Mohon tunggu...
Jentar Samosir
Jentar Samosir Mohon Tunggu... Human Resources - Propesional Literasi sekolah

Solusi pemecahan masalah jika kita rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Minat dan Gemar Baca di Sekolah

6 November 2019   17:58 Diperbarui: 3 Oktober 2020   18:32 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pustakawan.web.id

Perpustakaan  sebagai tempat mencari informasi dan juga tempat solusi pemecahan masalah  untuk menyelesaikan dan menggali dari beberapa referensi displin ilmu, yaitu di perpustakaan.

Kehadiran Pustakawan sebagai tenaga profesional yang memahami dan mengelola perpustkaan salah asatu langkah mengembangkan layanan, untuk menuntut para siswa dan mendorong bagaima meningkatkatan budaya membaca menjadi kebutuhan yang harus mengupayakan, bagaimana perpustakaan itu sebagai pusat untuk mencerdaskan siswa sebagai tempat wahana belajar, saat ini dari  hasil surve perpustakaan bukan lagi tempat impian melainkan sebagai alat pajangan yang penting ada perpustakaan, mengapa?

Minat baca siswa didik di Indonesia dan dibandingkan dengan Asia dinyatakan  rendah, perpustakaan tidak dikelola secara managemen yang baik yang berakibat kemampuan analisis dan kemampuan menulis ini. 

Mungkin karena mereka selalu dimanjakan dengan soal-soal pilihan ganda, sehingga kemampuan berpikir mereka sebatas memilih, dan menebak. Pantas saja jenis soal seperti pilihan ganda ini tidak lagi digunakan di negara-negara maju. Lantas mengapa pemerintah masih bertahan dengan jenis soal seperti ini dalam ujian nasional? Tanya Kenapa?

Budaya minat baca menurun.

Selain itu, faktor malas membaca juga menjadi penyebab dari sulitnya mereka menjawab soal bertipe uraian. Orang tua di rumah selalu mengeluhkan putra-putrinya malas sekali membaca, di tambah lagi orang tua yang tidak gemar membaca sudah barang tentu berimbas kepada anak-anak. Yang menjadi pertanyaan mengapa sekolah tidak mampu menumbuhkan minat baca mereka? Bukankah kegiatan membaca sudah menjadi rutinitas anak-anak kita di sekolah?

Di tulisan sebelumnya saya membahas tentang pentingnya mengajarkan keterampilan menulis sejak dini kepada anak-anak kita. Namun yang tidak kalah penting sebelum mengajarkan keterampilan menulis adalah keterampilan membaca. 

Tanpa membaca tidak mungkin seseorang akan memiliki keterampilan menulis, keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Lahap membaca akan menyebabkan seseorang gemuk menulis, artinya tulisannya akan sangat berbobot dan berisi, karena banyak pengetahuan yang ia peroleh dari membaca.

Salah satu faktor utama seseorang tidak mampu menulis disebabkan karena malas membaca. Padahal membaca adalah sebuah aktivitas pengembangan diri, dengan membaca apapun jenis bukunya minimal ada satu pelajaran, satu pengetahuan, dan satu solusi atau manfaat di dalamnya (Andrie Wongso). Parahnya lagi penyakit malas membaca ini tidak hanya terjadi pada anak-anak kita, tetapi juga para guru di sekolah. Tentunya dengan alasan tak punya waktu dan terjebak ke dalam rutinitas kerja.

Sungguh ironis, kegiatan membaca yang seharusnya bagi seorang pelajar menjadi kegiatan yang sangat asyik dan menyenangkan, namun berubah menjadi hal yang menyakitkan, dihindari, tidak disukai, dan membosankan. Apalagi bagi seorang guru, membaca seharusnya menjadi makanan pokok, yang akan menambah wawasan, meningkatkan intelektualitasnya, dan mempertajam intuisi. Namun tidak sedikit guru yang malas membaca.

Mungkin inilah yang menjadi faktor mengapa minat membaca masyarakat kita sangat kecil dan memprihatinkan. Terbukti dari hasil riset yang di keluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) Pada tahun 2006 yang mellibatkan siswa Sekolah Dasar. Dalam riset ini Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi kita hanya lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan. Kemudian hasil survei Unesco menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia paling rendah di Asean.

Banyak faktor yang menyebabakan budaya atau minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, jika ditelusuri lebih lanjut kita akan menemukan banyak sekali penyebabnya. Di antaranya adalah perpustakaan sekolah tidak ounya daya tarik ,tidak memilki program kegiatan, petugas perpustakaan sekolah tidak secra aktif bagaimna untuk menggiring siswa melangkah dan untuk bershabatr dengan perpustakaan kemudian pembelajaran kita belum membuat pelajar harus membaca buku, mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang diajarkan di sekolah. 

Singkatnya, para guru di sekolah lebih menekankan siswa untuk menghapal saja kemudian ketika ujian diberikan soal pilihan ganda. Nah, ketemu deh benang merahnya, bagaimana bisa guru menyuruh siswanya mencari informasi dari sumber lain, lah wong gurunya saja tidak punya sumber lain selain buku pegangan yang sama dengan milik siswa, atau dengan kata lain gurunya saja malas mencari sumber lain, alias malas membaca.

Ini fakta, dan terjadi di sekolah kita. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun guru malas membaca. Apalagi zaman sekarang tehnologi informasi berada posisi serba istan akhirnya membaca secara konvensional akan tertinggal akibat kemajuan TI menjadi serapan pagi pemustaka, sudah ada menjadi alasan seorang guru untuk tidak membeli dan membaca buku, kan tinggal tanya mbah google, buat apa beli buku? timpalnya. 

Mereka tak terasa sudah terjebak pada rutinitas kerja, sehingga tidak punya waktu khusus untuk membaca, tidak ada anggaran sedikit pun dari penghasilannya untuk membeli sebuah buku atau setidaknya meminjam buku dari teman apalagi mengunjungi perpustakaan,

Penempatan SDM Pustakawan

Hasil pengamatan terjadi, guru merangkap menjadi pustakawan menjadi salah satu faktor kurangnya aktivitas layanan artinya tidak sesuai bidang keahliannya.

Lantas, bagaimana sekolah dapat menularkan virus gemar membaca sementara virus malas membaca masih menghinggapi para guru-gurunya di sekolah? Guru harus mampu melawan virus malas membaca ini. Ingatlah dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia. 

Sebagai bahan pembanding, mari kita sejenak berkunjung ke Finlandia, sebuah negara dengan sistem pendidikan terbaik saat ini. Di negeri ini minat baca masyarakatnya sangat tinggi, Berikut adalalah budaya yang terjadi di sana menurut yang ditulis Gamerman (2008):

Membaca itu modal kesuksesan

     KONDISI MINAT BACA DI FIRLANDIA

Orang tua yang baru melahirkan bayi diberi paket pertumbuhan anak dari pemerintah, termasuk buku.

Terdapat perpustakaan di mal-mal. Terdapat buku keliling yang selalu membuat masyaraka bisa mengakses buku dengan mudah.

Sekolah dimulai pada usia tujuh tahun.

Siswa di FInlandia jarang sekali harus membuat PR lebih dari setengah jam setiap malam.

Tidak ada kelas untuk anak berbakat. Kelas khusus lebih difokuskan pada yang yang tertinggal dalam hal membaca.

Guru disana memiliki kebebasan dalam merancang pembelajaran menyesuaikan kebutuhan siswa. Di kita sekolah ibarat pabrik mobil. Di Finlandia, guru ibarat seorang pengusaha.

Membaca adalah hal yang ditemukan di setiap sudut kota. Bahkan di dalam bus atau angkot terdapat perpustakaan mini.

Indikator meningkatkan budaya minat, dan kebiasaan membaca para siswa ini tidak terlihat dalam waktu dekat, peningkatan minat, kebiasaan dan kemampuan membaca dapat muncul dari perobahan layanan perpustakaan sekolah, keberhasilan bisa terujud apabila kepala sekolah, pustakawan dan guru menjalin kerja sama.   

Tentu Bagaimana Cara Mengembangkan  Minat Baca ?

Untuk mengujudkan bangsa berbudaya baca perlu melakukan pembinaan minat baca pada anak.Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat baca dapat diawali dari keluarga.Begitu pula dengan lingkungan sekolah karna sekolah merukan tempat kedua memperolehan pendidikan.Membaca juga hendaknya dijadikan suatu sistem belajar sepanjang hayat karena tanpa membaca,maka kegiatan belajar tidak dapat belajar dengan sempurna.

Menurut Dalman ( 2014:145) menyatakan bahwa minat baca seseorang tidaklah bisa tumbuh dengan sendirinya, tetapi membutuhkan peranan orang lain dengan dorongan ,guru,orang tua , yang bisa menjadikan anak terangsang untuk membaca.

Berdasrkan pendapat para ahli dapat disimpulakan bahwa tujuan membaca seseorang tergantung pada apa yang ingin dicapai.Tetapai tujuan dari membaca  yang paling umum adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menjawab setiap permasalahan yang sedang dihadapi dan menambah pengetahuan bagi sesorang yang membacanya.Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa minat itu merupakan satu unsur kepribadian individu yang memegang pranan dalam menentukan proses dan prestasi belajar.   dan semoga bermnafaat... Salam literasi                                                            

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun