Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sembahyang Kubur: Rangkaian Prosesi dari Sebuah Tradisi Turun-temurun

23 Maret 2021   09:22 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:31 10055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melipat uang kertas sambil menunggu | Foto milik pribadi

Kebanyakan makanan yang diberikan akan dibawa pulang dan dinikmati oleh para anggota keluarga sepulang ke rumah. Namun juga terdapat masyarakat yang pantang untuk mengonsumsi makanan bekas sembahyang.

Uniknya, terdapat kepercayaan makanan yang sudah dipersembahkan ini rasa nikmatnya akan berkurang. Seperti buah-buahan rasa manisnya akan berkurang ketika dibawa pulang.

Namun terdapat barang-barang yang tidak dibawa pulang seperti lilin yang dipercayai akan menuntun jalan roh leluhur kembali ke dunia akhirat. Satu dari setiap jenis buah-buahan yang dipersembahkan juga akan ditinggalkan di altar leluhur.

Persembahan berupa uang kertas dan duplikasi kebutuhan sehari-hari dibakar pada akhir prosesi | Foto milik pribadi
Persembahan berupa uang kertas dan duplikasi kebutuhan sehari-hari dibakar pada akhir prosesi | Foto milik pribadi

8. Proses pembakaran persembahan yang memakan waktu dan akhir dari prosesi

Biasanya proses pembakaran persembahan memakan cukup banyak waktu. Anggota keluarga harus menjaga agar seluruh persembahan terbakar dengan baik tanpa sisa. 

Jika cuaca sedang tidak baik seperti turun hujan, proses pembakaran juga akan sulit dilakukan. Sambil menunggu proses pembakaran selesai, setiap anggota keluarga akan pamit dengan roh leluhur sambil memanjatkan doa agar dilindungi dan diberkati selalu.

***

Menurut penulis, proses sembahyang kubur sendiri walaupun kental dengan ajaran agama Kong Hu Cu sekarang tidak dilakukan sebagai sebuah ritual agama namun sebagai sebuah ritual tradisi adat istidat. 

Ini dikarenakan yang terpenting dari sebuah tradisi sembahyang kubur adalah sebagai sebuah bentuk bakti, hormat, dan rasa sayang kepada anggota keluarga yang sudah meninggal.

Hal ini juga dibuktikan walaupun anggota dari sebuah keluarga tidak ada atau tidak semuanya menganut agama Kong Hu Cu, proses sembahyang kubur juga tetap dilakukan.  

Tidak dapat dipungkiri tentu beberapa bagian dari proses diatas bisa saja melanggar kepercayaan dari sebuah agama, namun dari pengamatan penulis selama ini hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk tidak melakukan sembahyang kubur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun