Entah sudah ratusan kali penulis naik-turun kapal feri, sepertinya kebanyakan penulis sudah merasakan asam, manis, pahit dan asin penumpang kapal feri. Penulis kerap menemukan kapal feri yang sudah siap-siap, beberapa detik lagi, akan berlayar dan menutup pintu masuknya.Â
Jika nakhoda sedang baik, maka ia akan menunggu walaupun penulis harus berlari-larian karena takut ditinggal. Bayangkan saja penulis yang dulu masih seorang siswi sekolah harus berlari-larian mengejar kapal feri dengan tas yang berat akan buku-buku, kadang-kadang juga membawa raket bulu tangkis atau tas bekal.Â
Apesnya jika nakhoda sedang buruk mood-nya atau tidak melihat penulis. Sudah berlari-larian mengejar kapal, eh pintunya justru ditutup dan penulis pun tinggal. Rasa sakitnya seperti korban cinta yang bertepuk sebelah tangan, sudah berjuang mati-matian ternyata si Doi lebih memilih yang lain.Â
***
Jika Anda berkesempatan mengunjungi Kota Pontianak, dengan harga yang murah Anda dapat menikmati pemandangan Sungai Kapuas beserta Kota Pontianak dari atas pelampong.
Anda juga dapat merasakan sensasi "Travel Like a Local", berbaur dengan masyarakat Kota Pontianak. Siapa tahu Anda yang 'sangat' beruntung mendapatkan kesempatan melihat penulis yang sedang berlari-larian mengejar pelampong.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H