Bagi mereka, pelayanan kesehatan adalah bagian hakiki dari panggilan menjadi dokter.
Karena itu, sangat tidak etis jika pelayanan kesehatan itu dibumbui dengan tarif atau biaya tertentu yang dinyatakan secara eksplisit.
Iklan ini juga menarik perhatian saya. Saya juga bertanya, "Apakah iklan semacam ini adalah etis?" Jika tidak etis, mengapa dapat dikatakan demikian? Pada bagian manakah iklan tersebut dinyatakan tidak etis?
Sebelum menjawab ini, saya memutuskan untuk mendiskusikannya dengan mahasiswa keesokan harinya. Apalagi, mahasiswa saya ini sedang memelajari topik pelayanan kelansiaan juga, jadi rasanya cocok.
***
Setelah membaca iklan yang saya tayangkan di kelas, para mahasiswa pun segera bereaksi. Dan reaksi mereka pun ada yang setuju dan ada yang menolak.
Menariknya, alasan penolakan yang disampaikan para mahasiswa itu mirip dengan alasan para dosen mereka yang berdiskusi melalui WAG para dosen.
Bagi mahasiswa ini, iklan tersebut tidak etis karena berusaha mencari keuntungan dalam pelayanan kesehatan.
Mereka juga menambahkan bahwa pelayanan kesehatan adalah bagian dari panggilan menjadi dokter, bahwa menjadi dokter itu harus melayani orang sakit, karena itu, sangat tidak etis membertahu tarif pelayanan sebelum pelayanan itu diberikan.
Prinsip Keadilan
Untuk lebih memperdalam perspektif, saya mengajukan pertanyaan demikian. Jika dilihat dari sudut pandang prinsip keadilan (justice) sebagai salah satu dari empat prinsip etika biomedis sebagaimana dikemukakan Beaucham dan Childress (tiga prinsip lainnya adalah prinsip autonomy, beneficence, dan non-maleficence), apakah ada masalah etis yang muncul sehubungan dengan prinsip tersebut?