Analisis Terhadap Artikel "Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri", Jurnal Buana Gender PSGA LPPM IAIN Surakarta, Volume 1, Nomor 1 Januari-Juni 2016.
Pernikahan merupakan awal dari terciptanya sebuah keluarga kecil baru. Setiap orang tentunya menginginkan terciptanya keluarga yang sakinah mawadah warahmah, namun banyak dari mereka yang tidak mengetahui bagaimana cara untuk menciptakannya. Banyak orang yang gagal dalam pernikahannya karena berbagai masalah menerpa seperti masalah finansial, keturunan, ketidakcocokan antara pasangan, KDRT, perselingkuhan, dan banyak masalah lainnya.Â
Masalah tersebut memang tidak dapat dihindari, melainkan harus dihadapi, batas maksimal untuk menghadapi masalah tersebut ada dengan perceraian. Karena tidak semua solusi masalah dalam rumah tangga adalah perceraian.Â
Banyak dampak yang terjadi usai terjadinya perceraian, namun yang paling merasakan dampaknya adalah seorang anak. Disini anak adalah korban yang sesungguhnya. Banyak orang tua yang egois, yang tidak memperdulikan bagaimana nasib anaknya usai perceraian tersebut.Â
Jika hal ini dibiarkan dapat berdampak pada psikis anak kedepannya. Adanya perceraian lebih banyak mendatangkan kerugian daripada manfaatnya. Untuk itu maka tingkat perceraian perlu ditekan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menekan angka perceraian, seperti meningkatkan peran agama dalam keluarga, saling menghargai, saling mempercayai, dan lainnya. Badan Pembina Penasehat Perkawinan dan Perceraian (BP4)Â juga diharapkan secara optimal dapat memberikan nasehat pernikahan guna menekan angka perceraian di setiap daerah.
Faktor-faktor Penyebab PerceraianÂ
Banyak ragam faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian, terkhususnya karena faktor agama. Jika seorang tidak berpegang teguh pada agama, akan sulit untuk menghadapi masalah, dibandingkan dengan orang yang berpegang kuat pada agama, mereka cenderung akan dapat menghadapi masalah dengan baik, serta menganggapnya hanya ujian yang ada pada hidup.
1. Kehidupan Keagamaan
Kurangnya ketaatan dalam menjalankan ajaran agama sangat berpengaruh terhadap tingkat keutuhan rumah tangga dalamÂ
menjalankan kehidupan rumah tangganya. Perkawinan telah diatur dalam agama, bahkan dalam menjalankannya juga telah diatur didalamnya. Seorang yang tidak taat agama tidak akan mengetahui apa saja yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan, serta yang harus dilakukan untuk sebuah rumah tangga.Â
Mereka juga tidak paham betapa pentingnya menjaga keutuhan rumah tangganya, sehingga banyak rumah tangga yang kandas karena kurangnya pengetahuan dalam agama.Maka dari itu ketaatan agama pada seseorang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup, tak terkecuali dalam kehidupan rumah tangga.
2. Ekonomi
Ekonomi adalah salah unsur yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi dalam sebuah keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat keharmonisan sebuah keluarga tersebut. Makin tinggi tingkat ekonomi dalam sebuah keluarga, makin tinggi pula tingkat keharmonisannya, serta sebaliknya. Namun tingkat ekonomi tersebut tidak selalu mempengaruhi tingkat keharmonisan dalam suatu rumah tangga.Â
Tetapi faktanya banyak yang memilih bercerai karena tidak sanggup hidup susah dengan pasangannya. Semakin rendah tingkat ekonomi dalam sebuah keluarga maka akan semakin menderita, karena susah untuk mendapatkan makanan yang bergizi, kurangnya pendidikan karena tidak sanggup melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan masih banyak lagi. Hal itulah yang menjadi alasan perceraian karena faktor ekonomi.
3. Lingkungan
Lingkungan dalam keluarga adalah sebuah tempat tinggal yang sehari-hari kita berada didalamnya. Maka dari itu lingkungan sangat berpengaruh terhadap suatu individu. Jika sebuah lingkungan yang ada disekitar adalah buruk, maka tidak menutup kemungkinan bahwa sebuah individu juga dapat berubah menjadi buruk karena terpengaruh, dan sebaliknya. Namun hal tersebut tidak selalu terjadi, karena tergantung pada masing-masing individunya juga. Maka dari itu pilihlah lingkungan sekitar yang baik untuk meminimalisir terjadinya sesuatu yang buruk.
4. Penggunaan Media dan Teknologi
Teknologi yang canggih saat ini sangat bermanfaat bagi banyak kalangan, serta lebih banyak dampak positif daripada dampak buruknya. Di zaman modern ini peran teknologi sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, tak terkecuali dalam kehidupan rumah tangga. Jika suatu teknologi digunakan dengan baik akan mendatangkan manfaat yang baik pula, seperti dipergunakan untuk menghubungi, menjalin tali silaturahmi dengan orang, saudara, bahkan pasangan yang berada jauh di perantauan.Â
Namun ada juga yang menggunakannya untuk bersenang-senang di sosial media, menghubungi orang yang tidak perlu, hingga berujung perselingkuhan. Hal tersebut sering terjadi, tak hanya pada pasangan muda saja, bahkan yang sudah tua pun banyak yang melakukannya, sehingga banyak hubungan yang kandas dan berujung pada perceraian.
Alasan penyebab perceraian
Alasan semuanya bermuara pada masalah ekonomi akhirnya, karena tidak mungkin mengirit, belum punya bekerja saja sudah ada pengeluaran terus menerus. Apalagi tidak ada pekerjaan tetap. Hal ini akan menjadi beban keluarga.
Pengaruh lingkungan terhadap keutuhan lembaga perkawinan. Sedangkan alasan perceraian yang terjadi antara lain: berdasarkan Daftar Cerai Gugat KUA Selogiri Tahun 2013 dari bulan Januari hingga September 2013 jumlah cerai gugat di KUA Selogiri sebanyak 19 kasus (Buku Pendaftaran Cerai Gugat KUA Selogiri Tahun 2013).
Adapun alasan perceraiannya sebagai berikut: Tidak tanggung jawab, Tidak memberi nafkah, Perselingkuhan, Perselisihan dan pertengkaran, Tinggal wajib, Belum dikarunia anak, Perselisihan dan pertengakaran, Meninggalkan kewajiban.Selain itu juga tradisi boro di Wonogiri juga mempengaruhi angka perceraian yang cukup tinggi, tingginya angka perceraian dari pihak perempuan memiliki korelasi geografis dan sifat masyarakat Wonogiri yang boro. Boro adalah pergi merantau ke daerah lain, seperti ke Jakarta atau kota-kota besar selama berbulan-bulan dan jarang pulang ke kampung halaman, atau merantau ke Luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) atau bagi perempuan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Dampak dan Akibat PerceraianÂ
*Anak menjadi korban
Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau mereka jadi lebih sering untuk menyendiri.
Anak-anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi sang anak agar membencinya.Â
Ini dapat mebuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk dalam masalah-masalah besar yang dihadapi ketika mereka remaja. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal negatif lain yang bisa merugikan.
*Dampak untuk orang tua
Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa takut anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih dengan pergunjingan orang-orang.
Beberapa orang tua dari pasangan yang bercerai akhirnya harus membantu membesarkan cucu mereka karena ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
*Bencana keuangan
Jika sebelum bercerai, suami sebagai pencari nafkah maka setelah bercerai Anda tidak akan memiliki pendapatan sama sekali apalagi jika mantan pasangan Anda tidak memberikan tunjangan. Atau jika pemasukan berasal dari Anda dan pasangan, sekarang setelah bercerai, pemasukan uang Anda berkurang.Â
Jika Anda mendapat hak asuh atas anak, berarti Anda juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya hidup dari anak Anda. Yang perlu diingat, setelah bercerai, umumnya banyak keluarga mengalami penurunan standar kehidupan hingga lebih dari 50 persen.
*Masalah pengasuhan anak
Setelah bercerai, berarti kini Anda harus menjalankan peranan ganda sebagai ayah dan juga sebagai ibu. Ini bukanlah hal yang mudah karena ada banyak hal lain yang harus Anda pikirkan seorang diri. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja yang penuh tantangan, Anda harus dengan masuk akal menjaga atau memberikan disiplin kepada anak agar dapat tumbuh menjadi anak yang baik.
Masalah lain dalam hal pengasuhan anak adalah ketika harus berbagi hak asuh anak dengan pasangan karena bisa jadi Anda masih merasa sakit hati dengan perlakuan mantan Anda sehingga sulit untuk bersikap adil. Hal-hal yang harus dibicarakan seperti pendidikan atau disiplin anak mungkin dapat menyebabkan pertengkaran karena tidak sepaham dan rasa sakit hati dapat membuat hal ini semakin buruk.
*Gangguan emosi
Adalah hal yang wajar jika setelah bercerai Anda masih menyimpan perasan cinta terhadap mantan pasangan Anda. Harapan Anda untuk hidup sampai tua bersama pasangan menjadi kandas, ini dapat menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar yang menyakitkan. Mungkin juga Anda ketakutan jika tidak ada orang yang akan mencintai Anda lagi atau perasaan takut ditinggalkan lagi di kemudian hari.
Perasaan lain yang mungkin dialami adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan kesal akibat sikap buruk pasangan. Anda juga mungkin merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi tempat Anda berbagi cerita, tempat Anda mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih saying. Serangkaian problem kesehatan juga bisa disebabkan akibat depresi karena bercerai.
*Bahaya masa remaja kedua
Pasangan yang baru bercerai sering mengalami masa remaja kedua. Mereka mencicipi kemerdekaan baru dengan memburu serangkaian hubungan asmara dengan tujuan untuk menaikkan harga diri yang jatuh atau untuk mengusir kesepian. Hal ini bisa menimbulkan problem baru yang lebih buruk dan tragis karena tidak mempertimbangkan baik-baik langkah yang dilakukan.
Solusi untuk mengatasi masalah perceraian
Perceraian bukanlah hal yang terbaik karena ada dampak-dampak buruk yang harus dihadapi. Walaupun perkawinan tampak hampir hancur, tidaklah baik untuk menghancurkannya dengan bercerai. Berpikirlah untuk mempertahankan perkawinan Anda demi anak dan keluarga.Â
Jika pasangan Anda tampaknya tidak baik atau tidak menyayangi Anda, cobalah komunikasikan hal ini dengan pasangan Anda dengan cara yang baik karena kebanyakan faktor perceraian karena kegagalan berkomunikasi. Hindari berpikir untuk berselingkuh karena hal itu akan memperburuk keadaan. Hal yang bisa dicoba adalah:
*Membangun Rasa Percaya
*Mau Berkompromi
*Mengutarakan Perasaan Pribadi
*Menjadi Pendengar yang Baik
*Belajar Memaafkan
*Menyusun Goals Rumah Tangga
*Memberi Ruang untuk Pasangan
*Menjadi Teman bagi Pasangan
Perceraian bukanlah jalan keluar terbaik. Sebelum bercerai pertimbangkan secara matang akibatnya hingga jauh ke depan. Banyak pengalaman menunjukkan bahwa perkawinan yang bermasalah masih bisa diselamatkan tanpa perlu bercerai.
Ditulis oleh
Riyan Azrul Ananda (222121052)
Jeni Elkana (222121059)
Septy Yunita Setiyani (222121077)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H