Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Langkah Mengenal dan Menangani Isu

24 Oktober 2017   13:19 Diperbarui: 24 Oktober 2017   13:37 3388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi atau debat dapat membantu pengidentifikasian sebuah isu (fourletternerd.com)

Setelah mempertimbangkan fakta-fakta terkait, mengidentifikasi isu dan merumuskannya dalam bentuk pertanyaan, mengevaluasi berbagai otoritas yang terkait, dan diskusi atau perdebatan dengan berbagai pihak, sekarang kita harus merumuskan kesimpulan dan memberikan rekomendasi.

Mempertimbangkan isu yang saya rumuskan di atas dan mempertimbangkan pendapat berbagai pihak yang terlibat dalam mendiskusikan isu tersebut, saya misalnya menyimpulkan bahwa saham Pemrov DKI di perusahaan bir itu tidak perlu dijual. Alasannya, keuntungan puluhan milyar yang didapatkan setiap tahun dari perusahaan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Dengan kesimpulan semacam ini, saya kemudian mengajukan beberapa rekomendasi berikut. (1) Pemrov DKI harus melakukan sosialisasi dan mendidik warga tentang mengapa saham tersebut tidak dijual. (2) Komunikasikan secara jujur, bahwa meskipun itu adalah janji kampanye yang harus dipatuhi, beberkan fakta keuntungan atau kebaikan yang lebih besar yang akan didapatkan masyarakat jika saham itu tidak dijual. (3) Ambillah keputusan-keputusan strategis dan konkret agar masyarakat memercayai keputusan yang diambil. Misalnya, alokasikan dana keuntungan dari saham tersebut untuk kepentingan program OK-OC, program rumah tanpa DP (rumah DP nol Rupiah) dan semacamnya.

5. Komunikasikan Hasilnya

Akhirnya, kesimpulan dan rekomendasi yang telah diambil tersebut harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait. Di sini peran media massa atau pun Public Relation menjadi penting. Keputusan yang diambil pasti akan ditanggapi secara beragam oleh publik. Mengingat bahwa ini adalah bagian dari janji politik Anies-Sandi, keputusan untuk tidak menjual saham di perusahaan bir kemungkinan akan "dihujat" di media sosial. Meskipun begitu, keputusan apapun pasti ada risikonya. Dan menurut saya, keputusan untuk tidak menjual saham tersebut memiliki risiko yang lebih kecil daripada menjualnya. Lagi pula, media sosial akan selalu heboh dan brisik, bukan hanya pada masalah ini saja.

Penutup

Ini cara yang sangat sederhana yang saya ajarkan dan latihkan kepada para mahasiswa saya dalam kuliah critical thinking. Dengan cara ini, para mahasiswa tidak hanya belajar proses berpikir logis, mengenal hukum-hukum berpikir, tetapi juga membangun sikap kritis dalam hati mereka. Bagi saya, ilmu ini juga dapat menangkat berita-berita gosip murahan dan hoax. Semoga.

Rujukan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun