Ketika menghadiri acara Gathering Membership YDBA, ada beberapa UMKM yang turut mendisplay produknya. Salah satu produk kuliner yang menarik perhatian mata yakni rendang. Kuliner khas Sumatra Barat ini tersimpan dalam kemasan modern yang terkesan sangat canggih.
Maka kutanya pada sang pemilik (owner) usaha, apakah pengemasan produk ini memanfaatkan teknologi paparan radiasi nuklir di BATAN? Ia menjawab ,"Bukan!". Kemudian ia menjelaskan bahwa dirinya belajar keras bagaimana dari awal mula pengemasan yang dapat mengawetkan rendang hanya sebulan hingga tiga bulan. Hingga seiring waktu dapat melakukan pengemasan rendang yang membuat awetnya sampai dua belas bulan, alias satu tahun. Oh, ternyata...
Jadi teringat mengenai penjelasan produk rendang yang dapat bertahan awetnya hingga 18 bulan. Namun kalau yang ini menggunakan teknologi paparan radiasi nuklir (iradiasi) di salah satu fasilitas Balai Iradiasi milik Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).Â
Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris dan maritim ini. Produk yang melimpah dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan. Namun semua potensi tersebut terkendala pada sistem pengelolaan pasca panen yang buruk. Mulai dari hasil panen yang cepat membusuk akibat lamanya sistem logistik dan transportasi antar kota, hingga kondisi penyimpanan di pergudangan terutama ketika berada dalam pelabuhan.
Kehadiran IGMP itu ternyata untuk menjawab segala kebutuhan akan kondisi tersebut. IGMP memiliki kapasitas 2 MegaCurie (MCi), yang didesain mampu melakukan iradiasi hingga 123 meter kubik per hari. Sumber sinar gamma yang digunakan adalah radioisotop logam Cobalt 60 (Co-60).
Dosis radiasi telah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 701/Menkes/Per/VIII/2009, sehingga semua produk aman dipakai dan dikonsumsi. Label khusus dari Badan Pengawasan Obat & Makanan (BPOM) telah tercantum dalam setiap kemasan.Â
"Iradiasi di tempat ini dikhususkan untuk pasteurisasi dan sterilisasi. Produk dijamin aman tanpa ada residu radioaktif," kata Arif Rakhmanto (Staf Pranata Nuklir PAIR BATAN), yang tengah bertugas saat itu.Â
Beberapa tujuan iradiasi produk bahan pangan antara lain untuk menunda pematangan, perlakukan karantina, membasmi serangga, mengurangi dan membasmi jumlah mikroba, membasmi kapang dan khamir, mengurangi jumlah mikroorganisme patogen tertentu, menghambat pertunasan selama penyimpanan, mengontrol infeksi oleh parasit tertentu, serta tentunya memperpanjang masa simpan.
Selama ini sudah ada teknik pengawetan secara konvensional, seperti pemanasan, pengeringan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, dan fumigasi. Namun teknik iradiasi memiliki kelebihan, yakni mudah pengontrolannya, cocok untuk kemasan yang tidak tahan panas, produk tidak bersentuhan langsung dengan sinar radiasi sehingga tidak meninggalkan residu radioaktif.
BATAN sendiri telah melakukan pengawetan biji-bijian sejak tahun 1968. Selang 24 tahun kemudian, pengawetan produk kering pun dilakukan seperti rempah-rempah, bubuk cocoa, bubuk kacang ijo, cabe. Dalam memenuhi permintaan pasar internasional, maka produk udang, daging kepiting beku, paha kodok beku, juga telah di-iradiasi sejak 1995. Ini dilakukan untuk menghilangkan patogen seperti Salmonella spp.Â
Sementara manfaat dari iradiasi antara lain peningkatan bahan aktif zat kurkumin dalam kunyit, orang tidak akan merasa gatal lagi ketika memakan udang yang diakibatkan oleh zat alergen, serta dapat meningkatkan antioksidan pada makanan yang biasa dikonsumsi oleh pasien yang membutuhkan imunitas tinggi seperti penderita kanker dan HIV/AIDS. Sementara produk pangan siap saji dalam kemasan, tentu sangat memudahkan untuk dibawa bepergian seperti bekal kegiatan operasi anggota militer, SAR, pecinta alam, hingga ibadah haji.
Nah, produk rendang sapi sendiri telah berlabel Standard Nasional Indonesia (SNI) dengan Nomor SNI-7764:2012. Arif Rakhmanto mengatakan produk rendang yang telah di-iradiasi, akan awet hingga 18 bulan. Tak mengubah bentuk fisik maupun rasa. Begitulah kondisi rendang yang telah di-iradiasi, Tak Rusak Tetap Enak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H