Source : BWT Financial Investment Risk
Pengelolaan resiko nampaknya mulai menjadi urgensi baru masyarakat ditengah berbagai peristiwa dan tren yang sedang terjadi. Management resiko seharusnya dipertimbangkan sebagai budaya baru di tengah masyarakat.Â
Management resiko sendiri bukan bertujuan untuk  menghilangkan resiko namun semaksimal mungkin mengurangi resiko yang dapat meneyebabkan kerugian dan dampak buruk. Management resiko sebaiknya dilakukan sebelum melakukan apapun agar dapat meningkatkan keberhasilan.
Kita dapat mengambil contoh yang relevan saat ini yaitu Pandemi COVID 19. Saat ini pemerintah tengah menjalankan distribusi vaksinasi COVID 19 di seluruh Indonesia. Hal ini mempunyai banyak resiko tentunya, seperti efek samping vaksinasi, reaksi masyarakat terhadap vaksinasi, pemerataan vaksinasi di seluruh Indonesia dan lainnya. Sebelum pemerintah mendistribusikan vaksinasi tentunya sudah memikirkan berbagai resiko dan dampak buruk yang akan terjadi.Â
Contohnya untuk mengurangi resiko penolakan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai edukasi terlebih dahulu mulai dari memboomingkan adanya vaksin di Indonesia sebagai langkah mengurangi kasus COVID 19, mengurangi kemungkinan terpapar COVID 19. Meskipun memiliki efek samping buruk seperti menyebabkan demam dan nyeri setelah vaksinasi, pemerintah menekankan pada efek baiknya.Â
Menurut saya management resiko terbaik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah membuat vaksin tersebut gratis agar tidak akan ada masyarakat yang tidak vaksin dengan alasan tidak mempunyai uang. Namun dengan menggratiskan vaksin, pemerintah memliki resiko dalam perspektif lain, yaitu finansial.Â
Pemerintah membeli vaksin dari luar negri namun tidak meminta masyarakat membayar, tentunya hal ini membuat pengeluaran pemerintah semakin membengkak. Pandemi ini saja sudah mematikan banyak sektor ekonomi di Indonesia. Dampak dari hal ini adalah pemerintah harus bekerja ekstra untuk menggerakkan kembali roda ekonomi di Indonesia.Â
Meskipun sudah meminimalisir resiko, tentu saja tidak bisa 100% menghilangkan resiko tersebut. Sebagai contoh Indonesia merupakan negara yang cukup luas, sehingga distribusi vaksin belum sepenuhnya sampai ke seluruh wilayah Indonesia. Meskipun pemerintah memprioritaskan Jakarta karena Jakarta merupakan daerah penularan paling besar, pemerintah tidak seharusnya mengabaikan wilayah lainnya.Â
Bukan berarti daerah lain tidak memiliki resiko yang sama besarnya dengan Jakarta. Sering saya dengar berita tentang kelangkaan vaksin di daerah daerah. Masyarakat sudah memiliki antusiasme untuk datang ke lokasi vaksin, namun ketika sampai ternyata vaksin sudah habis. Jatah vaksin yang diberikan tidak sebanding dengan jumlah masyarakat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!