Mohon tunggu...
Thomas Jeperson
Thomas Jeperson Mohon Tunggu... -

Nama : Thomas J MALAU\r\n\r\nFILOSOFI : I Believe that everyday is a test i have to prove my self my dream come to me as long as i believe to my self and i believe.\r\n\r\nwriting is part of my life. Menulis Itu Eksotis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bercumbu dengan Semesta, Bersama Bromo, Si Gunung Eksotis

14 Januari 2016   18:26 Diperbarui: 14 Januari 2016   18:58 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Kami pun tiba di home stay sekitar pukul tujuh malam, home stay yang sudah semakin dekat dengan penanjakan gunung Bromo. Hawa dingin yang kian menggila mulai terasa di kulit. Kami beristirahat lima jam untuk memulai penanjakan jam tiga dini hari untuk menyaksikan sun rise yang akan menampakan wajahnya dari balik pengungunungan Bromo. Kami sudah menyelimuti tubuh kami dengan jacket tebal, sarung tangan, topi dan syal. Sebelum berangkat kami di breefing pemandu terlebih dahulu. Menjelaskan dengan singkat mengenai penanjakan kami menuju gunung Bromo.

 

Breefing jam tiga subuh dari home stay sebelum penanjakan

  Perjalanan dari home stay menuju penanjakan gunung Bromo membutuhkan waktu selama satu jam dengan mengendarai motor Zip. Perjalanan di jam tiga subuh menjadi sensasi tersendiri bagi kami untuk menyentuh keindahan dan keeksotisan alam Bromo. Pagi masih cukup jauh dan jam masih berputar di angka tiga subuh, tapi sudah banyak para petani di jalanan memikul hasil panenya berupa sayur-sayuran berjalan kaki berpuluh-puluh kilo meter. Mereka berjalan terburu-buru bersama dengan dinginya subuh dan kegelapan. Sesuatu hal yang luar biasa menyaksikan orang-orang antuasias menuju pasar untuk mendangangkan hasil panenya pada hal masih subuh dengan kondisi jalan yang keras.

 

Wajah Pengunungan Bromo sebelum Sang Surya menampakan Parasnya.

  Setelah menenempuh perjalanan kurang lebih satu jam, kami pun turun dari zip menuju penanjakan gunung Bromo. Nafas kami pun ngos-ngosan menuju puncak gunung Bromo karena jalanan yang menanjak, untung tidak begitu jauh sehingga rasa lelah hanya mampir beberapa menit. Akhirnya yang kami nanti pun tiba. Dengan takjub kami menyaksikan begitu apik dan megahnya Gunung Bromo. Berdiri perkasa diatas permukaan laut diselimuti awan yang tipis. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan suatu keindahan yang menakjubkan di negeri ini. Keindahan yang tak akan ditemukan di belahan dunia mana pun.

  Terbayar sudah rasa lelah dan perjalanan panjang kami setelah menayaksikan keindahan tiada tara yang terpajang dengan Anggun di atas permukaan laut. Bromo menyuguhkan suatu karya seni yang tak ternilai dari illahi. Bromo adalah salah satu bukti bahwa negeri ini dikelilingi maha karya yang mempesona dari Tuhan.

 

 

  Saya merasa berada di pengunungan Eropa Barat, pada hal saya sedang berada di negeri saya sendiri. Negeri dimana tidak banyak dunia yang tau bahwa disini bertaburan maha karya dari illahi yang eksotis, terkapar bak taman sorgawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun