Dalam perspektif New Public Management (NPM), tentu terdapat korelasinya dengan perilaku santun dan ramah para staf perkantoran dalam melayani warga masyarakat. NPM sendiri merupakan paradigma baru, dimana mulai mendapat banyak sorotan pada tahun 1990an setelah Christopher Hood pertama kali menggunakan istilah itu dalam tulisannya di tahun 1991 lalu, meski pada perkembangannya paradigma ini juga kerap disamakan dengan istilah-istilah lain yang berkembang setelahnya seperti Post-Bureaucratic Paradigm yang di perkenalkan Michael Barzeley pada tahun 1992, dan Reinventing Government yang di perkenalkan Osborne dan Gaebler pada tahun 1992.
Dalam paradigm lama birokrasi, khususnya dalam birokrasi perkantoran, dengan perilaku staf perkantoran, yang tak santun, tak ramah, kaku dan berbelit-belit dalam melayani warga masyarakat, tak lagi relevan dengan konteks zaman yang modernis ini. Dimana, telah mengalami transformasi ke arah NPM.
Perspektif NPM beranggapan bahwa, praktik manajemen sektor swasta adalah cara yang lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada birokrasi publik. Oleh karena itu, buruknya sistem manajemen dalam organisasi publik dapat diselesaikan dengan pengadopsian beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor bisnis/swasta seperti staf perkantoran yang berperilaku yang santun dan ramah layaknya performance staf perkantoran pada sektor bisnis/swasta.
Atas dasar gagasan ideal dan realistis dari NPM itu, maka tentu suksesnya pelayanan pada perkantoran, tidak hanya tergantung pada kemampuan pimpinan dalam melakukan planning, organizing, leading, dan controlling saja, tapi juga tergantung perilaku stafnya, yang santun dan rama tatkala menerima warga masyarakat, yang hendak berurusan di perkantoran itu.
Mengakhirinya, meminjam ungkapan Mario Teguh, seorang motivator, kelahiran Kota Anging Mamiri Makassar, Sulawesi Selatan pada 5 Maret 1956, yang populer melalui karyanya “Becoming a Star” yang di publis pada tahun 2006 lalu bahwa, "tetaplah berlaku santun dan profesional, termasuk kepada orang yang biasa berlaku sebaliknya kepada anda. Ketidak-santunan orang lain tidak boleh mengurangi keindahan pribadi anda."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H