Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesetaraan Gender Juga untuk Kepentingan Laki-laki dan Butuh Laki-Laki

3 April 2021   19:49 Diperbarui: 3 April 2021   19:52 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laki-laki yang ikut berdemonstrasi ketika Women's March Jakarta pada tahun 2018 | Foto diambil dari UltiMagz

Menlu Retno Marsudi juga menambahkan akan pentingnya membangun kemitraan dengan lingkungan termasuk dengan laki-laki yang sangat penting dalam isu kesetaraan gender.

Sebuah cerita inspiratif datang dari Kokok Dirgantoro. Pada tahun 2004, Kokok sangat khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang hamil. Walaupun dalam kondisi lemas dan rentan keguguran, istrinya tidak mendapatkan keringanan dari kantor dan hanya mendapatkan cuti melahirkan selama 1,5 bulan.

Diceritakan di salah satu postingannya, Kokok berkata kepada istrinya ia akan mendirikan sebuah perusahaan yang memberikan cuti melahirkan selama 6 bulan. Pada tahun 2013, Kokok mendirikan sebuah perusahaan dan menepati janji tersebut. 

Kokok hingga sekarang dikenal akan kebijakan cuti melahirkan tersebut dan juga cuti bagi ayah untuk ikut mendampingi istri membesarkan anak. Kokok Dirgantoro adalah salah satu dari banyak laki-laki yang ikut serta menjadi aktor dalam memperjuangkan kesetaraan gender.

Laki-laki yang berperan dalam isu ini pun mudah kita temukan di kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah seorang Ayah yang adil dalam memberikan akses akan pendidikan kepada anak perempuannya. 

Menurut penulis dalam kasus tersebut, seorang Ayah sebagai laki-laki telah sukses melawan stereotipe gender di masyarakat kita yang menonomorduakan perempuan.

Harus mulai dari mana? 

Ketika membahas peran penting laki-laki dalam kesetaraan gender, Nur Hasyim selaku pendiri Aliansi Laki-Laki Baru (ALB) pertanyaan yang kerap ditanyakan adalah “kita harus memulai dari mana?”.

Yang paling pertama dan paling dasar adalah dengan mengakui bahwa laki-laki memang memiliki privilege atau perlakuan istimewa yang selama ini diberikan oleh budaya dan masyarakat setempat. Perlakuan istimewa ini secara tidak sadar memberikan akses akan hak istimewa yang tidak adil untuk perempuan.

Mulailah dari lingkungan sekitar dengan tindakan yang sederhana. Laki-laki dapat berkontribusi dalam membuka ruang untuk mendiskusikan kesetaraan gender. 

Bukan hanya menikmati kopi sambil berdiskusi perihal pertandingan bola, diskusi ini diharapkan dapat saling mengingatkan, mengedukasi, mengedukasi dan juga mencontohkan cara yang benar dalam isu kesetaraan gender. Hal sederhana seperti sebuah diksusi ini sangat berguna dalam meningkatkan kesadaran antara laki-laki.

Bukan hanya menghargai hak-hak perempuan dan meningkatkan kesadaran akan kesetaraan gender, laki-laki juga dapat mengkritik sistem sosial patriaki yang merugikan perempuan dan juga laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun