Kontra Terhadap Sistem Sekolah Zonasi
Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring waktu. Salah satu perubahan yang signifikan adalah pengenalan sistem sekolah secara zonasi. Konsep ini bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, tidak sedikit yang berpendapat bahwa sistem sekolah zonasi ini tidak efektif untuk mencapai tujuannya.
Pertama, Kelemahan Dalam Penerapan Sistem Sekolah Zonasi.
Pembatasan Akses ke Sekolah Favorit, sistem sekolah zonasi mengharuskan siswa untuk bersekolah di sekolah yang berada dalam wilayah zonanya. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat memilih sekolah yang dianggap lebih baik atau sesuai dengan minat mereka. Sebagai hasilnya, siswa yang memiliki potensi akademik dan bakat khusus terpaksa bersekolah di sekolah yang mungkin tidak dapat memberikan mereka lingkungan pendidikan yang sesuai dengan prestasi mereka.
Kedua, kualitas Pendidikan yang Tidak Konsisten.
Pemerataan pendidikan yang diharapkan dari sistem sekolah zonasi seringkali tidak tercapai. Banyak sekolah yang berada dalam zona tertentu atau jauh  memiliki standar pendidikan yang rendah. Ini berarti siswa yang tinggal di zonasi yang jauh tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sementara itu, sekolah di zona lain yang memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik menjadi penuh sesak karena permintaan yang tinggi. Hal ini seolah olah tidak memberi kesempatan kepada anak di luar zonasi untuk  bersekolah di sekolah favorit mereka, padahal mereka ingin melajutkan pendidikan dengan fasilitas dan pengajaran yang memumpuni.
Ketiga, Peningkatan Kualitas Sekolah di Setiap Zona.
Alih-alih membatasi akses ke sekolah favorit, pemerintah sebaiknya fokus pada peningkatan kualitas sekolah di setiap zona. Dengan memperkuat pendidikan di semua wilayah, siswa akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa harus terikat dengan zona tertentu. Tetapi karena nyatanya sekolah tetap memandang umur yang lebih tua dan zonasi untuk bersekolah di sekolah favorit sehingga siswa siswa yang masih dibawah standar umur dan jauh dari zona kesulitan bersekolah di sekolah favorit. Sehingga siswa siswi terjebak pada daerah masing masing karna terhalang zonasi.
Keempat, Merasa menjadi Paling Berkuasa di Kelas karna Merasa Pintar.
Alih alih ingin mengajajar temannya dengan tulus tetapi banyak anak jaman sekarang menafaatkan hal tersebut untuk menjadikan temannya sebagai pesuruh pembeli makana sebagai kata "balas budi". Hal ini di rasa sebagai kata untuk membalas budi ats bantuan dari siswa yang berkenan mengajar.
Kelima, Perbedaan Perlakuan Guru Terhadap Anak Berprestasi.
Anak berprestasi sering menjadi sasaran empuk untuk dijadikan anak kebanggan sekolah. Rata rata anak berprestasi lebih menjadi pusat perhatian guru guru dengan pengajaran yang lebih ekstra, sedangkan anak yang biasa biasa saja lebih sering di acuhkan, sehingga terjadi penurunan kualitas pendidikan di sekolah, selain itu siswa siswi di sekolah favorit jarang mendapatkan jam kosong sedangkan siswa siswi yang berada di sekolah yang tidak favorit sering mendapatkan jam kosong.
Keenam, Anak Berprestasi Terpengaruh Dengan Sistem Belajar di Sekolah  Yang Masih Kurang
Siswa siswi sekarang ini  sangatlah mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya, jika siswa ditempatkan di sekolah yang masih kurang, baik itu cara pengejaran, fasilitas dan lain hal. Dalam pembelajaran dapat membawa dampak cukup buruk kepada anak yang berprestasi, apalagi perbedaan perlakuan pengajar kepada siswa yang biasa saja dengan siswa yang berprestasi, jika siswa ditempatkan di sekolah yang sering mendapatkan jam kosong, pengajaran yang tidak maksimal, fasilitas yang masih kurang. Hal ini dapat menurunkan kualitas pembelajaran pada siswa, sehingga siswa berprestasi malah mengalami penurunan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI