"Kalau berhubungan dengan human trafficking, kok namanya bukan 'Jambu'," goda Cak Lontong ketika bertanya kepada Asto, mengenai alasan komunitas relawannya diberikan nama J-RUK.
"Lho, kok Jambu?," celutuk Hesty Poerwadinata yang mendampingi Cak Lontong sebagai pembawa acara penganugerahan SATU Indonesia Awards 2017 ketika menyahut pertanyaan tersebut. Kemudian Cak Lontong berkata: "Jambu, Jangan Menjual Ibu-ibu". Semua hadirin tertawa terbahak-bahak, dan Asto pun ikut tertawa kecil sempat tak tahu menjawabnya seperti apa. Dasar Lontong!
"Nama itu tak penting, yang penting apa yang dilakukan. J-RUK itu mudah diingat, tapi bukanlah jeruk makan jeruk," jawab Asto diplomatis. Asto mengatakan dari banyaknya tantangan maka dibuatlah skala prioritas, sesuai luasnya wilayah pedalaman yang harus dijangkau. Selain mereka membutuhkan akses informasi, anak-anak juga sangat membutuhkan layanan kesehatan.
"Sumba itu punya potensi tenun ikat. Ketika ada program pemberdayaan ekonomi ibu-ibu di  kampung tentu akan tercipta penghasilan. Kalo mereka sudah punya uang, pastinya tak mungkin lari ke luar," kata Asto berapi-api.
Ternyata faktor ekonomi yang menjadi persoalan, ketika para relawan meneliti akar permasalahan yang telah menjadi lingkaran setan selama ini. Potensi kekuatan telah ada, maka kedepannya akan dilakukan pengembangan ekonomi kreatif di desa-desa Sumba yang telah dikenal oleh kalangan wisatawan. Lalu Cak Lontong menimpali, "jika mereka sudah menenun pasti sudah diikat, maka ibu -ibu tak mungkin lari ke luar negeri". Dasar Lontong!
Mimpi itu adalah hal-hal melihat kemungkinan dari segala rintangan. Mungkin ada kacamata yang melihat kemustahilan. Ketika ada sakit yang diberikan, maka akan ada usaha untuk menggerakkan mimpi. Ini seperti ketika per yang berada di titik terendah dan mendapatkan tekanan yang cukup, akan dapat mendorong apapun melompat setinggi mungkin. Mimpi itu sangat berharga, maka ada harga yang harus dibayar mahal untuk menggapainya. [Terinspirasi dari @rerykahowi]
Pejuang muda Sumba ini berusaha kuat menghidupkan mimpi untuk melangkah lebih jauh ini, demi generasi masa depan Sumba yang lebih baik. Ketulusan dari langkah-langkah kecil ini, diyakini tak ada hasil yang mengkhianati proses. Paculah kuda tanpa perlu menoleh ke belakang maupun ke samping. Fokuslah seperti dahulu seorang William Soeryadjaya mendirikan Astra dengan menanamkan semangat berjuang dan menembus segala tantangan mencapai bintang, yang dikenal dengan istilah Per Aspera Ad Astra.Â
Ketika William Soeryadjaya telah melepaskan tahta kendali Astra, namun segala nilai-nilai warisan Catur Dharma Astra tetap terpelihara dalam pertumbuhan usaha yang berkesinambungan. Cita-cita Sejahtera Bersama Bangsa yang terwujud dalam Goal Astra 2020 Pride of The Nation ini, akan membantu pemerintah dalam usaha sejajar dengan negara besar lainnya. Sebuah cita-cita yang tiada titik akhirnya...
Referensi Pustaka:
- Dokumentasi Pribadi Rekaman Suara dan Video dalam Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017
- Booklet SATU Indonesia Awards 2017
- PressRelease PT Astra International Tbk, 18 Oktober 2017
- Liman, Yakub. Astra International. "ASTRA on Becoming Pride of The Nation". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017.
- Inspirasi Mutiara Kebanggaan Bangsa
- Inspirasi Astra Mencapai Bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H