Ada kalanya seorang istri ditinggal mati oleh suami. Ketika ia menolak menikah dengan adik suaminya, maka konsekuensinya harus keluar dari desa. Maka tak terelakan lagi untuk menyambung hidup dengan menjadi buruh migran ke tanah seberang, rela meninggalkan anaknya yang masih kecil. Inilah potret dari budaya yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di wilayah Sumba Barat Daya.
Tahun 2012 ada begitu banyak pemulangan buruh migran dari Malaysia ke NTT. Ada sekitar 18 buruh migran yang pulang dalam keadaan depresi, yang kebanyakan perempuan. Ada yang memiliki sisa tanda-tanda kekerasan fisik. Ronaldus Asto Dadut yang kala itu seorang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana, kebetulan ditugaskan oleh dosennya untuk melakukan proses penjemputan buruh migran. Jantung Dadut berdegup kencang melihat kenyataan ini saat bertatap muka. Sedih banget. Galau to the max, kalau katanya Kids Zaman Now. Maka tergeraklah hatinya untuk mendirikan sebuah gerakan yang bertujuan mengedukasi kesehatan dan bahaya penjualan manusia (human trafficking).
Ada berbagai macam program yang dilaksanakan. Melatih pola pikir masyarakat bahwa masih banyak mata pencaharian untuk mencari nafkah selain menjadi buruh migran. Penanganan psikologis bagi mantan buruh migran serta pendampingan bagi anak-anak prasejahtera yang sakit agar mendapatkan perawatan / rujukan ke rumah sakit.
Nah, bagi yang memang tetap berkehendak untuk menjadi buruh migran maka ada pembekalan materi khusus. Materi tersebut merupakan pencerdasan bagaimana menerapkan langkah prosedur yang benar ketika hendak berangkat menjadi buruh migran. Penanggulangan yang tepat untuk anak-anak yang ditinggal orang tuanya menjadi buruh migran, termasuk pula materi pembekalan tersebut.
Sebagian besar warga di pelosok Sumba Barat Daya tak dapat berbahasa Indonesia. Sehingga dalam melakukan sosialisasi, maka relawan J-RUK Sumba memakai bahasa lokal. Saat ini jumlah anggota relawan yang mayoritas pemuda-pemudi (anak muda) telah mencapai 65 orang yang tersebar di berbagai lokasi, termasuk di luar wilayah NTT. Ada sekitar 30 relawan ada di Jakarta dan Bogor yang ditugaskan menghimpun berbagai donasi barang seperti buku, susu, sikat gigi dan odol.
Hingga saat ini J-RUK telah menjangkau 70 titik lokasi program penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi 2.431 anak serta sosialisasi pencegahan human trafficking bagi 3.787 orang dewasa. Puluhan anak telah pula direkomendasikan dalam penerimaan bantuan pengobatan, serta diantar ke panti asuhan bagi yang tak memiliki orang tua. Â
Ronaldus Asto Dadut merupakan salah satu dari 7 'mutiara bangsa' tingkat nasional dalam apresiasi SATU Indonesia Awards 2017, yang penganugerahannya dilaksanakan pada 18 Oktober 2017 di William Soeryadjaya Hall- Gedung Astra International Sunter Jakarta Utara.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto, menyatakan apresiasi yang tinggi atas segala dedikasi para mutiara bangsa menginisiasi program pemberdayaan masyarakat di lingkungannya.Â
"Mereka ini bekerja tanpa pamrih dan tak ingin terkenal di lingkungan yang tak pernah terekspos," ujar Prijono Sugiarto dalam sambutan apresiasi.