Mohon tunggu...
Jennifer VA
Jennifer VA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Peramal

5 November 2018   19:33 Diperbarui: 5 November 2018   19:57 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terkejut dan tidak tau harus berkata apa. Kemudian, aku mengajaknya untuk pergi ke tempat lain karena dia benar-benar melarangku ke tempat itu. Lalu tiba-tiba ada prajurit yang menarik Anton dari belakang dan mengarahkan senjata kearah kepalanya. Aku panik dan langsung mendorong tentara itu dan mengajak Anton berlari, kulinudungi Anton dengan segenap hatiku, aku tidak ingin kehilangan suami dan anakku. Ada sekitar tiga prajurit yang mengejar kita sambil menembaki kita dengan senjatanya. 

Kemudian langsung ku gendong Anton dan berlari. Saat kita sudah lolos jauh dari tentara-tentara itu. Perutku sakit, aku tidak sanggup berjalan, tidak sanggup bernafas. Anton langsung memelukku dan membantuku untuk beristirahat. Tanganku penuh dengan darah, Anton menangis dan seperti berusaha menahan darahku, aku sudah tidak sanggup melihat Anton lagi. Masih kudengar suaranya yang berteriak memanggilku, lalu tiba-tiba semuanya gelap dan aku melihat cahaya. Suara Anton sudah tidak kudengar lagi. Maafkan aku Ton.. Maafkan Ibu harus meninggalkanmu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun