Sebagai warga negara yang baik, saya turut larut menyambut gembira dan bahagia pesta demokrasi lima tahunan di negara kita tercinta ini. Saya berharap anda juga berpikiran demikian. Sebab sebuah hajatan besar membutuhkan kerja sama dan saling toleransi dari semua pihak supaya pesta tersebut berjalan dengan baik, dengan muaranya kebahagiaan kita bersama. Sudah sepantasnya kita turut berkontribusi positif sesuai dengan kapasistas masing-masing.
Lebih kurang dua bulan lagi pesta kita mencapai puncaknya. Menjelang hari H itu banyak hal yang sudah kita dengar, kita lihat, dan juga kita perbuat. Sosial media menjadi salah satu pintu masuk segala informasi terkait hajatan kita. Selain, itu media arus utama dan media-media digital yang lain juga menyajikan informasi terkait dengan hajatan demokrasi, baik pemilihan umum legislatif (Pileg) maupun pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres). Meski begitu mudah kita memperoleh informasi tersebut, seyogyanya kita juga harus selektif mengkonsumsinya. Kajian kristis dan konfirmasi atas informasi yang kita peroleh mutlak dilakukan. Hal ini untuk menghindari memperoleh informasi yang keliru, sebab akan merugikan diri sendiri dan orang lain jika kita tidak pandai memaknai informasi.
Berkaitan dengan Pilpres 2019, saya mencoba mengulik hasil survei beberapa lembaga yang sudah melakukan kajian mengenai tingkat elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden. Beberapa lembaga survei tersebut idealnya dalam melakukan survei harus memenuhi kaidah ilmiah mencakup metodologi:Â
1). Keterukuran indikator variabel, 2). Mempunyai sampling frame yang jelas (daftar, karakteristik responden), 3). Teknik penarikan sampel yang sesuai dan proporsional dan size sampel yang representati, 4). Teknik pengkururan dan instrumen yang valid dan reliabel dan, 5). Pemilihan statistik yang tepat. Selain itu, lembaga survei harus transparan, kredibel, akuntabel, dan mengutamakan kejujuran ilmiah serta sumber pendanaan yang jelas.Dan idealnya lembaga survei selain memenuhi hal tersebut terdaftar di KPU (biasanya sesuai prosedur) dan menjadi anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).
Pada bahasan ini, saya mengambil 15 lembaga survei yang melakukan survei elektablitas capres/cawapres untuk pilpres 2019 antara lain: Poltracking, Populi Center, Indikator Politik Indonesia, Litbang Kompas, Cyrus Network, Charta Politika, Indo Barometer, Alvara, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Y Publica, SMRC, Median, LSI Denny JA, Puskaptis, dan Celebes Research. Pembaca bisa mengecek sendiri kredibilitas lembaga-lembaga tersebut.
Hasil survei dari 15 lembaga survei di atas saya bagi menjadi tiga periode, yaitu: Periode Survei Januari -- April 2018, Periode Survei Agustus -- Desember 2018, dan Periode Survei Januari 2019. Data saya kumpulkan dari berbagai media arus utama yang kredibel. Analisis dilakukan hanya sebatas statistik deskriptif yang memaparkan persepsi responden terkait tingkan elektabilitas capres/cawapres sepanjang periode survei. Tujuan analisis ini adalah memberi gambaran tingkat elektabilitas capres/cawapres pada Pilpres 2019. Perhatikan Gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Hasil Survei Periode Januari -- April 2018
Pada Gambar 1 di atas, hasil survei Poltracking menunjukkan elektabilitas pasangan capres/cawapres Joko Widodo -- Amin tercatat 57,0% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 33,7% dengan Unknow sebesar 8,7%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 23,3%. Sementara dari survei Populi Center diketahui elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 64,3% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 25,3% dengan Unknow sebesar 10,4%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 39,0%.Â
Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 60,6% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 29,0% dengan Unknow sebesar 10,4%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 31,6%. Di sini lain, hasil survei Litbang Kompas menyatakan elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 55,9% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 14,1%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 41,8%.Â
Dari hasil survei Cyrus Network elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin pada angka 64,0% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 29,8% dengan Unknow sebesar 6,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 34,2%. Data Charta Politica menunjukkan elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 58,8% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 30,0% dengan Unknow sebesar 11,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 28,8%. Indo Barometermencatat elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin 50,4% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 27,5% dengan Unknow sebesar 22,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 22,9%.
Dari data tersebut jika diambil rata-rata maka dapat dijelaskan bahwa elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 58,7% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 27,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 31,7%. Semua lembaga yang melakukan survei pada periode Januari -- April 2018 ini menunjukkan selisih elektabilitas dari 22,9% -- 41,8%, ini artinya selisih di atas 20%.
Pada Gambar 2 menunjukkan survei Alvara diketahui elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin 57,3% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 36,8% dengan Unknow sebesar 9,5%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 20,5%. Lembaga Survei Indonesia, Joko Widodo -- Amin 53,6%, Prabowo -- Sandi 28,8% dengan Unknow17,6%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 24,8%. Hasil survei Y-Publicamencatat elektabilitas Joko Widodo -- Amin pada kisaran 53,9% dan Prabowo -- Sandi 28,8%, sementara Unknow 17,3%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 25,1%.Â
SMRC mencatat Joko Widodo -- Amin 60,4% Prabowo -- Sandi 29,8% Unknow 9,8%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 30,6%. Data survei Mediandiketahui elektabilitas Joko Widodo -- Amin 47,7% Prabowo -- Sandi 35,5% Unknow 16,8%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 12,2%. LSI Denny JA menyebut Joko Widodo -- Amin 54,2% Prabowo -- Sandi 30,6% Unknow 15,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 23,6%. Hasil survei Indikator Politik Indonesiamenyatakan Joko Widodo -- Amin 54,9% Prabowo -- Sandi 34,8% Unknow 9,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 20,1%.
Dari uraian di atas, dapat diambil rata-rata bahwa elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 54,6% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 32,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 22,4%. Semua lembaga yang melakukan survei pada periode Agustus -- Desember 2018 ini menunjukkan selisih elektabilitas dari 12,2% -- 30,6%. Perlu dicatat bahwa selain lembaga Median (12,2%), lembaga survei yang lain memiliki selisih di atas 20%.
Gambar 3 di atas memberikan informasi, hasil survei Charta Politicamenunjukkan eleketabilitas Joko Widodo -- Amin pada angka 53,2% Prabowo -- Sandi 34,1% Unknow 12,7%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 19,1%. Hasil survei Y-Publica mencatat elektabilitas Joko Widodo -- Amin pada kisaran 53,5% dan Prabowo -- Sandi 31,9%, sementara Unknow 14,6%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 21,6%.Â
Sementara dari survei Populi Centerdiketahui elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 54,1% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 31,0% dengan Unknow sebesar 14,9%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 23,1%. %. LSI Denny JA menyebut Joko Widodo -- Amin 54,8% Prabowo -- Sandi 31,0% Unknow 14,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 23,8%. Data survei Median diketahui elektabilitas Joko Widodo -- Amin 47,9% Prabowo -- Sandi 38,7% Unknow 13,4%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 9,2%.
 Puskaptis menyatakan pada hasil surveinya elektabilitas Joko Widodo -- Amin 45,9% Prabowo -- Sandi 41,8% Unknow 12,3%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 4,1%. Terakhir lembaga survei Celebes Research pada survei yang dilakukan 23 -- 31 Januari 2019 menunjukkan bahwa elektabilitas Joko Widodo -- Amin pada angka 56,1% Prabowo -- Sandi 31,7% Unknow 12,2%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 24,4%.
Dari uraian di atas, dapat diambil rata-rata bahwa elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin tercatat 52,2% dan Prabowo -- Sandi dikisaran 34,3%. Selisih elektabilitas Joko Widodo -- Amin dan Prabowo -- Sandi berkisar 17,9%. Lembaga yang melakukan survei pada periode Januari 2019 ini menyatakan selisih elektabilitas untuk capres/cawapres Joko Widodo -- Amin dengan Prabowo -- Sandi berada pada angka 4,1% -- 24,4%. Sebagai catatan lagi-lagi Median mencatat selisih elektabilitas di bawah 20% (12,2%) dan Puskaptis juga merilis selisih elektabilitas jauh di bawah 20% (4,1%). Sementara  lembaga survei yang lain memiliki selisih rata-rata 20%. Seperti kita ketahui bahwa Puskaptis adalah salah satu lembaga survei yang memenangkan pasangan Prabowo -- Hata pada quick Count pada Pilpres 2014. (Sumber)
Jika dilihat dari lembaga survei yang melakukan survei dari Periode Januari -- April 2018, Periode Agustus -- Desember 2018 dan Periode Januari 2019 ada dua kategori yang menyatakan hasil selisih elektabilitas rata-rata 20% yaitu: Poltracking, Populi Center, Indikator Politik Indonesia, Litbang Kompas, Cyrus Network, Charta Politika, Indo Barometer, Alvara, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Y Publica, SMRC, LSI Denny JA, dan Celebes Research. Sementara lembaga survei Median dan Puskaptis menyatakan selisih elektabilitas pasangan Joko Widodo -- Amin dengan Prabowo -- Sandi pada kisaran 4,1% -- 12,2%.Â
Jika melihat persentase lembaga survei yang selisihnya rata-rata 20% ada 13 lembaga survei dengan persentase 86,67% dan 2 lembaga lainya menyatakan selisih di bawah 20% yaitu 13,3%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa 2 lembaga survei dengan selisih di bawah 20% perlu cek kembali metodologi riset dan statistik yang digunakan serta transparansi, kredibiltas, dan asal pendanaan survei. Klasrifikasi juga mesti dilakukan untuk lembaga survei yang lain.
Semoga bermanfaat.
Sungai Putih, 11 Februari 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI