Dengan kata lain, posisi asosiasi dokter yang mempertahankan janji untuk menghormati kehidupan menjadi sangat sentral dan andal.
Bagaimana kalau kemudian asosiasi para dokter dan ikatan profesi sudah mulai lunak terhadap praktik euthanasia? Pertanyaan ini berhubungan dengan praktik euthanasia yang sudah mulai dilegalkan di beberapa negara sejak abad 20. Sejak bulan November 2017, euthanasia telah menjadi praktik yang legal di Belanda, Belgia, Kolombia, Luxemburg, dan Canada.
Lalu bunuh diri berbantuan adalah praktik yang legal di Switzerland, Jerman, Vermont, Montana, Washington DC, dan California. Dan sejak bulan Februari 2018, euthnasia aktif (bunuh diri berbantuan) dan euthanasia pasif (mercy killing) menjadi praktik yang legal di Korena Selatan. Diperkirakan negara bagian Victoria di Australia akan melegalkannya di pertengahan tahun 2019.
Tahun lalu misalnya, ketika negara bagian Victoria di Australia mulai gencar-gencarnya mempersiapkan diri melegalisasi euthanasia, asosiasi para dokter di sana mengadvokasi para pembuat undang-undang untuk tidak mendukung kebijakan ini. Nyatanya surat dari asosiasi dokter yang dikirim ke para perumus undang-undang itu tidak digubris dan euthanasia tetap dilegalkan di negara bagian itu.
Jadi, ada semacam kekhawatiran -- terutama di kalangan para dokter dan penggiat kemanusiaan yang anti euthanasia -- bahwa posisi moral ikatan dokter akan menjadi goyah dan mereka akan mendukung euthanasia. Dan kekhawatiran ini mulai nampak dalam surat peringatan yang dikeluarkan oleh FIAM (Fdration Internationale des Associations de Mdecins Catholiques).
FIAM mulai mencium pergeseran posisi moral asosiasi dokter internasional (WMA) dan kebijakan-kebijakannya yang mulai mengarahkan dukungan kepada praktik euthanasia. Dokter John Lee, presiden FIAM Singapura mengklaim bahwa "WMA sedang memiliki rencana untuk memperkenalkan dua ukuran kebijakan dalam memfasilitasi aborsi dan euthanasia yang marak di dunia, dengan cara membatasi keberatan dokter atas nama suara hati."
Sebagai informasi, salah satu pertahanan moral para dokter -- terutama mereka yang menolak mempraktikkan aborsi dan euthanasia -- adalah apa yang disebut sebagai "conscientious objection" atau keberatan dan penolakan atas nama suara hati.
Konkretnya, seorang dokter memiliki hak menolak melakukan aborsi dan euthanasia meskipun praktik itu diperbolehkan dan legal di tempat di mana sang dokter berpraktik. Nah, pertahanan moral dokter ini yang sekarang tampaknya mulai digerusi organisasi kedokteran sendiri.
Bagaimana caranya? Dokter John Lee mensinyalir bahwa WMA sekarang sedang mengusulkan ke Deklarasi Oslo tentang Aborsi Terapeutik (2006) supaya mempertimbangkan ulang larangan terhadap aborsi dengan misalnya mendorong dokter supaya merujuk pasien yang meminta aborsi ke rekan sejawat lainnya dan mendorong dosen supaya memberikan aborsi yang aman dalam situasi tertentu jika dibutuhkan.