Menghindari budaya asing yang masuk ke Indonesia bukan hal yang mudah dilakukan di era globalisasi seperti sekarang, segalanya dapat dilihat dengan mudah dan cepat melalui YouTube, televisi, dan media sosial. Namun, disisi lain, budaya luar, memiliki kearifan yang fleksibilitas, sehingga bisa diakomodir dengan mudah tanpa harus merusak kepercayaan kearifan lokal yang sudah ada sebelumnya.
3. Mampu Mengintegrasikan Budaya Asing ke dalam Budaya Indonesia
Ialah suatu kearifan lokal yang memiliki kemampuan bukan hanya untuk mengakomodasi, tetapi juga mengintegrasikan budaya asing yang masuk dan memadukannya dengan budaya yang sudah ada dengan baik.
4. Mampu Mengendalikan Budaya Asing yang Masuk
kearifan lokal yang menjadi adat dan budaya asli juga mengakar begitu kuat, sehingga akan sulit untuk menghilangkannya dari masyarakat. Alih-alih hilang dan digantikan oleh budaya asing, kepercayaan terhadap kearifan lokal yang lebih kuat, sehingga membuat kita justru mampu mengendalikan budaya asing yang masuk.
5. Memberi Arah pada Perkembangan Masyarakat
Kearifan lokal yang sudah dipercaya oleh masyarakat sejak lama mau tidak mau akan mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sebab kearifan lokal yang sudah berusia puluhan tahun pada akhirnya akan menjadi kepercayaan atau pedoman yang dianut oleh masyarakat.
Fungsi Kearifan Lokal Indonesia bagi Masyarakat :
- Konservasi Kelestarian Sumber Daya Alam : untuk mendorong masyarakat di wilayah tertentu untuk melakukan konservasi agar alam tempat mereka tinggal tetap terjaga dan tidak mengalami kerusakan.
- Menjadi Patuah, Kepercayaan dan Pantangan : nasihat atau petuah, pantangan yang tidak boleh dilanggar, juga kepercayaan yang dipelihara dengan baik diwariskan untuk menjaga agar kehidupan setiap generasi di wilayah tertentu dapat berjalan baik.
- Menjadi Ciri Utama Masyarakat : Kearifan lokal yang ada juga mencakup adat dan istiadat. Meskipun kuno adat istiadat lah yang justru membuat suatu daerah yang memiliki kearifan ini menjadi lebih unik dan berbeda dari daerah-daerah lainnya.
Jenis - Jenis Kearifan Lokal :
1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata atau Tangible
Ini adalah kearifan daerah yang bisa dilihat dan disentuh. Kearifan lokal dalam bentuk nyata maupun konkrit, baik dalam bentuk tekstual, seperti tata cara, aturan, maupun sistem nilai, dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Bentuk selanjutnya adalah arsitektur mirip rumah tradisional yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Misalnya: Rumah Gadan di Sumatera Barat, Rumah Joglo di Jawa Tengah atau Rumah Panggung di Jambi.
Bentuk kearifan lokal berwujud nyata lainnya adalah cagar budaya seperti patung, berbagai alat seni tradisional, senjata tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi lainnya, hingga tekstil tradisional seperti kain batik dari Pulau Jawa, dan kain tenun dari Pulau Sumba.
2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible
Adalah kearifan yang tidak bisa dilihat wujudnya secara nyata. Namun, walaupun tidak terlihat, kearifan lokal jenis ini bisa didengar karena disampaikan secara verbal dari orang tua ke anak, dan generasi selanjutnya. Bentuk kearifan lokal tidak berwujud antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun, atau yang tadi telah kita bahas mengenai Sedulur Papat Lima Pancer ataupun cerita yang mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya yang bertujuan agar para generasi muda di wilayah tersebut tidak melakukan tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat, serta alam sekitar yang menjadi rumah serta sumber penghidupan mereka. Salah satu contohnya ialah kepercayaan asal Papua yang dikenal dengan nama Te Aro Neweak Lako. Kepercayaan ini merupakan bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud atau intangible, dimana masyarakat mempercayai bahwa alam merupakan bagian dari diri mereka.
Berikut ini merupakan Kearifan Lokal di Indonesia yang masih ada sampai saat ini :
- Awig-Awig dari Bali dan Lombok Barat
- Cingcowong di Jawa Barat
- Bebie di Muara Enim, Sumatera Selatan
- Hutan Larangan Adat di Provinsi Riau
- Kearifan Lokal di Tua Tunu
- Lompat Batu Nias
- Bau Nyale di Nusa Tenggara Barat
- Mekare-kare di Bali
- Ma'nene di Toraja, Sulawesi Selatan
- Pasola di Nusa Tenggara Timur
- Grebeg Syawal di Yogyakarta
- Seba di Banten
- Tatung di Kota Singkawang
- Batombe di Sumatera Barat
- Bakar Tongkang di Provinsi Riau
- Brobosan di Jawa
- Tabuik di Sumatera Barat
- Tradisi Pemakaman Suku Minahasa di Sulawesi Utara
- Dugderan di Semarang
- Keyakinan Celako Kumali di Bengkulu
- Ritual Tiwag di Kalimantan Tengah
- Tradisi Potong Jari di Papua
- Giggi Runcing Suku Mentawai di Kalimantan
- Kebo-keboan di Banyuwangi
- Tradisi Adu Betis di Sulawesi Selatan
Daftar Pustaka