Karhutla bagi siswa di Pontianak juga sangat identik dengan libur sekolah mendadak. Ketika hujan datang, bukannya senang justru sedih karena itu adalah pertanda sekolah akan masuk kembali.Â
Tamu tahunan
Hingga sekarang berbagai kebijakan oleh Pemerintah Daerah sudah dilakukan guna mengatasi permasalahan karhutla ini, di mana salah satunya adalah dengan menangkap tersangka yang membakar lahan.Â
Dari tersangka yang ditangkap oleh Polres Pontianak, diketahui bahwa pembakaran lahan tersebut ada yang digunakan untuk mendapatkan tanah bakar untuk tanaman hias hingga untuk menanam cabai.Â
Awalnya dari api kecil tapi ketika bertemu tanah gambut, angin kencang dan musim kemarau, api mulai tidak dapat dikendalikan.
Bukan hanya dari masyarakat biasa, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji dikutip dari Kompas (01/03/21) juga menyebutkan terdapat perusahaan besar yang membakar lebih dari 500 hektar lahan secara sengaja namun nama dari perusahaan tersebut tidak disebutkan.Â
Sutarmidji juga menyatakan pemerintah sekarang sedang membentuk Tim Satgas Pencegahana dan Penanggulangan Karhutla.Â
Bagaikan tamu tahunan seperti yang penulis sebutkan, permasalahan karhutla ini tidak pernah ada habisnya. Walaupun sudah diberikan hukuman bagi mereka yang membakar hutan dan lahan, sepertinya hukuman tersebut tidak memberikan efek jera.Â
Ini tentu sangat disayangkan, bagaimana karhutla dan kabut asap yang sangat menganggu keseharian masyarakat sekaligus mengancam nyawa.Â
Pada tahun 2019, terdapat 6.025 warga Kalimantan Barat yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena kabut asap dari karhutla.
Penulis juga melihat sendiri bagaimana dokter dipenuhi oleh masyarakat yang mengidap ISPA, dari bayi, anak-anak, dewasa bahkan mereka yang sudah lanjut usia.Â