oleh Bude Binda
Televisi masih terus menayangkan tentang rencana kenaikan BBM. Ada yang lumayan sejuk seperti TVRI, yang kritis dan bikin panas hati dan lelah pikiran seperti Metro TV dan TV One. Layar beling dijejali gambar demo dari yang paling anarkis, sarat kekerasan sampai yang sejuk karena ada gambar polisi membagi air mineral untuk pendemo. Bahkan ada foto perwira polisi yang sholat jadi imam dan makmumnya mahasiswa peserta demo.
Jejaring sosial tak beda, topik yang sedang seksi kenaikan harga BBM. Blog, koran juga sama.
Nah, masalahnya rakyat terbelah ada yang pro kenaikan harga bbm dan banyak yang kontra. Konon di Makasar bahkan telah terjadi bentrok antar anggota masyarakat. Kalau sudah begini apa manfaat bagi rakyat sampai bentrok berdarah-darah? Bukankah mestinya rakyat kompak dan bersatu. Walau pendapat tak sama tak perlu gontok-gontokkan.
Demo menentang kebijakan kenaikan harga BBM yang anarkis sebenarnya merugikan masyarakat. Pendemo yang katanya membela dan memperjuangkan rakyat jadi kontra produktif jika merusak karena rakyat justru tidak simpati. Bukankah demo bisa dilaksanakan dengan tanpa kekerasan dilakukan dengan aksi damai?
Suasana  di seantero kota-kota besar Indonesia menjadi tak damai lagi. Rakyat terusik ketenangannya. Sampai kapan? Apakah pemerintah tetap tak peduli dengan semua ini? Haruskah BBM tetap naik?
Mungkinkah esok ekonomi kita yang konon sedang dalam kondisi bagus tetap dalam performa semula?
Apakah adanya Bantuan Langsung Masyarakat Sementara tidak menimbulkan kecemburuan di akar rumput bahkan menyebabkan etos kerja turun? Mengapa tak dibuat saja program padat karya yang terbukti efektif di saat krisis ekonomi melanda tahun 2008 lalu? Dulu Jaring Pengaman Sosial dilakukan tidak langsung tapi dengan padat karya, ada proyek membersihkan jalan, memperbaiki jalan. Dampaknya masyarakat dapat bekerja memperoleh penghasilan dan jalan raya menjadi bagus juga bersih pinggir-pinggirnya karena diperbaiki dan dibersihkan.
Mengapa pemerintah seperti tumpul kreativitasnya dengan langsung membagi-bagi duit untuk rakyat? Bukankah ada 1001 cara memberdayakan ekonomi rakyat tanpa langsung memberi ikan tapi kail untuk mencari ikan.......
Ah, sebenarnya tinggal political willnya saja. Apakah pemerintah mau serius mengatasi kemiskinan atau justru memupuk kemiskinan dengan menggelontorkan begitu banyak fasilitas untuk orang miskin, yang tetap juga terpuruk belum beranjak dari kesulitan ekonomi.
Ayolah pemerintah., Presiden, para menteri, MPR DPR, pikirkan rakyat, berhenti memikirkan diri, keluarga, partainya saja. Stop mementingkan mempertahankan kursi kekuasaan dan sibuk bergincu dengan kosmetik yang hanya sekadar bunga-bunga kata (lips service) saja tanpa tindakan nyata.
Yang kami perlukan adalah tindakan, bukan ucapan. Yang kami rindukan terobosan bukan kelambanan. Yang kami inginkan ketegasan bukan kebimbangan. Yang kami mau koruptor segera diadili, hukum ditegakkan, rakyat disejahterakan lahir batin.
Semoga yang ada di atas sana peduli dengan harapan kami yang ada di sini, rakyat jelata yang perutnya lapar dan kurang gizi.
BUDE BINDA
Jumat, 30 Maret 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H