"Menjadi pintar dan bekerja di kota memang perlu, tetapi sekali-kali kita juga perlu belajar dari alam karena ketika kita belajar dari alam, maka alam akan memberikan keindahan yang tidak ternilai oleh uang" ucap Pak Maryono Suprianto.Â
Mendengar perkataan tersebut, berkebun dan menanam di Sawah menjadi tujuan pertama yang ingin saya lakukan, karena pengalaman menanam sawah sulit didapatkan di tengah sesaknya Gedung perkotaan.Â
Namun, bukan mempermudah pekerjaan ibu-ibu di sana, saya merasa hanya mengerecoki karena padi yang kami tanam sangat berbeda jauh dengan padi yang ditanam ibu-ibu di sana.
Selanjutnya belajar menari tarian khas Dusun Ngetak Tegal, yaitu tari Kuda Lumping menjadi destinasi selanjutnya yang kami ingin pelajari di Desa Sumber. Untuk mempelajari tarian ini, kami secara khusus mengunakan altar yang tempat pertunjukan dan panggungnya terbuat dari batu, selain itu juga terdapat beberapa patung dewa yang berukuran sangat besar di tengah altar tersebut.
Setelah letih mempelajari tarian tersebut, saya dan teman-teman saya diajak lagi untuk ikut belajar memasak makanan tradisional yang sekaligus akan menjadi makan malam di hari itu. Memasak makanan yang terlihat sangat asing di tempat yang asing cukup membuat saya sedikit khawatir karena takut tidak sesuai dengan ekspektasi.Â
Namun, Ibu-ibu di sana berkata "Masakan yang dimasak dengan jerih payah sendiri akan menghasilkan kepuasaan tersendiri ketika dinikmati". Terbukti saat dinikmati, masakan yang tadinya asing menjadi makanan yang sangat saya nikmati mengingat usaha saya saat membuatnya.
Setelah menghabiskan beberapa malam di sana, tibalah waktu berpamitan dengan penduduk di sana, sedih rasanya karena harus berpisah dengan kegiatan dan makanan di sana.Â
Ketika berpamitan, Ibu Surtini memberikan surat dan beberapa makanan sebagai bekal di perjalanan, di dalam suratnya Ibu Surtini berpesan "Witing tresno jalaran soko-kulino, Witing mulyo jalaran wani rekoso", yang artinya "Cinta itu tumbuh karena terbiasa, Sukses bermula dari berani susah dan terus berusaha". Surat tersebut membuat saya sadar walaupun hanya menghabiskan 3 hari di Desa Sumber, saya sudah cukup mencintai suasana yang ada di Desa Sumber".Â