Teringat kenangan penulis merayakan Cap Go Meh yang meriah dan selalu ditunggu-tunggu sejak kecil hingga sekarang. Dihadang dengan sinar matahari Khatulistiwa yang terik ataupun hujan di musim hujan yang menentu. Walaupun harus mengganti seragam di sekolah, buru-buru menuju lokasi pawai, hingga harus bermacet ria bersama dengan masyarakat yang sama antusiasnya ingin melihat pawai. Sayangnya, tahun ini berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Selain merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini yang hari pertamanya jatuh pada tanggal 12 Februari 2021, masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa juga merayakan satu hari lagi yang tidak kalah penting. Hari itu adalah Cap Go Meh (十五冥), yang dalam Bahasa Hokkien berarti hari ke-15. Hari ke-15 ini merupakan akhir dari sebuah rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek sesuai dengan penanggalan kalender lunar yang berdasarkan perhitungan fase bulan.
Tahun ini, Cap Go Meh jatuh pada 26 Februari 2021. Di Indonesia Cap Go Meh identik dengan beribadah di Kelenteng beserta penyelenggaraan festival lampion, pawai naga, barongsai ataupun tatung. Beberapa daerah di Indonesia yang mayoritas ditinggali oleh masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa memiliki perayaan yang meriah ketika Cap Go Meh, salah satunya adalah di Kalimantan Barat.
Di Kalimantan Barat, terdapat 2 titik pusat perayaan Cap Go Meh yang kerap menarik perhatian masyarakat bahkan hingga turis luar negeri yaitu di Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Sama dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pandemi Covid-19 ini juga mempengaruhi perayaan Cap Go Meh di Kalimantan Barat.
Rutin diselanggarakan setiap tahun tanpa ada absen, di tahun 2021 ini perayaan yang ditunggu-tunggu tidak dapat diselenggarakan. Dikutip dari Kompas (01/02/2021), Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyatakan bahwa tidak ada perayaan Cap Go Meh dengan tujuan mencegah terjadinya kerumunan yang berpotensi menyebarnya Covid-19.
Wali Kota Singkawang Thjai Cui Mie dikutip dari Kompas (02/02/2021) juga menyatakan hal yang mirip, yaitu tidak menggelar pentas seni budaya, pameran, festival tatung dan pawai lampion pada Cap Go Meh tahun ini. Walaupun begitu masyarakat tetap dapat melakukan ibadah Cap Go Meh di Kelenteng.
Tidak dapat dipungkiri rasa kecewa akan ditiadakannya perayaan Cap Go Meh tahun ini, tetapi kebijakan ini tepat diambil jika melihat bagaimana perayaan ini selalu mengundang perhatian dan kerumunan masyarakat. Menutupi rasa kekecewaan ini, masyarakat pun berharap pandemi akan segera berlalu dan perayaan Cap Go Meh dapat diselenggarakan seperti biasa di tahun 2022.
Bukan satu-satunya perayaan di Indonesia, perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak dan Kota Singkawang memiliki kekhasan yang spesial dan kental dengan tradisi yang tak lekang oleh waktu.
Awalnya hanya dilakukan untuk keperluaan agama dan kepercayaan, perayaan Cap Go Meh justru menjadi sebuah budaya dan tradisi yang selalu hadir setiap tahun.
Bukan hanya dinikmati oleh masyarakat Kalimantan Barat keturunan Tionghoa, seluruh kalangan masyarakat lintas etnis dan lintas agama hingga turis dari luar kota hingga luar negeri pun ikut meramaikan perayaan Cap Go Meh ini.
Perbedaan Perayaan Cap Go Meh, Mencari Naga atau Tatung?
Perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak dan Kota Singkawang sebenarnya sangat berbeda, masyarakat biasanya memilih merayakan diantara dua kota ini sesuai dengan preferensi masing-masing. Jarang diketahui oleh turis dari luar kota ataupun luar negeri, perbedaan ini sebenarnya sangat penting untuk menikmati perayaan Cap Go Meh yang kaya akan budaya dan tradisi ini.
Di Kota Pontianak, yang menjadi highlight dari perayaan Cap Go Meh adalah pawai replika naga yang mengelilingi pusat Kota Pontianak. Dibuat dengan seni dan keterampilan tingkat tinggi, replika naga di Pontianak memiliki ciri khas.
Ciri khas ini menjadi pembeda dengan replika naga di luar Pontianak, yaitu leher yang berbentuk bulat dan warna-warni. Dikutip dari wawancara Kumparan dengan salah satu pembuat replika naga di Pontianak, diperlukan waktu 1 hingga 1,5 bulan dengan biaya sekitar 30 juta.
Pada perayaan Cap Go Meh di tahun 2020, terdapat 24 replika naga yang ikut serta dalam pawai tersebut. Biasanya naga-naga ini mewakili yayasan pemadam kebakaran ataupun rumah duka di Pontianak, walaupun kadang juga mewakiliki sebuah perusahaan ataupun perorangan. Selain pawai naga, Cap Go Meh di Pontianak juga diramaikan dengan barongsai, drum band, pawai kostum, hingga komunitas sepeda onthel.
Ritual naga buka mata dan ritual naga tutup mata
Selain pawai atraksi naga yang dilaksanakan tepat pada Cap Go Meh atau hari Imlek ke-15, terdapat dua ritual keagamaan yang wajib dan sakral yaitu ritual naga buka mata dan ritual pembakaran naga. Replika naga dipercayai oleh masyarakat sebagai pemberi berkah dan pelindung dari malapetaka.
Ritual yang pertama yaitu ritual naga buka mata yang dilakukan pada hari ke-13 atau 2 hari sebelum Cap Go Meh di Kelenteng Kwan Tie Bio, Pontianak. Ritual ini dilakukan oleh lauya dengan serangkaian ritual keagamaan dengan tujuan mengundang roh naga dari kahyangan yang membawa berkat dan mengusir musibah. Setelah 'dibuka mata' maka naga yang dianggap sudah utuh tersebut baru diperbolehkan mengelilingi kota dari rumah warga hingga kantor pemerintah untuk mengusir roh-roh jahat.
Setelah ritual buka mata ini, setelah selesainya Cap Go Meh atau pada hari ke-16 naga tersebut harus dibawa ke kelenteng untuk menjalankan ritual tutup mata dan dibakar. Maksud dari ritual tutup mata dan pembakaran naga adalah untuk mengembalikan roh naga yang sudah diundang kembali ke khayangan. Replika naga tersebut dikumpulkan di Taman Pemakaman Yayasan Bhakti Suci, Kubu Raya, untuk dibakar dan sebagai tanda ditutupnya perayaan Cap Go Meh di Pontianak.
Berbeda dengan Pontianak, yang menjadi highlight dari perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang adalah atraksi tatung. Tatung adalah seorang lauya atau dukun yang menjadi perantara dengan dirasuki oleh roh dewa atau leluhur. Tatung tersebut dilengkapi dengan sejumlah kekuatan khusus dari roh tersebut, dimana salah satunya adalah kekebalan tubuh. Dikarenakan kekuatan ini, para tatung tersebut menunjukkan kekuatannya dengan atraksi yang 'tidak manusiawi' seperti menusuk diri dengan benda tajam.
Dipercaya oleh masyarakat sebagai manusia spesial pilihan dewa, pada tahun 2020 sebanyak 813 tatung terdaftar menjadi peserta Pawai Tatung di Singkawang. Bukan hanya berasal dari Singkawang, tatung-tatung ini juga berasal dari kota lain seperti Pontianak bahkan datang langsung dari Malaysia.
Tidak sembarangan orang dapat menjadi tatung, masyarakat percaya mereka sudah ditakdirkan sejak lahir. Ketika mereka dipilih, mereka pun tidak dapat menolak 'panggilan' tersebut. Sebelum memulai aksinya ketika Cap Go Meh, para tatung harus menjalankan ritual puasa yang berbeda-beda setiap orangnya. Puasa ini harus dilakukan dari hari ke-1 hingga hari ke-15. Jika tatung tersebut tidak menjalankan puasa tersebut dengan baik, maka mereka akan celaka ketika atraksi.
Selain tatung, perayaan Cap Go Meh di Singkawang juga diramaikan dengan replika naga, walaupun tidak sebanyak di Pontianak dimana pada tahun 2020 terdapat 9 replika naga, serta pawai mobil yang dihias dengan lampion.
Festival Cap Go Meh dan pawai tatung dari Kota Singkawang dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda yang dinyatakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020. Dikutip dari Kompas (19/10/2020), penetapan ini menjadi pengkuan resmi akan tradisi, ritus dan perayaan yang dipercaya lahir, tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang.
Hanya dapat disaksikan di Singkawang, dulu tatung juga ikut dalam tradisi perayaan Cap Go Meh di Pontianak. Walaupun begitu, pada tahun 2011 Pemerintah Kota Pontianak melarang atraksi tatung pada pawai perayaan Cap Go Meh karena dinilai menonjolkan kekerasan. Atraksi tatung diperbolehkan jika dilakukan di Kelenteng. Tidak senada dengan Pemerintah Kota Pontianak, Pemerintah Kota Singkawang tetap memperbolehkan atraksi tatung karena dinilai memiliki daya tarik yang tinggi.
Oleh karena perbedaan ini, pilihan berada di tangan mereka yang ingin ikut serta merayakan ataupun menjadi penonton dari perayaan Cap Go Meh: Ingin melihat atraksi puluhan replika naga yang unik khas Pontianak atau atraksi ratusan tatung yang memiliki kekuatannya yang berbeda-beda? Menurut penulis, kedua perayaan satu tahun sekali ini memiliki daya tarik yang sama menariknya dan dapat menjadi sebuah pengalaman yang berharga.
Sumber 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H