Nah ada kemauan ada jalan kan? Demikian juga gerakan sehari tanpa nasi di Kota Bekasi, walau baru berjalan untuk kantor pemerintah dan anak sekolah setidaknya wali kota sudah punya inisiatif dan memulai sebuah langkah yang berarti bagi kebiasaan makan nasi. Sehari tanpa nasi ini akan berhasil jika yang dikonsumsi pangan berbahan baku lokal bukan malah diganti mi dan roti. Mi dan roti gandumnya diimpor nanti tak beda dong dengan nasi yang berasnya impor!
Alasan lain untuk mengkonversi nasi putih adalah kesehatan. Ini kutipan artikel di Kompas di halaman Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Hasil penelitiaan terbaru menunjukkan, orang-orang yang makan 3-4 piring nasi putih sehari berpeluang mengidap diabetes tipe 2 dibandingkan dengan orang-orang yang makan 1-2 piring seminggu. Semakin banyak nasi putih dimakan, semakin  tinggi resiko diabetes tipe 2. Peneliti memperkirakan risiko diabetes meningkat hingga 11 persen jika masing-masing meningkatkan konsumsi nasi putih setiap hari. Peneliti dari Harvard School of Public Health di Boston. (Kompas)
Nah kalau sudah tahu ada keterkaitan kesehatan dengan konsumsi nasi putih kita yang berlebihan (sehari 3 piring itu termasuk berlebihan) apakah kita masih akan terus mempertahankan pola makan yang tak sehat ini?
Saya sudah menerapkan program mengurangi konsumsi nasi putih ini pada pola makan saya. Jika biasanya sehari 2-3 piring, sekarang sekali makan hanya 2-3 sendok makan saja. Kalau hanya ada nasi putih. Di hari lain saya sempatkan ke pasar untuk membeli nasi jagung. Nasi jagung seharga dua ribu rupiah cukup untuk makan sehari ( 3 kali makan).
Kali lain saya akan masak nasi beras merah yang lebih tinggi serat dan indek glikemiknya rendah dibanding nasi putih atau saya masak thiwul/leye. Beras merah dan thiwul ini dapat saya beli di pasar di penjual beras. Menurut si pedagang banyak orang yang membeli beras merah dan thiwul. Alasan mereka demi kesehatan. Trend yang baik untuk tubuh yang lebih sehat mau pun untuk penghematan devisa negara sehingga keuangan negara lebih sehat.
Wah ternyata apa yang kita makan di meja makan keluarga dapat berdampak tak hanya untuk kesehatan kita namun juga menyangkut devisa negara.
Yuk mari kita mulai mengurangi konsumsi nasi putih divariasikan dengan pangan lokal yang lebih sehat dan ekonomis!
Salam.
Sumber : Suara Merdeka
Kompas