Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewakili Derai Air Mata, Melangitkan Sumpah Kalahkan Jarak

26 Agustus 2020   14:08 Diperbarui: 26 Agustus 2020   14:04 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cetbang Majapahit [Foto: boombastiscom]

Dalam Sumpah Lembu Sura, terdapat janji bahwa dirinya akan merusak seluruh wilayah kerajaan dalam tiap dua windu sekali. Setiap kali Gunung Kelud meletus, masyarakat setempat merasakan ini adalah pertanda dari amarah dari Lembu Sura.

Letusan Kelud pada tahun 1586, oleh ahli sejarah diperkirakan memang telah mengakhiri sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Selain menewaskan lebih dari 10 ribu orang, juga meluluhlantakan tiga wilayah yang ada dalam sumpah yang dilangitkan oleh  Lembu Sura.

Sementara di suatu waktu pada masa akhir dari Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya V memilih untuk mengasingkan diri bersama pengikutnya. Saat berada di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V sempat melangitkan sumpah kepada Adipati Cepu yang mengejarnya:

"Sawijining ono anggone uwong cepu utawi turunane Adipati Cepu pinarak sajroning gunung lawu bakale nasib ciloko lan agawa biso lungo ing gunung lawu".

Artnya: Jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka atau mati di Gunung Lawu".

Orang yang berasal dari daerah Cepu, khususnya keturunan Adipati Cepu, masih menaati untuk tak melanggarnya hingga kini.

Dalam masa pengasingan dirinya,  Prabu Bwawijaya V selalu disertai oleh dua abdi dalem setianya Sabdo Palon dan Naya Genggong. Hingga akhirnya mereka berdua membuka jatidiri siapakah sebenarnya mereka, seusai dalam sebuah pertemuan antara Prabu Brawijaya V dan Sunan Kalijaga. 

Mereka yang nelangsa akan perbedaan prinsip dengan tuannya, menampakan "perwujudan aselinya" kepada Sang Prabu. Mereka melangitkan sumpah bahwa dalam 500 tahun kemudian, akan muncul lagi kembali ke Nusantara (tanah Jawa) dengan tanda-tanda tertentu. Tanda utamanya adalah muntahnya lahar Gunung Merapi ke arah barat daya dengan bau tidak sedap. Bencana-bencana lainnya akan mengikuti kemudian.  Sumpah ini dikenal sebagai Jangka Sabdo Palon Naya Genggong.

Ketika bertahan dalam kesesakan yang tak tertahankan, seringkali adalah suatu sumpah yang dilangitkan untuk mewakili derai air mata. Seringkali pula sumpah yang dilangitkan akan #KalahkanJarak dengan melintasi waktu.

Di Zaman Now ini, untuk mewakili derai air mata dalam menahan kesesakan yang tak tertahankan, mungkinkah dapat melangitkan sumpah yang #AlwaysOn #KalahkanJarak melintasi waktu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun