Dua hari lalu, pada tanggal 23 Mei 2021, pesawat maskapai Ryanair dari Athena menuju Lithuania mendarat darurat di Kota Minsk oleh pemerintah Belarusia. Pemaksaan ini dilakukan agar Belarusia dapat menangkap seorang jurnalis sekaligus aktivis pro oposisi bernama Roman Protasevich.
Tindakan Belarusia ini dikecam oleh berbagai negara. Beberapa pemimpin negara Eropa bahkan menyebut Belarusia sebagai negara terorisme.
Tidak tinggal diam, Uni Eropa pun langsung memberlakukan sanksi dengan melarang maskapai Belarusia untuk memasuki wilayah udara sekaligus bandara milik 27 negara anggota Uni Eropa.
Dikutip dari CNN (25/5/21), Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga ikut mengecam insiden yang memalukan dan melanggar hak perbedaan pandangan politik dan kebebasan pers. Ia juga menyatakan kesetujuannya akan sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa dan dikabarkan akan menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Belarusia.
Dalang dibalik kejadian ini ialah Alexander Lukashenko yang telah berkuasa selama 27 tahun. Rela mengambil resiko besar untuk menangkap seorang jurnalis, sebenarnya apa yang terjadi di Belarusia? Mengapa seorang jurnalis ditangkap? Mengapa demonstrasi pro oposisi sudah terjadi hampir 1 tahun di Belarusia?
Siapakah Roman Protasevich?
Roman Dmitriyevich Protasevich adalah seorang jurnalis sekaligus aktivis pro oposisi berumur 26 tahun yang berasal dari Belarusia. Protasevich pertama kali turun ke jalanan untuk berdemonstrasi melawan pemerintah Belarusia pertama kali ketika umurnya baru 15 tahun.
Protasevich kemudian bekerja sebagai seorang jurnalis di salah satu media Belarusia. Pada tahun 2019, ia pindah ke Polandia dan mengumumkan bahwa ia mendapatkan suaka politik disana.
Pada tahun 2020, Protasevich membuat sebuah saluran di Telegram dengan nama “Nexta” bersama dengan rekannya Sciapan Pucila.
Nexta dibuat sebagai sumber informasi utama dimana masyarakat dapat berbagi dugaan kecurangan selama pemilu presiden yang dilaksanakan pada 2020 sekaligus foto dan video kebrutalan aparat keamanan Belarusia.
Nexta juga menjadi tempat koordinasi dilaksanakannya demonstrasi untuk menolak pemerintahan Lukashenko.
Pada 5 November 2020, Protasevich dan Pucila dituduh mengorganisir kerusuhan massal, tindakan melanggar ketertibatan umum, dan hasutan pemusuhan sosial.
Pada 19 November 2020, KGB yang merupakan Dinas Intelijen Uni Soviet memasukkan Protasevich kedalam daftar teroris dengan alasan sebagai dalang dari kerusuhan masal.
Demonstrasi menolak hasil pemilihan umum
Alexander Lukashenko adalah Presiden Belarusia yang mulai menjabat sejak tahun 1994 hingga sekarang. 2 bulan lagi, Lukashenko resmi duduk di posisi tersebut selama 27 tahun. Ia dikenal sebagai seorang diktator dan memiliki hubungan yang dekat dengan pemerintah Rusia.
Pada Agustus 2020, Lukashenko kembali menjabat posisi presiden yang ke-6 kalinya setelah memenangkan pemilu melawan Sviatlana Tsikhanouskaya. Tsikhanouskaya adalah aktivis Hak Asasi Manusia sekaligus politikus perempuan yang berusia 38 tahun.
Hasil pemilihan ini pun ditolak masyarakat Belarusia sekaligus Uni Eropa karena klaim pengunaan kekerasan, penindasan, dan penipuan selama pemilu berlangsung. Penolakan tersebut dilanjutkan dengan demonstrasi di Belarusia.
Sejak 24 Mei 2020, demonstrasi dilaksanakan dengan tuntutan berupa: pengunduran diri Lukashenko, pemilu yang bebas dan adil, berakhirnya kebrutalan polisi, penghitungan ulang pemilu, sekaligus pembebasan tahanan politik. Hingga sekarang, demonstrasi masih terjadi.
Kantor HAM PBB menyatakan terdapat 450 kasus penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap demonstran, serta pelecehan seksual dan pemerkosaan.
Tsikhanouskaya terpaksa melarikan diri ke Lituania karena bahaya yang mengancamnya sebagai ketua kelompok oposisi yang melawan Lukashenko.
Bersama dengan Protasevich, Tsikhanouskaya beserta kelompok oposisi sekaligus masyarakat Belarusia bekerja sama untuk meruntuhkan pemerintahan diktator di Belarusia.
Pembajakan yang ‘diorkeskan’ oleh Belarusia
Pada tanggal 23 Mei 2021, Protasevich berencana terbang kembali ke Lituania setelah menyelesaikan liburan bersama kekasihnya di Yunani sekaligus menghadiri forum ekonomi bersama Tsikhanouskaya.
15 menit sebelum pesawat tiba di Lituania, pesawat justru berbelok tajam dan pilot mengumumkan bahwa pesawat dari maskapai Ryanair harus mendarat di Minks, Ibu Kota dari Belarusia.
Para saksi melihat Protasevich mengambil tas berisi laptop sekaligus ponselnya dan memberikannya kepada Sofia Sapega, seorang mahasiswi asal Rusia yang diperkirakan adalah kekasih Protasevich.
Saksi juga melihat Protasevich yang marah, gugup, stres, dan panik setelah mendengar pengumuman dari pilot. Ia bahkan mengatakan kepada sejumlah penumpang bahwa ia akan dihukum mati.
Menurut pernyataan pilot pesawat tersebut, mereka diberi tahu oleh menara pengawas di Minsk supaya segera mendarat di Minsk karena ada ancaman. Sebuah jet tempur juga diutus untuk mengawal pesawat tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Belarusia bahkan menyatakan bahwa pendaratan paksa pesawat tersebut dikarenakan Hamas mengirimkan surat soal bom di pesawat tersebut. Namun Hamas membantah tuduhan tersebut dan menyatakan tidak ada hubungan dengan pembajakan ini. Bom juga tidak ditemukan setelah dilakukan pengecekkan.
Setelah mendarat, Protasevich turun bersama Sapega dan 4 orang yang diduga sebagai agen intelijen yang diutus untuk membuntuti. Kabar terakhir dari Protasevich diberikan lewat sebuah video pengakuannya bahwa ia telah mengorganisir demo anti-pemerintah. Diyakini ia dipaksa melakukan video pengakuan tersebut.
Karena tindakan pembajakan pesawat ini, Belarusia dibanjiri kecaman dari negara anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, hingga Kanada. Sanksi pun diberikan dengan maksud menuntut Belarusia untuk bertanggung jawab dan membebaskan Protasevich.
Kejadian dimana Belarusia ‘berhak’ memutarbalikkan pesawat hanya karena kepentingan politiknya juga menyebabkan negara lain meningkatkan alarm keamanannya. Kejadian ini menjadi bukti wilayah udara Belarusia yang tidak aman untuk dilintasi.
Bukanlah tidak mungkin kejadian serupa, dimana pesawat yang melintansi langit Belarusia, dipaksa untuk mendarat karena alasan yang tidak masuk akal. Untuk menangkap Protasevich, seorang jurnalis dan aktivis pro oposisi, Belarusia rela memalsukan ancaman bom dari Hamas hingga mengirimkan jet tempur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI