Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tidak Tabu Bicara Uang, Yuk Eksplor Karya-karya Lantang Berbicara Uang!

5 Agustus 2017   09:16 Diperbarui: 5 Agustus 2017   10:16 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
You are Your WISHES [Foto:JepretPotret]

Uang oh uang...

Seringkali menjadi kambing hitam dalam sebuah keluarga. Adakalanya seorang anak merajuk minta mainan teranyar pada orang tua [kan duit papa-mama banyak, gak ada habisnya]. Adakalanya seorang istri cekcok sama suami akibat dituding tak becus ngatur uang [ah, mas lupa ya jatah duitnya kan cuma segitu]. Adakalanya uang dijadikan alasan lembur maupun  kerja keras sampai lupa pulang, bahkan tak pulang-pulang [ini cari uang demi kamu dan anak-anak]. Lagi-lagi uang!

Memenuhi kebutuhan permatahati dalam keluarga, memang sangat dibutuhkan yang namanya uang. Namun ada pemahaman finansial yang lebih fundamental, dibandingkan dengan uang dalam bentuk materi. PermataBank sebagai institusi keuangan, sangat menyadari tugas di pundaknya dalam memberikan pemahaman akan uang pada khalayak umum.

Dalam Konferensi #WealthWisdom2017 yang berlangsung pada 2-3 Agustus 2017 lalu di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, PermataBank turut menghadirkan edukasi keuangan melalui foto dan karya seni (art installation) di salah satu sudut ruangan.

"Kami menggandeng penggiat seni yang memiliki mobilitas tinggi di bidangnya, ingin membuat cara baru memaknai uang secara lebih mudah dan menyenangkan. Art Installation bertajuk #BicaraUang, akan meringkas bahasan tabu menjadi lebih ringan, serta memaknai kaya dan bahagia dengan perspektif berbeda," ujar Bianto Surodjo (Direktur Perbankan Ritel PermataBank) kepada awak media, sesaat sebelum dilakukan eksplorasi ke arena eksebisi.

Anton Ismael (Inisiator Kelas Pagi) mendampingi rekan media bersama Ratih Ibrahim yang juga menjadi pembicara bertema Wealthy Self Image, untuk berkesempatan berkeliling melakukan eksplorasi arena "#BicaraUang Photo Exhibition & Art Installation". Kolaborasi seni persembahan PermataBank bersama tujuh seniman, Kelas Pagi, Leica Store Indonesia, Emco Brix, Serrum dan DGRA Printing ini, harus didahului dengan perjalanan panjang melelahkan sekaligus menantang [lho, kok gitu ya].

Iyalah. Ternyata oh ternyata... Ketujuh orang seni tersebut adalah peserta kompetisi Photogrammer Hunt yang telah terseleksi dengan ketat lho sejak Februari 2017 lalu. Setelah itu diberikan pengajaran lebih lanjut dalam kelas workshop yang dimentori Anton Ismael & sahabat Kelas Pagi Jakarta [pantesan tetap terus semangat, untung aja gak ada Kelas Siang, Kelas Sore dan Kelas Malam]. Akhirnya karya-karya lantang mereka disajikan untuk memecahkan ketabuan ketika berbicara uang.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
"Money Journey" karya Zulfikar Iqbal. Proyek Fotografi ini ingin menyampaikan pesan bagaimana pengalaman cara menghabiskan uang. Zulfik mengangkat kehidupan pribadi sembilan orang yang lintas profesi, jender, dan usia dari fase yang berbeda. Proses mengelola finansial setiap individu, memiliki skala prioritas yang berbeda. Foto dan berbagai dokumen dalam galeri gadget mereka, diolah oleh Zulfik menjadi sebuah buku dalam dompet. Termasuk juga display Kartu Identitas Profesi mereka dengan memanfaatkan media lightbox sebagai presentasinya.

"Affordance" Katya Muhammad Fadli Fitriyan.. Semua kemungkinan masih akan dapat terjadi, ketika kita mampu menghasilkan. Kekayaan sesungguhnya bukanlah yang terlihat secara fisik. Pendapatan materi yang kita dapat, bukanlah alat penyelesaian. Materi bukan cuma memenuhi kebutuhan penghuni rumah, namun dapat memberikan makna kehidupan penghuni rumah. Bukan untuk dikendarai, namun dinikmati sebagai sebuah perjalanan. Manusia akan terus melakukan pencarian makna kekayaan tersembunyi sepanjang hidupnya, bukan untuk memburu harta duniawi. Kita harus terus menggalinya dengan ucapan rasa bersyukur, dimana hal ini paling banyak yang sering dilupakan orang.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Barter Hasrat' karya Ana Mamul, mengingatkan jaman kala manusia belum mengenal yang namanya uang. Saat itu manusia menggunakan sistem barter ketika melakukan jual beli barang. Namun di zaman modern ini, masih ada juga sistem barter yang dilakukan dalam jual beli di pedalaman Indonesia. Tak ada pilihan di daerah yang tak terjangkau uang. Kebutuhan pokok hidup terpenuhi dari berbagai barter yang dilakukan. Lalu bagaimana dengan manusia modern perkotaan yang hidup dengan uang dan dikelilingi kemajuan teknologi?

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Ketika berada di depan gerbang Barter Hasrat, nampak pemandangan seperti diatas ini [pasti ada yang merasa mau masuk kamar gelap fotografi, ada yang merasa mau ketemu mbah dukun, ada yang merasa mau masuk ke kamar-kamar...]. Ehtapi  ternyata cuma ada berbagai barang pernik dan tiga layar televisi. Melalui kompilasi video dilayar, kita akan melihat kegiatan barter barang masyarakat modern di perkotaan besar. Ada yang rela menukar jam tangan, gadget, hingga kunci sepeda motornya [cuma imajinasi lho ya]. Ketika ditawarkan barter barang oleh Ana, akhirnya kutukarkan kartu namaku dengan tas suvenir.

"Rumah Keduaku" karya Ginanjar Pratiwi, yang mengisahkan ruang interaksi antara wanita karir dengan anaknya. Bagas, sang anak akan selalu diajak 1-2 kali seminggu ke kantor mamanya. Sang mama mengajak Bagas untuk mengenal dunia kerja dan rekan kerjanya, agar dapat bersosialisasi dengan orang sekitar serta menanamkan nilai penting kehidupan. Mereka berdua selalu menyempatkan untuk saling memperhatikan aktivitas masing-masing. Kekayaan bukan selalu soal materi, namun pengalaman interaksi menanamkan nilai-nilai penting dari seorang  ibu kepada anaknya. Kita dapat melihat kompilasi video (tanpa directing) yang direkam saat Bagas ke kantor mamanya.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Ratih Ibrahim [Foto: JepretPotret]
Ratih Ibrahim [Foto: JepretPotret]
Ada yang menarik saat Ratih Ibrahim duduk sambil melihat kompilasi video. "Mau menikmati video, kok dipotoin terus," kata Jeng Ratih. [jangan-jangan mau keluar air mata].

"215. Money is not Everything But Time is Everything" karya Azka Yasfa, mengingatkan bahwa kita berbicara angka ketika kita berbicara uang, usia dan waktu. Angka akan selalu menjadi pengingat waktu, umur, hingga tolak ukur kekayaan. Angka 2 1 5, melambangkan "2 Pilihan atau lebih yang harus ditentukan dalam 1 waktu, untuk 5 arti kebutuhan dan prioritas yang berbeda". Kita akan selalu diingatkan betapa uang dapat memenuhi segala kebutuhan, namun manusia memiliki keterbatasan waktu. Kita tak dapat lagi mengejar uang ketika waktu habis.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
The Impact of Tele-Consumerism" karya Ferry Nur Achsanto, memotret dimana yang namanya televisi sudah bukan dikategorikan sebagai barang mewah. Penikmat televisi harus dapat lebih bijak dalam mengakses tayangan hiburan yang semakin murah dan tanpa batas. Tingginya konsumsi televisi berimbas pada peningkatan konsumsi lainnya. Masyarakat dituntut cerdas dalam menyaring tayangan informasi dan iklan, agar dapat membedakan yang menjadi kebutuhan dan keinginan.

"Batas" karya Borneo Verando, didasarkan atas pertanyaan, "Uang itu membebaskan atau mengekang?". Keduanya tersebut tergantung seseorang apakah dapat mengontrol keinginan dan kebutuhannya. Ketika sebuah gelas diisi air, maka akan meluap jika tak berhenti menuangkan air ke dalam gelas.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Serrum yang berdiri sejak Tahun 2006, berfokus pada jasa artistic dan  pengadaan promosi & periklanan, penyelenggara event, desain & produksi multimedia. Sementara DGRA merupakan merek bisnis Multi Kreasi Digital Indonesia yang merupakan anak usaha King Foto Group Indonesia. DGRA berfokus pada layanan periklanan dan percetakan.

Photogrammer Hunt PermataBank merupakan ajang pencarian fotografer berbakat yang mampu menangkap momen dan bercerita tentang Bicara Uang. PermataBank berkolaborasi dengan Kelas Pagi yang diinisiator Anton Ismael dan Leica Store Indonesia. Pemenangnya yang diajak PermataBank untuk menggaungkan pentingnya #BicaraUang melalui foto-foto hasil jepretan kamera Leica. Kelas Pagi sendiri merupakan sekolah fotografi gratis berbasis komunitas yang berkembang sejak 2006. Kelas yang dimulai jam 06.00 hingga 11.00 pagi, kini telah berkembang menjadk organisasi fotografi dengan standar kualitas dunia industri. Selain di Jakarta, Kelas Pagi telah ada di Jogjakarta (2009) dan Sentani Papua (2016). Semua orang akan mendapat kebebasan berkesenian yang sama serta simetris & sejajar dengan lensa di Kelas Pagi.

Ketika berada di Leica Store Indonesia, kita akan melihat foto-foto hasil jepretan kamera kualitas teknik Jerman yang telah dikenal selama 165 tahun. Memenuhi visi kreativitas seseorang, Leica membantu mewujudkan ambisi ekspresi yang dapat dikenang sepanjang masa.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Produk kamera terbaik, lensa memukau, peralatan optik olahraga, kamera Leica telah menjadi pilihan pewarta foto serta kegiatan foto reportase berkualitas tinggi. Ada sebuah akses ke kisah tersembunyi dibalik sebuah kehidupan. ngga kini produk Leica terus dijaga inti dari sebuah fotografi yang sebenarnya.

Akhirnya kita akan disambut oleh ATM PermataBank karya EMCO, yang merupakan merek (brand) mainan (toys) dari EMWAY Globalindo. Awalnya EMCO hanya berfokus pada kategori brix, namun kini telah memasuki kategori girls, boys, shots, outdoor, games. Tema edukasi menjadi misi dalam memudahkan konsep yang mudah dimengerti melalui media interaktif.
Model brix diorama mesin ATM PermataBank, diharapkan dapat mengenalkan sedini mungkin konsep uang kepada anak-anak.

[Foto:JepretPotret]
[Foto:JepretPotret]
Ada begitu banyak harapan dan cita-cita dalam setiap fase kehidupan manusia. Akan selalu tersimpan dalam memori ingatan, ketika yang diinginkan menjadi kenyataan. Namun akan tidak lagi menjadi tujuan hidup ketika harapan dan cita-cita hilang terhimpit oleh hal lain. Semua itu oleh PermataBank dan EMCO, diterjemahkan ke dalam sebuah karya interaksi. Dalam instalasi seni ini, pengunjung berpartisipasi dengan mengambil brix (bricks) yang berbeda warna, untuk kemudian ditempelkan pada huruf balok bertuliskan WISHES. 

Keempat warna brix itu adalah Si Merah untuk "Passion", Si Hijau untuk "Family", Si Kuning untuk "Money",  "Si Biru untuk "Health". Hingga pada akhirnya dapat diketahui interpretasi kekayaan personal, serta prioritas apa saja yang diinginkan oleh orang-orang yang hadir di #WealthWisdom2017 dalam upaya mewujudkan keinginan dan cita-citanya.

Hal ini sejalan dengan poin pertama dan keempat  filosofi Catur Dharma Astra, yaitu "Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa & Negara" serta "Senantiasa Berusaha Mencapai yang Terbaik". PermataBank sebagai bagian Grup PT Astra International Tbk, tentunya sangat berkomitmen dalam membangun interaksi dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat. Perusahaan hanya dapat tumbuh dengan daya dukung masyarakat yang sejahtera.

Yuk berkarya bersama!

You are Your WISHES.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun