Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Karhutla dan Kabut Asap, Tamu Tahunan yang Kembali Lagi

2 Maret 2021   20:30 Diperbarui: 3 Maret 2021   05:23 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabut asap yang menyelimuti Kota Pontianak | Foto diambil dari Kompas/Emanuel Edi Saputra

Tamu tahunan Kalimantan Barat pun datang kembali setelah sempat absen tahun lalu. Jika dibandingkan kedatangannya sebelum tahun 2020, kedatangannya tahun ini terhitung cukup cepat.

Terhitung dari artikel ini ditulis, sudah sekitar 3 minggu cuaca panas terik tanpa ada tanda-tanda hujan akan datang. Kalau hujan pun hanya hujan gerimis ataupun hujan panas.

Berbeda dengan berita dari kota lain yang kelebihan hujan dan massa air, di sini justru kekurangan air. Air dari PDAM pun mulai seret, mau tidak mau masyarakat harus mengandalkan air hujan yang sudah ditampung sebelumnya.

Berkurangnya debit air juga terlihat dari parit yang terhubung dengan Sungai Kapuas | Dokumentasi Pribadi
Berkurangnya debit air juga terlihat dari parit yang terhubung dengan Sungai Kapuas | Dokumentasi Pribadi

Sungai Kapuas pun mulai kering. Sampan dan kapal penyebrangan mulai kesulitan untuk mengambil penumpang karena rendahnya air sungai. Penumpang kesulitan untuk naik-turun transportasi air tersebut karena jarak antara pelabuhan dengan air yang semakin tinggi.

Jika hujan tidak turun dalam waktu dekat, maka krisis air bersih adalah masalah selanjutnya setelah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kabut asap. Seperti yang terjadi pada tahun 2019 dimana sumber air baku yang mulai terintrusi air laut karena kurangnya debit air Sungai Kapuas. 

Tahun ini, karhutla beserta kabut asap kembali lagi di Pontianak. Tanpa membahas perubahan iklim dan global warming, karhutla di bulan Februari dan Maret itu cukup aneh dan jarang terjadi. 

Biasanya di bulan Februari yang identik dengan Tahun Baru Imlek selalu ditemani dengan hujan deras yang biasanya dianggap sebagai hujan hoki.

Penulis ingat hampir setiap tahun ketika ingin menonton pesta kembang api, penulis beserta keluarga harus menunggu hujan berhenti terlebih dahulu. Berbeda dengan tahun ini, Imlek justru dirayakan dengan sinar matahari yang terik dan udara yang lembab.

Keadaan di Pontianak Sekarang

Awalnya tidak terlalu parah, sekarang kabut asap pun tercium ketika penulis dan keluarga berada di dalam kamar ber-AC. Abu sisa pembakaran berwarna putih pun mulai beterbangan seperti salju. 

Berdasarkan pantauan Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di Pontianak ketika artikel ini ditulis, udara disini termasuk kedalam kategori "Sangat Tidak Sehat" di angka 252 pada paremeter 2.5. 

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dikutip dari INews (1/3/2021) menyatakan karena kondisi udara yang buruk masyarakat Pontianak dianjurkan untuk selalu menggunakan masker ketika di luar rumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. 

Dikutip dari Kompas (2/3/21), awalnya ditemukan 689 titik panas di Kalimantan Barat namun karena hujan di beberapa daerah titik panas ini turun drastis tersisa 176 titik. Walaupun begitu kualitas udara di Kalimantan Barat secara keseluruhan masihlah berbahaya. 

Pemadam kebakaran yang selalu siap siaga membantu kebakaran lahan di sekitar pemukiman warga | Foto diambil dari Facebook BPAS
Pemadam kebakaran yang selalu siap siaga membantu kebakaran lahan di sekitar pemukiman warga | Foto diambil dari Facebook BPAS

Pemadam kebakaran pun terus berlalu lalang di sekitar Pontianak. Nomor hotline untuk melaporkan karhutla mulai disebar oleh pemadam kebakaran di Facebook. 

Masyarakat pun menjadi was-was dengan keberadaan karhutla tersebut, takut jika Si Jago Merah terus menyebar hingga ke rumah penduduk. Bahkan pada 27 Februari 2021, karhutla bahkan menyebar dan membakar 2 bangunan di SMK Negeri 1 Sungai Raya, Kubu Raya, Kalimantan Barat. 

Pemadam kebakaran yang selalu siap sedia dan membantu masyarakat pun menjadi korban, dikutip dari Kumparan (1/3/2021) 5 orang personil pemadam kebakaran Pontianak pingsan saat berusaha memadamkan karhutla. Mereka pingsan setelah mengalami sesak nafas menghirup terlalu banyak asap tebal. 

Karhutla dan Libur Sekolah

Sebagai tamu tahunan, penulis memiliki banyak kenangan mengenai karhutla. Pada tahun 2016 adalah salah satu karhutla terburuk di Pontianak. 

Saat itu, penulis harus tetap pergi ke sekolah menggunakan masker walaupun keadaan sudah sangat buruk. Kabut asap yang tebal bukan lagi berwarna putih, justru berwarna kuning pekat. 

Di lampu merah banyak personil Dinas Kesehatan yang membagikan masker. Masker saat itu pun sangat tidak familiar untuk masyarakat Pontianak jika dibandingkan dalam kondisi pandemi sekarang. Masker yang digunakan pun lepas pasang, sambil mengolok-olok masker siapa yang paling mahal. 

Entah mengapa dulu penulis menganggap hal ini lucu, tapi penulis ingat bersama teman-teman kami bersama menertawakan kabut yang tebal hingga papan tulis pun tidak dapat terlihat lagi. 

Karhutla bagi siswa di Pontianak juga sangat identik dengan libur sekolah mendadak. Ketika hujan datang, bukannya senang justru sedih karena itu adalah pertanda sekolah akan masuk kembali. 

Abu sisa karhutla yang terbang terbawa angin dan asap mulai terlihat di rumah penulis | Dokumentasi Pribadi
Abu sisa karhutla yang terbang terbawa angin dan asap mulai terlihat di rumah penulis | Dokumentasi Pribadi

Tamu tahunan

Hingga sekarang berbagai kebijakan oleh Pemerintah Daerah sudah dilakukan guna mengatasi permasalahan karhutla ini, di mana salah satunya adalah dengan menangkap tersangka yang membakar lahan. 

Dari tersangka yang ditangkap oleh Polres Pontianak, diketahui bahwa pembakaran lahan tersebut ada yang digunakan untuk mendapatkan tanah bakar untuk tanaman hias hingga untuk menanam cabai. 

Awalnya dari api kecil tapi ketika bertemu tanah gambut, angin kencang dan musim kemarau, api mulai tidak dapat dikendalikan.

Bukan hanya dari masyarakat biasa, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji dikutip dari Kompas (01/03/21) juga menyebutkan terdapat perusahaan besar yang membakar lebih dari 500 hektar lahan secara sengaja namun nama dari perusahaan tersebut tidak disebutkan. 

Sutarmidji juga menyatakan pemerintah sekarang sedang membentuk Tim Satgas Pencegahana dan Penanggulangan Karhutla. 

Bagaikan tamu tahunan seperti yang penulis sebutkan, permasalahan karhutla ini tidak pernah ada habisnya. Walaupun sudah diberikan hukuman bagi mereka yang membakar hutan dan lahan, sepertinya hukuman tersebut tidak memberikan efek jera. 

Ini tentu sangat disayangkan, bagaimana karhutla dan kabut asap yang sangat menganggu keseharian masyarakat sekaligus mengancam nyawa. 

Pada tahun 2019, terdapat 6.025 warga Kalimantan Barat yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena kabut asap dari karhutla.

Penulis juga melihat sendiri bagaimana dokter dipenuhi oleh masyarakat yang mengidap ISPA, dari bayi, anak-anak, dewasa bahkan mereka yang sudah lanjut usia. 

Jika titik api semakin banyak dan hujan pun tak datang, bukan hanya Covid-19 saja yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat Kalimantan Barat tetapi juga ISPA. 

Tamu tahunan itu pun kembali lagi, menyapa masyarakat Kalimantan Barat. 

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun