A. PENDAHULUAN
Kebijakan moneter adalah alat utama yang digunakan oleh bank sentralu ntuk memperkirakan tingkat inflasi di suatu negara (Jumiati, 2022).Efisiensi transmisi moneter menjadi perhatian utama dalam rangka menghindari terjadinya inflasi. Dalam hal ini, peran jalur perbankan kredit dan perubahan harga aset dalam mempengaruhi tingkat inflasi menjadip enelitian utama (Anggriawan, 2022). Pengelolaan uang adalah salah satu alat terpenting yang digunakan oleh bank sentral untuk memperkirakani nflasi. Bank Sentral menggunakannya sebagai instrumen utama dalamr angka mencapai sasaran inflasi akhir (Andriani, 2022). Namun, penting untuk memahami bagaimana kebijakan ini bisa efektif dalam menurunkan tekanan inflasi, khususnya melalui perubahan kredit bank dan nilai tukar. Esay ini akan menjelaskan “Pengaruh Dari Saluran Kredit Dan Harga Aset terhadap Inflasi”
B. PEMBAHASAN
Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit Perbankan Dan Harga Aset Dalam Sasaran Akhir Inflasi Kebijakan moneter merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh bank sentral untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Salah satu jalur transmisi kebijakan moneter yang umum digunakan adalah melalui kredit perbankan dan harga aset. Efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan terjadi ketika bank sentral menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga ini akan mendorong peningkatan permintaan kredit dari masyarakat,sehingga meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Dengan likuiditaslikuiditas yang lebih tinggi, perbankan dapat memberikan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah kepada pelaku usaha dan konsumen. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, karena investasi dan konsumsi meningkat.
Selain itu, efektivitas transmisi kebijakan moneter juga dapat melalui jalur harga aset. Ketika bank sentral menaikkan suku bunga acuan,hal ini akan membuat investasi di pasar finansial menjadi kurang menguntungkan dibandingkan dengan investasi riil. Sebagai akibatnya,investor cenderung memindahkan dana mereka dari pasar finansial kesektor riil seperti properti atau bisnis produksi barang dan jasa. Kenaikanharga aset ini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Namun, efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan dan harga aset tidak selalu berjalan lancar. Faktor-faktor sepertik etidakpastian ekonomi, tingkat suku bunga yang sudah rendah, dank ondisi pasar finansial yang tidak stabil dapat menghambat efektivitast ransmisi kebijakan moneter. Oleh karena itu, bank sentral perlu melakukane valuasi secara berkala terhadap kebijakan moneter yang diterapkan guna memastikan efektivitasnya dalam mencapai sasaran akhir inflasi.
C. KESIMPULAN
Suku bunga dan nilai tukar nominal adalah instrumen kebijakan utama bank sentral yang menentukan output dan tingkat inflasi. Dalam penelitian ini, variabel BI7DayRR, kredit investasi, kredit modal kerja, IHSG, dan DPK berpengaruh signifikan terhadap inflasi secara jangka panjang. Penyaluran kredit memiliki kontribusi penting terhadap inflasi karena berimplikasi pada jumlah uang beredar yang dapat menimbulkan pola baru dalam konsumsi masyarakat pada umumnya. Jika jumlah uang beredar berkurang secara agregat, maka kenaikan inflasi akan tertekan dengan semestinya. Selain itu, kenaikan harga aset dapat menyebabkan peningkatan biaya pinjaman yang dapat berdampak pada inflasi. Ketika harga aset meningkat,permintaan pinjaman juga meningkat, yang dapat menyebabkan peningkatan biaya pinjaman. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah uang beredar, yang dapat menyebabkan inflasi. Untuk menjalankan Efektivitas kebijakan moneter, diperlukan dukungan dari pihak perbankan dan otoritas jasa keuangan dalam mendukung stabilitas tingkat inflasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H