Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membandingkan Pengikut SBY dan Jokowi di Twitter, Logika Jongkok Wartawan dan Pengabaian Etika Jurnalisme

24 April 2018   13:09 Diperbarui: 24 April 2018   13:22 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan SBY. Sumber: https://www.viva.co.id/berita/nasional/1029370-pengikut-twitter-jokowi-kalahkan-sby

Tetapi lagi-lagi Si Wartawan tidak mempertimbangkan karakteristik pengikut, isu-isu yang dikicaukan, dan apakah isu-isu itu disukai atau malah menimbulkan resistensi. Selain itu, wartawan juga gagal membuktikan bahwa banyaknya tweet berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah pengikut. Dengan begitu, menyimpulkan bahwa Jokowi mengalahkan SBY dari segi pengikut twitter adalah kesimpulan yang serampangan.

Etika Jurnalisme

Terlepas dari apakah media pemberitaan ini berbobot atau tidak, saya berpendapat bahwa setiap wartawan harus memerhatikan dan mentaati etika jurnalisme. Lima prinsip etika jurnalisme yang bisa dijadikan dasar rujukan adalah  (1) kebenaran dan keakuratan, (2) independensi, (3) kejujuran dan imparsialitas, (4) menghormati kemanusiaan, dan (5) akuntabilitas.

Menurut ranking alexa.com, portal berita viva.com menduduki ranking 32 dari 500 portal berita dan informasi di Indonesia dan berada di urutan 969 dalam ranking global. Portal berita ini dikunjungi oleh rata-rata 1.341.552 orang setiap hari. Itu artinya ketepatan (akurasi) dan kebenaran isi berita tidak bisa ditawar. Bayangkan, berapa banyak orang yang menjadi korban "penipuan" (misinformasi) jika prinsip kebenaran dan keakuratan tidak dipertimbangkan dalam pemberitaan?

Peringkat portal berita viva.com menurut alexa.com
Peringkat portal berita viva.com menurut alexa.com
Sehubungan dengan berita yang saya ulas di atas, saya tidak melihat adanya keterkaitan dengan prinsip-prinsip etika jurnalisme lainnya. Hanya saja saya sekilas memikirkan prinsip independensi (prinsip kedua). Dengan tingkat kunjungan pembaca yang sangat tinggi, setiap wartawan pasti diberi target untuk menulis dan memublikasikan sekian berita sesuai yang ditargetkan. 

Apalagi jika jumlah pengunjung itu digunakan sebagai "modal" untuk memasarkan media ke para pemasang iklan. Dalam arti itu, saya agak mengkhawatirkan independensi wartawan dalam penulisan berita -- dari aspek kecepatan pemberitaan dan jumlah berita yang harus dipublikasikan -- serta mekanisme pengeditan berita di dapur redaksi.

Apakah jutaan pembaca viva.com sangat percaya pada isi pemberitaan portal berita ini? Kita harus menelitinya lebih jauh. Harapan saya sederhana: semoga semakin banyak pembaca yang menjadi melek dan kritis pada pemberitaan media massa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun