Penipisan cadangan sumber daya alam, perubahan iklim, serta potensi hilangnya keanekaragaman hayati, merupakan permasalahan lingkungan hidup saat ini yang akan menjadi tantangan pelik dalam jangka panjang. Sektor industri semakin dituntut untuk menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam menjaga ketersediaan sumber daya alam di masa yang akan datang.Â
Perkembangan pesat jumlah kendaraan bermotor di jalan raya, harus diakui ada dampak negatif yang ditimbulkan terutama lingkungan hidup. Kehadiran kendaraan ramah lingkungan, tak pelak merupakan kebutuhan utama dalam mobilitas di masa depan. Ini sejalan dengan rencana era pengembangan kendaraan elektrifikasi, yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia.Â
Semangat Toyota terlihat nyata untuk secara bertahap melepaskan ketergantungan bahan bakar fosil dari setiap produk otomotifnya. Toyota telah menjadi pionir sejak 1990-an, dengan meluncurkan Toyota Prius sebagai ikon kendaraan ramah lingkungan di pasar global.Â
Teknologi terbaru Prius Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang diluncurkan pada 2016, memiliki daya jelajah hingga 68,2 km. Dengan alat charger AC 100 V (6A) yang dilengkapi quick charger, tak dibutuhkan instalasi sirkuit khusus dalam pengisian listrik mobil.Â
Sementara Toyota Mirai merupakan mobil konsep di tahun 2011, sebagai kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau juga dikenal sebagai Full Cell Electric Vehicle (FCEV). Empat tahun kemudian Toyota Mirai telah diproduksi secara komersial, dan dipasarkan di Jepang, Eropa dan AS.Â
Toyota Astra Motor (TAM) telah menghadirkan Toyota Prius di Indonesia sejak 2007. Kemudian disusul dengan Toyota Camry Hybrid (2012) dan Toyota Alphard Hybrid (2015). Ini untuk mengantisipasi potensi pasar kendaraan elektrifikasi yang sangat besar di tanah air.Â
Dalam Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 yang berlangsung 2-12 Agustus lalu, TAM turut mendisplay kendaraan ramah lingkungannya. Selain Toyota Prius PHEV, Toyota Mirai FCEV, serta varian hybrid lainnya, dihadirkan pula jajaran masa depan seperti Toyota C-HR Hybrid dan Toyota Concept-i Series.Â
Kendaraan Toyota Concept-i Series ini tak hanya sekedar sebagai sarana transportasi saja, namun juga akan dapat memberikan kebebasan dan kegembiraan bagi pemiliknya. Penasaran!
Toyota i-Walk merupakan kendaraan perseorangan, yang dirancang dapat menjelajah dalam rentang kisaran 10-20 km. Memiliki kemiripan dengan segway, namun lebih kompak dan mudah dikendarai.Â
Dirancang untuk dapat digunakan di area pejalan kaki, i-Walk telah dibekali berbagai fitur keselamatan dan keamanan. Misalnya i-Walk dapat aktif memberikan peringatan dini bila ada obyek yang dapat membahayakan laju kendaraan, sehingga pengendara dapat berusaha menghindarinya terlebih dahulu.Â
Wah jadi mikir betapa beruntungnya generasi milenial saat ini, ketika hari tuanya nanti tetap dapat eksis dengan i-Walk sambil menikmati "Mobility Zaman Future" dengan gaya narsis.Â
Dengan daya jelajah 100 km, Toyota i-Ride dipersiapkan sebagai kendaraan perkotaan yang lebih kompak. Berdimensi panjang 2.500 mm, lebar 1.300 mm, tinggi 1.500 mm, i-Ride memiliki kapasitas untuk dua orang. Para disabilitas yang kesehariannya duduk di kursi roda, akan dapat duduk untuk mengendarainya.
Selain konfigurasi kursi yang fleksibel, ruang kabin dapat diakses melalui pintu berjenis 'falcon wing'. Tak ada lagi yang namanya setir, pedal rem dan gas. Cukup menggunakan alat joystick, berkendara mengelilingi kawasan perkotaan menjadi asyik dan menyenangkan.Â
Toyota Concept-i merupakan kendaraan futuristik masa depan, yang dibekali kemampuan berinteraksi dengan pengendara. Ini tak terlepas dari dibenamkannya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Tiga inti teknologi tersebut adalah Dynamic Radar Cruise Control (DRCC), Lane Trace Control (LTC), serta Predictive & Interactive Human Machine Interface (PIHMI).Â
Fungsi fitur yang kompleks ini akan dapat memahami emosi sang pengendara dalam menghadapi situasi apapun, kapanpun, dan dimanapun. Pengenalan emosi ini bersumber dari data ekspresi wajah, gerak tubuh, intonasi suara. Sementara rekam jejak digital sang pengendara di media sosial (Twitter, Facebook, dll) serta GPS, dapat dijadikan sumber preferensi.Â
Fitur sistem kemudi autonomos dengan kombinasi sistem keselamatan nan mumpuni, semakin memberikan rasa keamanan dan kenyamanan sang pengendara. Jikalau pengendara dalam situasi memiliki perasaan sedih, maka sistem secara otomatis akan mengakses konten hiburan kesukaan sang pengendara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H