Pengalaman pribadi sebagai saksi kempunan
Untuk mempercayai kempunan sebenarnya tergantung kepada masing-masing orang. Penulis termasuk ke dalam mereka yang mempercayai kempunan, walaupun penulis juga menerapkan dan mempertimbangkan hal-hal lain juga.
Penulis pernah sekali melihat langsung efek dari kempunan ini, bukan sebagai pelanggar namun hanya menjadi seorang saksi saja. Beberapa tahun yang lalu, penulis bersama teman-teman saat itu sedang duduk ditepian Sungai Kapuas.Â
Tempat duduk penulis saat itu dibuat dari kayu-kayu yang dipaku bersama dan diantar kayu tersebut terdapat lubang-lubang kecil. Saat itu air sungai sedang pasang, sehingga tepian sungai saat itu juga terendam dengan air sungai.
Seorang teman menawarkan cemilan kepada teman penulis yang lain. Namun ia menolak. Teman yang menawarkan tersebut berkata "Jangan ditolak, nanti kamu kena kempunan". Ia pun menjawab bahwa ia tidak percaya dengan kempunan.Â
Selang beberapa menit, teman penulis mengalami musibah, di mana handphone yang sedang ia mainkan terjatuh kedalam lubang-lubang diantara kayu yang sedang kami duduk. Kami kemudian meminta pertolongan dan handphone tersebut berhasil diselamatkan walaupun dalam keadaan basah.
Jika Anda percaya dengan kempunan, jangan lupa juga mempertimbangkan hal-hal lain
Menurut penulis, kepercayaan akan kempunan berhubungan erat dengan perilaku tidak menolak tawaran orang lain karena rasa hormat dan sopan santun.Â
Mungkin saja orang yang menawarkan Anda makanan sudah bersusah payah menyiapkan makanan tersebut namun Anda tolak mentah-mentah. Selain tidak menghormatinya, bisa saja penolakan tersebut dapat menyakiti dan menyinggung hatinya.
Namun terdapat kondisi dimana Anda juga harus mempertimbangkan hal lain, misalnya ditawari makanan oleh orang yang tidak kita kenal. Jika Anda bulat-bulat mempercayai kempunan, bukanlah tidak mungkin jika makanan tersebut sudah diberi obat-obatan berbahaya yang mengancam nyawa.
Menolak makanan juga tentu perlu mempertimbangkan hal lain, khususnya untuk mereka yang memiliki pantangan dan alergi. Bukannya mendapat musibah karena menolak tawaran makanan malah mendapat musibah karena alergi kambuh.
Jika memang harus menolak tawaran makanan dan minuman, pastikan memberikan penolakan dengan halus dan sopan. Jika Anda memiliki alasan tertentu, jelaskan dengan baik bahwa Anda tidak bisa menerima tawaran tersebut karena alasan tersebut.