Mohon tunggu...
Wiranto
Wiranto Mohon Tunggu... Guru - Wiranto adalah Guru di SMAN 1 Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah. Penulis pernah menjadi Pengajar Praktik PGP Angkatan 4. Kini sedang menjadi Fasilitator PGP Angkatan 13. Penulis pernah mengikuti Program Short Course ke University of Southern Queensland, Toowoomba, Australia. Pemenang dan finalis beberapa lomba tingkat nasional, serta menulis beberapa artikel di surat kabar.

Hobi membaca dan menulis terutama cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membahagiakan Sekolah

29 Agustus 2020   22:29 Diperbarui: 29 Agustus 2020   22:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, bahagiakan kurikulum. Lihat India, negara yang menggagas dan menerapkan kurikulum kebahagiaan. Negara tersebut mencatat antara 2014 dan 2016 terdapat lebih dari 26.000 siswanya melakukan bunuh diri, sekitar 30 % di antaranya memutuskan bunuh diri karena gagal ujian. 

Menjawab aib pendidikan tersebut, kebijakan "Kurikulum Kebahagiaan" dijalankan oleh Pemerintah Delhi sejak Juli 2018 untuk anak-anak kelas satu hingga delapan. Lihatlah, betapa mengerikan dampak kurikulum yang tidak membahagiakan.

Belum ada data pasti mengenai jumlah angka bunuh diri anak didik yang murni disebabkan oleh ujian di Indonesia. Namun untuk membahagiakan kurikulum di negeri ini tak perlu menunggu bahkan satu nyawapun hilang karena ujian.

"Mengejar kebahagiaan sebagai tujuan fundamental manusia" sebagai resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011 harus kita upayakan. Pendidikan berkualitas dengan membahagiakan sekolah tak bisa lagi ditawar.

Pada tahun 2012, Program for International Student Assessment (PISA) telah memasukkan indikator kebahagiaan siswa dalam penilaian. Padahal mengacu  pada rilis PISA terbaru tahun 2018, Indonesia masih bertahan di papan bawah (Tohir, 2019).

Berdasarkan hasil tersebut, apakah siswa kita telah menemukan kebahagiaan di sekolah? Jangan malu tiru India, Kemendikbud bisa segera mengumpulkan para pakar maupun ahli pendidikan untuk merumuskan sebuah kurikulum yang membahagiakan.

Jelas sudah bahwa membahagiakan sekolah adalah membahagiakan Indonesia. Dari sekolah yang bahagia akan muncul generasi yang mampu berkopetisi dan juga beradaptasi dengan baik dengan segala perubahan kondisi. Generasi unggul nan bahagia inilah yang nanti akan membawa bendera kejayaan bangsa ini. Nah, siapkah kita membahagiakan sekolah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun