Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Membuat Bakcang ala Keluarga Saya dan Mandi di Sungai Kapuas

14 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 15 Juni 2021   11:15 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi mandi tengah hari di tepian Sungai Kapuas yang tidak seramai dulu lagi (14/06/21) | Foto milik pribadi

Qu Yuan hingga sekarang diingat sebagai seorang patriot, bagaimana ia sukses membawa negara Chu ke masa kejayaannya. Walaupun ia beberapa kali difitnah, ia tetap mencintai negaranya hingga kejatuhan Kerajaan Chu menghancurkan dirinya. 

Kabar kematian Qu Yuan membuat masyarakat sedih dan mulai mencari jenazahnya di sepenjang Sungai Miluo yang terletak di Provinsi Hubei, China.

Dimanakah jenazah Qu Yuan? 

Masyarakat Kerajaan Chu mulai beramai-ramai mencari jenazah Qu Yuan di sepanjang Sungai Miluo, dengan berenang ataupun dengan mendayung perahu. Mereka juga melemparkan beras ketan dan makanan lainnya dengan maksud ikan dan udang yang tinggal di sungai akan memakannya, tidak menganggu jenazah Qu Yuan. 

Terdapat legenda bahwa ada seekor naga yang tinggal di sungai tersebut. Agar Qu Yuan tidak dimakan oleh naga, beras ketan dan makanan lainnya mulai dibungkus dengan daun-daunan, yang sekarang disebut bakcang, untuk naga tersebut. 

Masyarakat yang mengagumi Qu Yuan mulai berlomba-lomba mencari jenazahnya, siapa yang paling cepat mendayung perahu untuk menemukannya. Mereka terus mencari jenazah Qu Yuan selama bertahun-tahun, yang akhirnya menjadi sebuah tradisi yang turun temurun. 

Masyarakat keturunan Tionghoa terus melestarikan kebiasaan ini hingga sekarang dengan lomba mendayung perahu berkepala naga, berenang di sungai, dan membuat bakcang. Tradisi ini pun terus dilakukan di keluarga saya. 

Daging babi, jamur shitake, telur puyuh, dan kacang tanah yang sudah ditumis menjadi isian bakcang | Foto milik pribadi
Daging babi, jamur shitake, telur puyuh, dan kacang tanah yang sudah ditumis menjadi isian bakcang | Foto milik pribadi

Membuat bakcang ala keluargaku

Berbeda dengan tradisi di Sungai Miluo dulu, keluarga saya tidak lagi membuang bakcang ke sungai. Setiap tanggal 05 bulan 05 dalam Kalender Imlek, keluarga saya bersama-sama membuat dan menikmati bakcang.

Menurut saya, membuat bakcang cukuplah repot. Perlu banyak persiapan bahan-bahan dari beras ketan, daging babi, kacang tanah, udang ebi, telur puyuh, jamur shitake, sambal terasi hingga daun bambu yang digunakan untuk membungkus bakcang. 

Bakcang diikat menggunakan tali rafia dengan erat agar isi bakcang tidak bocor ketika direbus | Foto milik pribadi
Bakcang diikat menggunakan tali rafia dengan erat agar isi bakcang tidak bocor ketika direbus | Foto milik pribadi

Uniknya, setiap keluarga memiliki resep bakcangnya sendiri. Ada yang menggunakan daging ayam, mengganti telur puyuh dengan telur ayam, atau menambahkan lauk kesukaan lainnya. Namun di keluarga saya resep dan bahan-bahannya sudah turun temurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun