Mohon tunggu...
jeraljefta
jeraljefta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jeral Jefta Ramadhani | Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya | Asal Kediri.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Untuk Makan Sekeluarga, Saya Harus Menjadi Budak Kapitalis.

20 Desember 2024   23:02 Diperbarui: 21 Desember 2024   17:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jurus pamungkas untuk menghadapi krisis ekonomi sangat sedehana, yaitu dengan " memaksa " pemerintah untuk memberikan talangan atau stimulus ekonomi.dananya yaitu dari APBN negara. cara itu paling ampuh untuk memperbudak masyarkat. bagaimana di negara mu?

Sosialisme Karl Marx.

Karl Marx berpendapat bahwa tanpa kapitalisme, dunia bisa tetap maju, tetapi melalui sistem sosialisme yang lebih adil. Menurutnya, kapitalisme menciptakan ketidakadilan dan eksploitasi kelas pekerja, di mana buruh tidak memiliki kontrol atas alat produksi dan hasil kerjanya. Marx percaya bahwa perubahan menuju masyarakat yang lebih tinggi diperlukan untuk menghapus kelas-kelas sosial dan mencapai keadilan ekonomi. Dalam pandangannya, perkembangan masyarakat ditentukan oleh cara produksi, bukan oleh ideologi atau politik. Oleh karena itu, transisi ke sosialisme dianggap sebagai langkah menuju kemajuan yang lebih inklusif.

Menurut Karl Marx, ideologi sosialisme dapat memajukan suatu bangsa dengan menghapuskan eksploitasi kelas dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Sosialisme, dalam pandangannya, berfokus pada kepemilikan sosial atas alat produksi dan distribusi kekayaan secara adil. Dengan menghilangkan alienasi kerja dan memberikan kontrol kepada pekerja, Marx percaya bahwa produktivitas akan meningkat dan kesejahteraan sosial akan terwujud. Dia menekankan bahwa perubahan ini harus dilakukan melalui revolusi untuk menggantikan kapitalisme yang dianggapnya merusak hubungan sosial dan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun