Mohon tunggu...
Jen Latuconsina
Jen Latuconsina Mohon Tunggu... Dosen - Jen Latuconsina memiliki nama lengkap Muhammad Jen Latuconsina, S.IP, MA, yang biasa menggunakan nama pena M.J. Latuconsina. Lelaki berdarah Ambon ini, lahir di Masohi pada 30 Mei 1975 lampau. Ia meraih gelar S1 Ilmu Politik/Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin (2001), lantas meraih gelar S2 Ilmu Politik pada Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Gadja Mada (2008). Ia adalah seorang pribadi yang suka membaca, menulis dan fotografi. Ia banyak menghiasi media cetak lokal di Kota Ambon dengan berbagai artikelnya dalam bidang politik, pemerintahan, dan administrasi publik. Sebelumnya sejak tahun 2001 berprofesi sebagai jurnalis di Tabloid Catatan Kaki, Tabloid Suisma, Harian Info, Harian Ambon Ekspres, dan Tabloid Ekspresi. Pada tahun 2005 ia kemudian menekuni profesi dalam dunia akademik, dengan menjadi dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pattimura.

Pria

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Anda Santun Kami Segan

31 Januari 2021   09:19 Diperbarui: 31 Januari 2021   09:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam perspektif New Public Management (NPM), tentu terdapat korelasinya dengan perilaku santun dan ramah para staf perkantoran dalam melayani warga masyarakat. NPM sendiri merupakan paradigma baru, dimana mulai mendapat banyak sorotan pada tahun 1990an setelah Christopher Hood pertama kali menggunakan istilah itu dalam tulisannya di tahun 1991 lalu, meski pada perkembangannya paradigma ini juga kerap disamakan dengan istilah-istilah lain yang berkembang setelahnya seperti Post-Bureaucratic Paradigm yang di perkenalkan Michael Barzeley pada tahun 1992, dan Reinventing Government yang di perkenalkan Osborne dan Gaebler pada tahun 1992.

Dalam paradigm lama birokrasi, khususnya dalam birokrasi perkantoran,  dengan perilaku staf perkantoran, yang tak santun, tak ramah, kaku dan berbelit-belit dalam melayani warga masyarakat, tak lagi relevan dengan konteks zaman yang modernis ini. Dimana, telah mengalami transformasi ke arah NPM. 

Perspektif NPM beranggapan bahwa, praktik manajemen sektor swasta adalah cara yang lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada birokrasi publik. Oleh karena itu, buruknya sistem manajemen dalam organisasi publik dapat diselesaikan dengan pengadopsian beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor bisnis/swasta seperti staf perkantoran yang berperilaku yang santun dan ramah layaknya performance staf perkantoran pada sektor bisnis/swasta.

Atas dasar gagasan ideal dan realistis dari NPM itu, maka tentu suksesnya pelayanan pada perkantoran, tidak hanya tergantung pada kemampuan pimpinan dalam melakukan planning, organizing, leading, dan controlling saja, tapi juga tergantung perilaku stafnya, yang santun dan rama tatkala menerima warga masyarakat, yang hendak berurusan di perkantoran itu. 

Mengakhirinya, meminjam ungkapan Mario Teguh, seorang motivator, kelahiran Kota Anging Mamiri Makassar, Sulawesi Selatan pada 5 Maret 1956, yang populer melalui karyanya “Becoming a Star” yang di publis pada tahun 2006 lalu bahwa, "tetaplah berlaku santun dan profesional, termasuk kepada orang yang biasa berlaku sebaliknya kepada anda. Ketidak-santunan orang lain tidak boleh mengurangi keindahan pribadi anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun