Tetapi lagi-lagi Si Wartawan tidak mempertimbangkan karakteristik pengikut, isu-isu yang dikicaukan, dan apakah isu-isu itu disukai atau malah menimbulkan resistensi. Selain itu, wartawan juga gagal membuktikan bahwa banyaknya tweet berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah pengikut. Dengan begitu, menyimpulkan bahwa Jokowi mengalahkan SBY dari segi pengikut twitter adalah kesimpulan yang serampangan.
Etika Jurnalisme
Terlepas dari apakah media pemberitaan ini berbobot atau tidak, saya berpendapat bahwa setiap wartawan harus memerhatikan dan mentaati etika jurnalisme. Lima prinsip etika jurnalisme yang bisa dijadikan dasar rujukan adalah  (1) kebenaran dan keakuratan, (2) independensi, (3) kejujuran dan imparsialitas, (4) menghormati kemanusiaan, dan (5) akuntabilitas.
Menurut ranking alexa.com, portal berita viva.com menduduki ranking 32 dari 500 portal berita dan informasi di Indonesia dan berada di urutan 969 dalam ranking global. Portal berita ini dikunjungi oleh rata-rata 1.341.552 orang setiap hari. Itu artinya ketepatan (akurasi) dan kebenaran isi berita tidak bisa ditawar. Bayangkan, berapa banyak orang yang menjadi korban "penipuan" (misinformasi) jika prinsip kebenaran dan keakuratan tidak dipertimbangkan dalam pemberitaan?
Apalagi jika jumlah pengunjung itu digunakan sebagai "modal" untuk memasarkan media ke para pemasang iklan. Dalam arti itu, saya agak mengkhawatirkan independensi wartawan dalam penulisan berita -- dari aspek kecepatan pemberitaan dan jumlah berita yang harus dipublikasikan -- serta mekanisme pengeditan berita di dapur redaksi.
Apakah jutaan pembaca viva.com sangat percaya pada isi pemberitaan portal berita ini? Kita harus menelitinya lebih jauh. Harapan saya sederhana: semoga semakin banyak pembaca yang menjadi melek dan kritis pada pemberitaan media massa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H