Mohon tunggu...
Jenisa
Jenisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Unika Atma Jaya

My dream

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjelajahi Desa dengan Sejuta Kenangan Desa Sumber Magelang

6 Januari 2022   23:25 Diperbarui: 6 Januari 2022   23:47 3451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pengalaman wisata edukasi dan budaya, sekaligus beristirahat sejenak dari penatnya kota

Lelah dengan penat dan sesaknya suasana kota? Desa Sumber yang terletak di Magelang, Jawa Tengah menyediakan banyak hal yang menyenangkan sekaligus bisa mempelajari kesenian budaya berupa makanan, tarian tradisional desa Sumber. 

Tidak hanya sampai di situ, Desa Sumber menyediakan berbagai kegiatan menarik yang sebelumnya tidak dapat dijumpai di perkotaan. Dengan mengingat kenangan-kenangan di Desa Sumber sudah cukup membuat saya rindu dengan suasana di sana.

Untuk teman-teman yang ingin menemukan pengalaman menarik di Desa Sumber, perlu menempuh perjalanan melewati Jl. Tol Cikampek menuju Cirebon, kemudian mengikuti J.L Tol Pejangan-Pemalang hingga sampai di Semarang. 

Setelah sampai di Semarang harus melanjutkan perjalanan ke Salatiga dengan mengikuti J.L Tol Semarang-Solo, kemudian sedikit lagi berjalan dengan perkiraan waktu 1 jam untuk sampai di Desa yang terletak di dekat bawah kaki Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Walaupun terdengar sangat jauh, teman-teman tidak perlu terlalu ambil pusing karena perjalanan ini akan sangat dipermudah dengan aplikasi Google Maps.

Kunjungan pertama yang saya lakukan ke Desa Sumber di tahun 2018 adalah ketika saya saya mengikuti acara My Live in diadakan oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) Mardi Yuana Depok. Penduduk Desa Sumber seperti yang banyak orang katakan memang memiliki keramahan yang sangat tinggi, terlihat di awal pertemuan semua penduduk desa menyambut dengan senyuman hangat.

Salah satu tokoh penting Desa Sumber, yaitu Bapak Maryono Suprianto selaku kepala desa juga turut menyumbangkan beberapa kata sambutan dan menyipratkan air sebagai bentuk penyucian diri agar diterima oleh Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. 

Memang Gunung Merbabu dan Gunung Merapi memiliki sejuta cerita mistis yang tidak dapat dijelaskan secara logika, sehingga untuk tinggal selama beberapa hari di sini, perlu untuk menjaga tutur kata maupun perbuatan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Saat itu kami sebagai murid-murid sudah dibagi menjadi untuk tinggal di beberapa Dusun di Desa Sumber, yaitu Ngisor, Candi, Tutup Nduwur, Dukun, Gumuk, Ngentak Tegal. 

Saat itu saya diberi kesempatan untuk tinggal bersama teman saya yang bernama Joanna Cornelia di rumah kediaman Ibu Surtini yang berusia 38 tahun dan mempunyai 2 anak yang masih sangat kecil bernama rizky dan rika.

Dokpri
Dokpri

"Menjadi pintar dan bekerja di kota memang perlu, tetapi sekali-kali kita juga perlu belajar dari alam karena ketika kita belajar dari alam, maka alam akan memberikan keindahan yang tidak ternilai oleh uang" ucap Pak Maryono Suprianto. 

Mendengar perkataan tersebut, berkebun dan menanam di Sawah menjadi tujuan pertama yang ingin saya lakukan, karena pengalaman menanam sawah sulit didapatkan di tengah sesaknya Gedung perkotaan. 

Namun, bukan mempermudah pekerjaan ibu-ibu di sana, saya merasa hanya mengerecoki karena padi yang kami tanam sangat berbeda jauh dengan padi yang ditanam ibu-ibu di sana.

Dokpri
Dokpri

Selanjutnya belajar menari tarian khas Dusun Ngetak Tegal, yaitu tari Kuda Lumping menjadi destinasi selanjutnya yang kami ingin pelajari di Desa Sumber. Untuk mempelajari tarian ini, kami secara khusus mengunakan altar yang tempat pertunjukan dan panggungnya terbuat dari batu, selain itu juga terdapat beberapa patung dewa yang berukuran sangat besar di tengah altar tersebut.

Dokpri
Dokpri

Setelah letih mempelajari tarian tersebut, saya dan teman-teman saya diajak lagi untuk ikut belajar memasak makanan tradisional yang sekaligus akan menjadi makan malam di hari itu. Memasak makanan yang terlihat sangat asing di tempat yang asing cukup membuat saya sedikit khawatir karena takut tidak sesuai dengan ekspektasi. 

Namun, Ibu-ibu di sana berkata "Masakan yang dimasak dengan jerih payah sendiri akan menghasilkan kepuasaan tersendiri ketika dinikmati". Terbukti saat dinikmati, masakan yang tadinya asing menjadi makanan yang sangat saya nikmati mengingat usaha saya saat membuatnya.

Setelah menghabiskan beberapa malam di sana, tibalah waktu berpamitan dengan penduduk di sana, sedih rasanya karena harus berpisah dengan kegiatan dan makanan di sana. 

Ketika berpamitan, Ibu Surtini memberikan surat dan beberapa makanan sebagai bekal di perjalanan, di dalam suratnya Ibu Surtini berpesan "Witing tresno jalaran soko-kulino, Witing mulyo jalaran wani rekoso", yang artinya "Cinta itu tumbuh karena terbiasa, Sukses bermula dari berani susah dan terus berusaha". Surat tersebut membuat saya sadar walaupun hanya menghabiskan 3 hari di Desa Sumber, saya sudah cukup mencintai suasana yang ada di Desa Sumber". 

Di lain waktu ketika saya kembali berkunjung ke Desa Sumber, saya ingin melakukan lebih banyak kegiatan sehingga dapat menjadi bahan cerita yang dapat saya ceritakan nantinya.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun