saya membaca judul sebuah features yang ditulis Dionisius Reynaldo Triwibowo (DRT) yang diberi judul "Wangi Jengkol dari Rimba Terakhir".
Ketika membaca judul ini, pikiran saya tidak tertuju pada dua suku kata pertama, yakni "wangi jengkol". Kedua kata ini tidak cukup kuat membangkitkan imajinasi, mungkin karena makna denotatif yang dikandung keduanya.Â
Ya, "jengkol" itu memang wangi, meskipun untuk sebagian orang, dia mengandung bau yang kurang enak (bahkan juga menghasilkan bau ketika orang yang mengkonsumsi jengkol membuang air kecil).
Dua kata terakhirlah yang memicu imajinasi saya: "Rimba Terakhir". Rimba, ya sebuah hutan belantara, kawasan maha luas penuh dengan berbagai jenis pohon, beraneka tanaman lainnya, hewan liar, aliran sungai.Â
Juga tanah yang lembab, bebatuan, batang-batang pohon yang selalu basah, lumut yang membuat jalanan menjadi licin, bunyi burung, rintihan atau lolongan binatang buas, dan sebagainya.Â
Lalu kenapa "terakhir"? Apakah rimba itu akan segera beralih fungsi? Apakah rimba itu akan segera hancur atau dikonversi? Apakah rimba itu menjadi tempat pertaruhan nyawa terakhir kalinya oleh seseorang atau sekelompok orang? Mungkin rimba itu ada di Kalimantan, Sumatera, Papua, di Sulawesi, atau di pulau-pulau besar lainnya.
Sebagai catatan pinggir, imajinasi adalah kemampuan menghasilkan atau memroduksi gambar, citra (images), gagasan dan sensasi dalam pikiran. Gambar atau citra ini dihasilkan pikiran tanpa input atau perantaraan penginderaan langsung, terutama melihat atau mendengar.Â
Proses ini mungkin saja mampu dibangun subjek dalam pikirannya karena pengalamannya berelasi atau berada dalam sebuah momen, suatu kisah atau kejadian kuat dan berkesan di masa lampau, dan sebagainya.Â
Imajinasi juga membangkitkan fantasi tertentu, entah menyenangkan, menakutkan, penuh ketegangan dan horror, dan sebagainya.Â