Pada tahun 2020 masalah ini kembali memanas menjadi titik terburuk dalam sejarah sengketa Kepulauan Senkakusejak tahun 2015 dimana hubungan mulai membaik. Aktifitas China di sekitar Kepuluan Senkaku semakin menjadi-jadi dengan kapal patroli milik China yang memasuki perairan sebanyak 12 mil dari batas laut Kepulauan Senkaku.
Kapal patroli tersebut juga diam di sana, selama 30 jam, dimana merupakan waktu paling lama China memposisikan kapal patrolinya di sekitar perairan kepulauan dan meningkatkan amarah Jepang. China juga berturut-turut selama 100 hari memposisikan kapalnya dekat dengan Kepulauan Senkaku.
Menurut penulis, potensi konflik militer akan semakin tinggi jika China terus "menggoda" Jepang dengan keberadaan militer China di perairan Senkaku. Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan militer dan merupakan sekutu Jepang dalam menghadapi China, menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan mengirim pasukan militernya dalam mempertahankan klaim Jepang atas Kepulauan Senkaku melalui pernyataan Letnan Jenderal Pasukan AS di Jepang Kevin Schneider pada 26 Oktober 2020.
Jepang, yang memiliki bukti lebih kuat dalam kepemilikan Kepulauan Senkaku, juga tetap mempertahankan posisinya sebagai pemilik yang sebenarnya atas Kepulauan Senkaku dengan meningkatkan aktifitas militernya untuk 'mengusir' China.
Untuk beberapa waktu ke depan, aktivitas militer akan terus meningkat antara Jepang dan China dan tidak menutup kemungkinan masalah akan 'pecah', kecuali China memutuskan untuk mengurangi aktifitas militernya di perairan sekitar kepulauan tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H