Mohon tunggu...
tari angriani
tari angriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas palangkaraya

ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pariwisata Berbasis Komunitas

2 Desember 2023   21:06 Diperbarui: 2 Desember 2023   21:18 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pariwisata berbasis Komunitas

Pada dasarnya, pariwisata berbasis komunitas adalah pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat. Dalam model ini, masyarakat setempat memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan, pengelolaan, dan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata.

Dalam pariwisata berbasis komunitas, masyarakat setempat dilibatkan dalam perencanaan dan pengembangan destinasi pariwisata. Mereka memiliki keahlian dan pengetahuan yang unik tentang budaya, lingkungan, dan warisan lokal. Melalui partisipasi mereka, pariwisata dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat setempat, seperti peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan pelestarian budaya.

Secara konseptual, prinsip dasar pariwisata berbasis masyarakat adalah melibatkan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan, pengelolaan, dan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata. Pariwisata berbasis masyarakat juga mendorong interaksi sosial antara wisatawan dan masyarakat setempat, menciptakan pengalaman wisata yang autentik dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat setempat.

Berikut pendapat beberapa para ahli mengenai pengertian pariwisata berbasis masyarakat :

Telfer dan Sharpley

menurut Telfer dan Sharpley, Pariwisata berbasis masyarakat adalah untuk mencapai tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan, partisipasi masyarakat merupakan komponen utama pariwisata berbasis masyarakat.

ASEAN

Menurut ASEAN (2015), pariwisata berbasis masyarakat adalah kegiatan pariwisata yang dimiliki, dioperasikan, dan dikendalikan oleh masyarakat dikenal sebagai pariwisata berbasis komunitas. Lapangan kerja dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sama-sama bisa dihasilkan oleh pariwisata ini.

Sunaryo

Menurut Sunaryo, pariwisata berbasis masyarakat adalah pengetahuan tentang jaminan keuntungan yang dinikmati masyarakat dan adanya inisiatif perencanaan yang melindungi masyarakat sekitar dan kelompok lain yang memiliki kepentingan dalam pariwisata lokal.

Memastikan bahwa masyarakat lokal berpartisipasi secara aktif dalam pariwisata terkait erat dengan pariwisata berbasis masyarakat. Hal ini melibatkan dua perspektif: partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan partisipasi masyarakat dalam distribusi manfaat yang diterima masyarakat dari pengembangan pariwisata.

Oleh karena itu, prinsip pokok  dalam strategi perencanaan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut:

1. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan

2. Masyarakat lokal pasti akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata.

3. Mengajarkan masyarakat lokal tentang pariwisata

Dapat disimpulkan bahwa pariwisata berbasis komunitas adalah jenis pariwisata yang menekankan pada kepemilikan lokal dan keterlibatan aktif, mendidik penduduk lokal dan wisatawan, melindungi lingkungan dan budaya, dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat.

Pariwasata dan Masyarakat Lokal

Menurut Davidson dan Maitland, Destinasi pariwisata merupakan tempat dimana masyarakat memproduksi, mengkonsumsi, dan melakukan perjalanan. Selain itu, tempat dimana masyarakat tinggal, bekerja, dan melakukan kegiatan sosial dan budaya juga dianggap sebagai tujuan wisata.

Destinasi pariwisata didefinisikan sebagai suatu wilayah geografis dalam satu atau lebih wilayah administratif yang mempunyai daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan komunitas yang terhubung dan memungkinkan terjadinya pariwisata. Hal ini juga diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan Karena komunitas merupakan komponen integral dari sebuah lokasi wisata, mempertimbangkan berbagai aspek masyarakat sangatlah penting ketika membangun sebuah destinasi pariwisata. Dogra dan Gupta (2012) menegaskan bahwa Dusun menempati posisi strategis dalam destinasi wisata populer. Oleh karena itu, tingkat keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata mempunyai dampak yang signifikan terhadap pariwisata.

Masyarakat di dalam destinasi pariwisata yang kemudian disebut dengan masyarakat lokal mempunyai peluang untuk mengembangkan berbagai aktivitas menjadi sajian pariwisata. Dari sudut pandang pengunjung, adat istiadat setempat, sejarah masyarakat, dan festival memberikan sesuatu yang segar dan khas.

Menurut Pike, Dibandingkan dengan orang-orang di luar daerah tujuan wisata, mereka yang memiliki pengetahuan dan kebijakan lokal akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai produk pariwisata yang dikembangkan dan dampak yang ditimbulkannya. Karena masyarakat lokal mempunyai peran besar dalam membentuk persepsi terhadap suatu destinasi pariwisata, maka mereka juga berkontribusi dalam upaya penjualan produk destinasi pariwisata.

Begitu pentingnya peran masyarakat lokal dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan telah mendorong munculnya tren baru pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat. Menurut Tosun dan Timothy (2003) aspek penting dalam pariwisata berkelanjutan adalah penekanan kepada pariwisata berbasis masyarakat. Pendekatan ini lebih fokus terhadap partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangan.

Pengembangan Pariwisata berbasis Komunitas

Murphy adalah orang pertama yang memperkenalkan gagasan pengembangan pariwisata berbasis komunitas secara luas (1985:16). Ia berpendapat bahwa agar barang-barang yang berhubungan dengan pariwisata dapat disajikan dan digunakan secara lokal, barang-barang tersebut harus dapat dilihat oleh penduduk lokal, yang seringkali sangat menyadari dampak pariwisata. Oleh karena itu, masyarakat lokal harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan industri pariwisata dan juga menjadi komponen penawaran pariwisata. Karena masyarakat lokal perlu mempunyai lebih banyak hak untuk menentukan bagaimana kawasan mereka dipasarkan dan dikemas sebagai daya tarik wisata, mereka juga harus menanggung dampak kumulatif dari pengembangan pariwisata.

Pengembangan pariwisata harus memperhatikan sejumlah tujuan dan prinsip pariwisata. Nilai-nilai kemaslahatan, kekeluargaan, keadilan dan pemerataan, keseimbangan, kemandirian, keberlanjutan, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan persatuan menjadi landasan penyelenggaraan pariwisata, sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan, penanggulangan pengangguran, menjaga lingkungan hidup, memajukan kebudayaan, meningkatkan citra bangsa, menumbuhkan rasa cinta tanah air, memantapkan jati diri dan persatuan bangsa, serta mempererat persahabatan antar bangsa merupakan tujuan pariwisata. Oleh karena itu, tujuan dan prinsip tersebut harus diperhatikan dalam pertumbuhan pariwisata.

Di lokasi-lokasi terpencil, di mana keterlibatan masyarakat sangat penting bagi keberhasilan penawaran pariwisata, model pendekatan masyarakat telah muncul sebagai standar industri dalam proses pengembangan pariwisata. D'amore memberikan guidelines model bagaimana cara pengembangan pariwisata berbasis Masyarakat, yaitu :

  • Menentukan prioritas pembangunan yang diusahakan oleh penduduk lokal (warga) 
  •  Mendorong dan mendukung warga lokal
  • Penduduk lokal yang bekerja di industri 
  •  Adanya kebutuhan yang besar akan kewirausahaan lokal atau penanaman modal
  •  Keterlibatan warga dalam beberapa acara dan kegiatan
  • Barang-barang pariwisata untuk menggambarkan identitas lokal
  • Mengatasi hambatan-hambatan yang muncul sebelum pengembangan ke depan.

Pada intinya masyarakat lokal perlu "dilibatkan" dalam pengembangan pariwisata agar mereka dapat memperoleh manfaat dari pariwisata serta berkontribusi terhadap pertumbuhannya dengan menawarkan kesempatan pendidikan dan penjelasan mendalam tentang sejarah dan kekhasan mereka.

Menurut Suansri poin-poin yang merupakan aspek utama dalam pengembangan Pariwisata berbasis komunitas melaui dimensi-dimensi berikut ini:

  • Dimensi ekonomi adalah tentang bagaimana pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Misalnya, melalui pengembangan usaha mikro dan kecil, pelatihan keterampilan, atau peningkatan pendapatan melalui penjualan produk lokal.
  • Dimensi sosial berfokus pada interaksi sosial dan hubungan antara wisatawan dan masyarakat setempat. Ini mencakup pengembangan program homestay, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan promosi kegiatan budaya yang melibatkan komunitas.
  • Dimensi budaya adalah tentang melestarikan dan mempromosikan warisan budaya lokal. Ini bisa dilakukan melalui festival budaya, pengembangan produk kerajinan tangan tradisional, atau penyediaan informasi tentang sejarah dan kebudayaan daerah.
  • Dimensi lingkungan berfokus pada keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Ini melibatkan pengelolaan limbah, penggunaan energi terbarukan, dan pelestarian alam serta ekosistem di sekitar destinasi pariwisata.

Hambatan dan tantangan Pariwisata berbasis Komunitas

Menurut, Scheyvens dua tantangan utama yang dihadapi pariwisata berbasis komunitas. Pertama, memahami bahwa penduduk lokal di suatu kawasan wisata terbagi menjadi beberapa kelompok atau faksi yang saling mempengaruhi berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, ras, dan kasta. Biasanya, kelompok-kelompok yang bertikai berpendapat bahwa mereka adalah pemilik sah atau pemegang hak istimewa untuk memiliki sumber daya pariwisata. Menurut Mowforth dan Munt (2016), terdapat kelompok sosial makmur tertentu yang dapat mengontrol pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan selanjutnya mengontrol alokasi dan perolehan manfaatnya. Hal ini menjadikan partisipasi yang adil sebagai faktor penting untuk dipertimbangkan ketika mempromosikan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Selain itu, perencanaan pengembangan pariwisata harus memberikan pertimbangan khusus terhadap kepentingan kelas masyarakat, gender, dan etnis.

Tantangan kedua adalah permasalahan sosial karena tidak melihat pariwisata sebagai sarana untuk mendorong pengembangan masyarakat lokal. Masyarakat lokal rentan terhadap eksploitasi karena masyarakat secara keseluruhan tidak memiliki cukup pengetahuan, sumber daya, dan kekuasaan dalam kerangka hukum dibandingkan dengan para pengambil keputusan lainnya dalam pengembangan pariwisata. Pernyataan serupa disampaikan Campbell (1999) yang menyatakan bahwa perjuangan masyarakat dalam mewujudkan keunggulan pariwisata menyebabkan berkurangnya peluang untuk terlibat dalam industri pariwisata dan bidang terkait lainnya.

Selain tantangan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat juga akan berhadapan dengan berbagai hambatan. Menurut Tosun, terdapat tiga hambatan dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat terutama di negara ber-

Pertama, keterbatasan operasional. Ini merujuk pada kendala dalam pengelolaan dan operasional pariwisata berbasis masyarakat. Misalnya, kurangnya infrastruktur yang memadai, seperti akses jalan yang buruk atau kurangnya sarana transportasi publik. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan pariwisata dan mengurangi daya tarik bagi wisatawan.

Kedua, keterbatasan struktural. Ini berkaitan dengan masalah organisasi dan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Misalnya, kurangnya koordinasi antara pemerintah, masyarakat setempat, dan sektor pariwisata. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dalam pengambilan keputusan dan mengurangi efektivitas program pariwisata berbasis masyarakat.

Ketiga, keterbatasan kultural. Ini mencakup tantangan dalam melestarikan dan mempromosikan budaya lokal dalam konteks pariwisata. Misalnya, komersialisasi yang berlebihan atau ketidaksesuaian antara kebutuhan wisatawan dan nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Hal ini dapat mengancam integritas budaya dan mengurangi keunikan destinasi pariwisata.

Seni tradisi sebagai komunitas

Seni tradisi yang mengakar dalam kehidupan masyarakat berfungsi sebagai hiburan sekaligus transfer nilai-nilai dari generasi lama ke generasi baru. Seni tradisi adalah warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini melibatkan praktik, keterampilan, dan ekspresi artistik yang telah ada selama bertahun-tahun. Seni tradisi tidak hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas suatu komunitas. Selain itu, seni tradisi juga dapat menjadi alat untuk memperluas jaringan sosial dan membangun hubungan dengan komunitas lain. Pertukaran seni tradisi antara komunitas yang berbeda dapat memperkaya pemahaman kita tentang keanekaragaman budaya dan mempromosikan toleransi serta penghargaan terhadap perbedaan.

Salah satu alasan mengapa seni tradisi dapat menghubungkan komunitas adalah karena melalui seni, cerita dan nilai-nilai budaya dapat disampaikan dengan cara yang unik dan menarik. Misalnya, tarian tradisional dapat menjadi sarana untuk menceritakan sejarah suatu daerah atau memperingati peristiwa penting. Musik tradisional juga dapat menggambarkan perasaan dan pengalaman yang mendalam, menghubungkan orang-orang dengan emosi yang sama.

Selain itu, seni tradisi juga menciptakan ikatan sosial antara anggota komunitas. Dalam praktik seni tradisional, sering kali melibatkan kolaborasi dan kerjasama antara individu-individu. Ini dapat menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka. Selain itu, seni tradisi juga dapat menjadi titik pertemuan bagi orang-orang dengan minat yang sama, memungkinkan mereka untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka.

Menurut Anderson (1985), seni tradisi dapat menjadi penanda jati diri sebuah bangsa. Seni tradisi juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai nilai-nilai religius, edukatif, dan hiburan.

Menurut Rohidi (2000), masyarakat pendukung seni tradisi menggunakan kesenian untuk berkomunikasi, melestarikan seni, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak.

Menurut Tylor (2015), kebudayaan adalah kumpulan dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain atau kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota Masyarakat.

Seni tradisi mengandung nilai-nilai komunalitas dan partisipasi. Komunitas seni tradisi adalah kelompok orang yang hidup bersama dan memiliki kepemilikan hak secara kolektif. Seni tradisi adalah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat dan menjadi milik bersama. Seni tradisi diwariskan secara turun-temurun dan memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat, yaitu:

  • Sebagai jati diri komunitas
  • Sebagai sumber inspirasi untuk penciptaan dan pengembangan seni-seni baru
  • Sebagai sarana integrasi masyarakat
  • Untuk kesinambungan dan stabilitas kebudayaan
  • Sarana kritik sosial
  • Berhubungan dengan pendidikan
  • Hiburan dan pengendoran psikologis  

Seni tradisi juga merupakan wadah untuk mentransfer nilai-nilai komunal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai tersebut menggambarkan pandangan hidup, keagamaan, dan estetika.

Berikut adalah beberapa komunitas seni tradisi: 

  • Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT)

Komunitas ini menggunakan seni tradisi Minangkabau sebagai basis penciptaan karya.

  • Komunitas DAPSENBUD

Komunitas ini memasarkan seni budaya tradisional dan membantu masyarakat sekitar.

  • Komunitas Seni Telangkai Sergai

Komunitas ini mengangkat konsep yang unik dalam Festival Budaya Laut 2022.

Dalam kesimpulannya, seni tradisi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan menghubungkan komunitas. Melalui seni tradisi, cerita dan nilai-nilai budaya dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan unik. Seni tradisi juga menciptakan ikatan sosial antara anggota komunitas, membangun rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami dan menghargai seni tradisi sebagai bagian dari identitas kita.

Karakteristik persaingan sempurna

Persaingan sempurna adalah salah satu bentuk struktur pasar yang paling sering ditemui dalam teori ekonomi. Dalam persaingan sempurna, banyak penjual dan pembeli saling berinteraksi dalam pasar yang sangat kompetitif. Artikel ini akan menjelaskan karakteristik utama persaingan sempurna dan mengapa pemahaman tentang pasar ini penting dalam konteks ekonomi modern.

1. Banyak Penjual dan Pembeli:

Salah satu karakteristik utama persaingan sempurna adalah adanya banyak penjual dan pembeli di pasar. Ini berarti tidak ada satu penjual yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga pasar secara signifikan. Setiap penjual dan pembeli adalah harga taker, artinya mereka harus menerima harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar.

2. Homogenitas Produk:

Produk yang ditawarkan dalam persaingan sempurna harus homogen atau serupa. Artinya, produk yang ditawarkan oleh satu penjual tidak dapat dibedakan dari produk yang ditawarkan oleh penjual lain. Hal ini memastikan bahwa pembeli memiliki banyak pilihan dan bahwa persaingan berfokus pada harga.  

3. Mobilitas Faktor Produksi:

Persaingan sempurna membutuhkan mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal. Ini berarti bahwa faktor-faktor produksi dapat dengan mudah bergerak dari satu sektor atau perusahaan ke sektor atau perusahaan lain jika ada perubahan harga atau peluang yang lebih menguntungkan. Mobilitas faktor produksi ini memastikan bahwa persaingan tetap intensif dan mencegah penjual atau pembeli menguasai pasar.

4. Transparansi Informasi:

Dalam persaingan sempurna, informasi harus transparan dan mudah diakses oleh semua pihak yang terlibat. Ini berarti bahwa penjual dan pembeli memiliki akses yang sama terhadap informasi tentang harga, kualitas produk, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan dan penawaran. Transparansi informasi membantu menciptakan pasar yang efisien dan adil.

5. Tidak Ada Hambatan Masuk dan Keluar:

Persaingan sempurna membutuhkan tidak adanya hambatan masuk dan keluar pasar. Artinya, setiap penjual atau pembeli dapat dengan mudah masuk atau keluar pasar tanpa hambatan yang signifikan. Tidak adanya hambatan ini memastikan bahwa persaingan tetap terbuka dan tidak ada monopoli yang dapat muncul.

Karakteristik persaingan sempurna menciptakan pasar yang dinamis dan kompetitif di mana penjual dan pembeli memiliki kekuatan yang seimbang dalam menentukan harga dan kualitas produk. Memahami karakteristik ini penting dalam konteks ekonomi modern karena memungkinkan analisis yang lebih baik tentang efisiensi pasar dan kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan persaingan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang persaingan sempurna, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil.

Permintaan dan penawaran pada pasar sempurna

Pasar sempurna adalah salah satu bentuk pasar yang paling sering ditemui dalam teori ekonomi. Dalam pasar ini, banyak penjual dan pembeli saling berinteraksi dengan prinsip dasar permintaan dan penawaran. Artikel ini akan menjelaskan prinsip dasar permintaan dan penawaran dalam pasar sempurna dengan bahasa yang mudah dipahami.

1. Permintaan

Permintaan adalah keinginan dan kemampuan pembeli untuk membeli suatu produk pada berbagai tingkat harga. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga produk, pendapatan konsumen, preferensi konsumen, harga produk lain, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan pembelian. Ketika harga produk naik, biasanya jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan cenderung menurun. Sebaliknya, ketika harga produk turun, jumlah barang yang diminta cenderung meningkat. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta ini disebut dengan hukum permintaan.

2. Penawaran

Penawaran adalah keinginan dan kemampuan penjual untuk menjual suatu produk pada berbagai tingkat harga. Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran adalah harga produksi, teknologi, biaya produksi, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan penjualan.Ketika harga produk naik, biasanya jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual akan cenderung meningkat. Sebaliknya, ketika harga produk turun, jumlah barang yang ditawarkan cenderung menurun. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan ini disebut dengan hukum penawaran.

Keseimbangan Pasar:

Keseimbangan pasar terjadi ketika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan pada harga tertentu. Pada titik keseimbangan ini, harga pasar terbentuk dan jumlah barang yang diperdagangkan mencapai tingkat optimal.

Jika harga di atas keseimbangan, maka akan terjadi kelebihan penawaran, artinya penjual menawarkan lebih banyak barang daripada yang diminta oleh pembeli. Sebaliknya, jika harga di bawah keseimbangan, maka akan terjadi kelebihan permintaan, artinya pembeli menginginkan lebih banyak barang daripada yang ditawarkan oleh penjual.

Dalam pasar sempurna, permintaan dan penawaran berperan penting dalam menentukan harga dan jumlah barang yang diperdagangkan. Permintaan dipengaruhi oleh harga dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan pembelian, sedangkan penawaran dipengaruhi oleh harga produksi dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan penjualan. Pada titik keseimbangan, harga pasar terbentuk dan jumlah barang yang diperdagangkan mencapai tingkat optimal. Dengan pemahaman yang sederhana tentang prinsip dasar permintaan dan penawaran dalam pasar sempurna, kita dapat memahami bagaimana pasar beroperasi dan mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari]\'

Pemaksimum Keuntungan Jangka Pendek

Dalam bagian ini secara serentak akan ditunjukkan contoh angkatentang biaya produksi, hasil penjualan dan penentuan keuntungan. Dalam contoh iniakan ditunjukkan (i) cara menghitung biaya total, biaya rata rata dan biaya marjinal, (ii) cara menghitung hasil penjualan total, penjualan rata-rata dan penjualan marjinal, dan (iii) menunjukkan caranya suatu perusahan Perusahaan menentukkan Tingkat produksi yang akan memaksimumksn keuntungannya.

Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas ditunjukkan dan diterangkan, akan dirumuskan dua cara untuk menentukan pemaksimuman keuntungan oleh suatu Perusahaan.

Syarat Pemaksimuman Keuntungan

Di dalam jangka pendek, pemaksimumam untung oleh suatu Perusahaan dapat diterangkan dengan dua cara berikut :

  • Membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total
  • Menunjukkan keadaan Dimana hasil penjualan marjinal sama dengan biaya marjinal

Pada pendekatan pertama, total hasil penjualan dihitung dan dibandingkan dengan total biaya untuk menentukan keuntungan. Selisih antara seluruh hasil penjualan dan total biaya disebut laba. Jika terdapat disparitas maksimum antara keduanya, keuntungan akan mencapai puncaknya. Dengan demikian, teknik pertama akan menghasilkan keuntungan maksimum jika terdapat perbedaan nilai maksimum antara total keuntungan penjualan dan total biaya.

Pada pendekatan kedua adalah Memanfaatkan kurva atau statistik biaya rata-rata dan marjinal. Tingkat output dimana pendapatan penjualan marjinal adalah dimana maksimalisasi keuntungan dicapai. (MR) dan biaya marjinal (MC) adalah setara, atau MR = MC. Jika suatu bisnis meningkatkan output ketika MR > MC, atau pendapatan penjualan marjinal (MR) > biaya marjinal (MC), hal ini akan mengakibatkan kenaikan laba. Keuntungan dalam hal ini akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan penjualan. Sebaliknya jika MR < MC, maka penjualan dan output yang lebih rendah akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Jadi, skenario dimana MR = MC saja menghasilkan keuntungan maksimal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun