Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Period Poverty, Sulitnya Akses Produk dan Pengetahuan Menstruasi di Indonesia

17 April 2021   23:49 Diperbarui: 9 April 2022   06:51 5590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembalut | Foto diambil dari Shutterstock via Kompas

Pada 24 Desember 2020, Skotlandia resmi menjadi negara pertama yang memberikan akses gratis produk kebutuhan menstruasi untuk perempuan. Anggaran untuk program ini diperkirakan mencapai Rp435 milliar dimana produk gratis tersebut akan disediakan di gedung-gedung publik.   

Menyusul Skotlandia, Selandia Baru menyatakan rencananya untuk menyediakan secara gratis kebutuhan menstruasi untuk para siswi SD, SMP dan SMA. Merogoh kocek sebanyak Rp252,6 milliar, recana ini akan dimulai pada bulan Juni 2021.

Skotlandia dan Selandia Baru rela mengeluarkan ratusan miliar dari anggaran pemerintahnya untuk mengurangi period poverty atau kemiskinan menstruasi. 

Berbeda dengan Indonesia, dimana masih banyak perempuan tidak memiliki akses ke produk serta pengetahuan mengenai menstruasi, sekaligus harus melawan stigma masyarakat tentang 'tamu bulanan' ini.  

Apa itu period poverty?

Period poverty atau kemiskinan menstruasi adalah kesulitan akses perempuan dan anak perempuan untuk mendapatkan produk kebutuhan menstruasi yang aman dan higenis serta akses pengetahuan mengenai menstruasi. 

Penyebabnya terbanyak disebabkan oleh permasalahan ekonomi dan juga stigma masyarakat mengenai menstruasi. Yang dimaksud dengan produk kebutuhan menstruasi bukan hanya pembalut atau tampon, namun juga obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen serta pakaian dalam.

Period poverty akan lebih parah dirasakan oleh perempuan yang tinggal di daerah konflik atau zona perang, daerah pasca-bencana dan juga perempuan penyandang disabilitas. 

Period poverty juga bukan hanya mengenai sulitnya akses terhadap produk kebutuhan menstruasi karena permasalahan ekonomi, namun juga akses yang terbatas.

Infografik yang membandingkan biaya perbandingan pembalut | Foto diambil dari CNN
Infografik yang membandingkan biaya perbandingan pembalut | Foto diambil dari CNN

Tidak terjangkau dan tidak tersedia

Dikutip dari BBC, perempuan Indonesia mengeluarkan 1,7% penghasilan bulanan mereka atau Rp16,9 juta dalam masa hidupnya untuk membeli produk kebutuhan menstruasi. Angka tersebut lebih tinggi 20% dibandingkan rata-rata perempuan di 21 negara Asia lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun