Jika membahas mengenai mi, penulis memiliki kenangan indah dengan sebuah hidangan mi yang biasa dikenal dengan Mi Panjang Umur atau Long Life Noodle.
Sekarang mungkin mudah menemukan mi panjang umur di restoran yang menyediakan chinese food. Namun karena tradisi di dalam keluarga penulis, menikmati hidangan ini di hari biasa menjadi hal yang aneh dan tidak pernah penulis lakukan.
Hidangan yang mudah dimasak dengan bahan yang sederhana ini memiliki makna yang mendalam dalam hidup penulis ataupun masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa lainnya.
Wajah yang panjang berarti umur yang panjang
Tradisi mi panjang umur dipercayai berasal dari pemerintahan Dinasti Han yang memerintah dari tahun 202 Sebelum Masehi hingga 9 Masehi. Cerita yang menjadi latar belakang lahirnya tradisi ini pun cukup lucu.
Sebuah cerita menceritakan bagaimana Kaisar Wu yang memimpin Dinasti Han saat itu sedang berdiskusi dengan para menterinya mengenai philtrum. Mereka membahas bagaimana philtrum yang berada di tengah-tengah hidung dan mulut itu memiliki arti, dimana 1 cm dari jarak tersebut mengartikan hidup 100 tahun.
Kaisar Wu kemudian ditertawai oleh menterinya yang bernama Dong Fangshou. Menteri Dong tertawa karena membayangkan betapa panjangnya wajah Peng Zu jika apa bahasan mengenai philtrum tersebut benar. Peng Zu sendiri adalah seorang pria yang terkenal yang dipercayai sebagai legenda umur panjang, dimana dipercaya hidup selama 833 tahun.
Jika menggunakan pendapat Kaisar Wu, tentu wajah Peng Zu sangatlah panjang. Oleh karena itu pendapat Kaisar Wu pun ditolak mentah-mentah dan ditertawai oleh menteri-menterinya.
Walaupun ditertawai, sepertinya pendapat Kaisar Wu justru menjadi tradisi yang dipercayai hingga sekarang. 面 (miàn) yang diartikan sebagai wajah, juga dapat diartikan sebagai mi. Kepercayaan Kaisar Wu adalah wajah yang panjang berarti umur yang panjang juga dapat diartikan menjadi mi yang panjang berarti umur yang panjang.
Selain asal usulnya yang tercatat ketika masa Dinasti Han, penemuan mengenai populernya mi panjang umur juga dicatat ketika masa Dinasti Tang yang menguasai tanah Tiongkok dari tahun 618 hingga 907. Hal ini diakui dengan penemuan sebuah kutipan puisi karya Liu Yuxi, seorang penulis puisi terkenal dari Dinasti Tang.
"Memegang mi dengan sumpit sambil menyebutkan doa-doa untuk lahirnya masa depan yang lebih cerah", dikutip dari puisi Liu Yuxi.
Sebagai tradisi yang sudah dipegang sejak beribu-ribu tahun lalu, selain cerita mengenai Kaisar Wu dan puisi Liu Yuxi juga ditemukan cerita mengenai mi umur panjang lainnya dari berbagai dinasti.
5 konsep berkah
Umur yang panjang adalah salah satu dari 5 konsep berkah yang dihormati oleh keturunan Tionghoa. 5 berkah tersebut adalah kesehatan (壽), kekayaan (富), umur panjang (康寧), cinta kebajikan (攸 好 德 ) dan kematian yang damai (考 終 命).
Umur yang panjang beriringan dengan ajaran Taoisme, dimana seorang manusia sudah seharusnya menghargai kehidupannya yang sekarang. Hal ini mungkin meningkatkan keinginan untuk memiliki umur yang panjang, bahkan mencapai keabadian.
Umur yang panjang juga digambarkan melalui kepercayaan kepada Dewa Nanji Laoren, salah satu dari tiga bintang Fu Lu Shou (福祿壽;). Fu Lu Shou adalah tiga dewa yang populer dan dipercayai masing-masing merepresentasikan keberuntungan (Fu), kekayaan (Lu) dan umur panjang (Shou)
Dewa Nanji Laoren atau yang disebut juga dengan Shouxing (寿星) dipercayai memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir dari sebuah negara hingga panjang usia dari seluruh makhluk hidup. Dewa Nanji Laoren biasanya digambarkan sebagai seorang pria tua dengan janggut putih yang panjang, membawa buah persik (lambang umur panjang) dan tongkat berkepala naga.
5 kali setahun
Terima kasih kepada Kaisar Wu, penulis termasuk kedalam keluarga yang masih menjalankan tradisi mengonsumsi mi untuk mendapatkan umur yang panjang. Dikarenakan maknanya yang spesial, mi panjang umur tidak dapat dikonsumsi pada hari-hari biasa.
Terhitung dalam satu tahun, penulis hanya dapat mengonsumsi hidangan spesial ini 5 kali setahun pada 5 hari perayaan yang spesial. 5 hari tersebut adalah hari ulang tahun, Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Festival Hari Bakcang dan Festival Kue Bulan.
Biasanya mi panjang umur disajikan bersama dengan telur merah, yang menjadi simbol kelahiran atau awal yang baru, ketika merayakan hari ulang tahun. Sedangkan di perayaan penting lainnya mi panjang umur disajikan bersama dengan hidangan lain yang juga memiliki makna dan tradisi yang berakar kuat.
Ketika penulis masih di bangku Sekolah Dasar dan membawa bekal setiap hari, ketika penulis melihat teman sebaya yang membawa bekal mi panjang umur di hari biasa maka sudah pasti salah satu dari anggota keluarganya sedang berulang tahun hari tersebut.
Beberapa peraturan ketika menikmati mi panjang umur
Menikmati mi panjang umur pun tidak dengan sembarangan cara. Peraturan yang pertama adalah pernah memotong satu mi pun dari hidangan mi panjang umur. Terdapat kepercayaan ketika Anda memotong mi tersebut, Anda juga ikut memotong atau mempersingkat umur Anda. Ini juga berlaku ketika Anda memakannya, yaitu Anda harus memakannya dengan utuh tanpa digigit.
Peraturan yang kedua adalah mi juga tidak boleh terputus ketika dimasak. Mi harus dihidangkan apa adanya. Peraturan yang ketiga adalah harus menggunakan sumpit.
Mi panjang umur ala keluarga penulis
Setiap keluarga memiliki resepnya masing-masing dalam menghidangkan mi panjang umur. Berbagai jenis mi juga digunakan, dari mi kuning, mi telur, hingga misua. Pada keluarga penulis, mi panjang umur selalu disediakan dengan misua yang merupakan mi berwarna putih yang halus dan tipis terbuat dari tepung terigu.
Bumbu yang digunakan juga berbagai macam dimana penulis kerap melihat mi panjang umur di restoran biasanya menggunakan kecap manis, saus tiram hingga minyak wijen.
Keluarga penulis biasanya tidak menggunakan banyak bumbu, dimana hanya menambahkan garam, penyedap rasa dan bawang putih.
Untuk bahan campuran yang dimasak bersama misua biasanya keluarga penulis tidak menggunakan daging sama sekali dengan menambahkan kacang buncis, wortel, jamur shitake dan potongan telur dadar.
***
Chong miang mien, yang berarti mi panjang umur dalam bahasa Hakka, adalah sebuah hidangan mi yang spesial untuk penulis sejak kecil hingga sekarang.
Disediakannya mi panjang umur di meja makan seakan-akan membangunkan nostalgia masa kecil penulis. 5 kali setahun, mi panjang umur menjadi simbol dari hari bahagia yang dirayakan bersama dengan seluruh anggota keluarga penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H