Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Rakyat Terpecah-belah Karena BBM?

30 Maret 2012   14:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

oleh Bude Binda

Televisi masih terus menayangkan tentang rencana kenaikan BBM. Ada yang lumayan sejuk seperti TVRI, yang kritis  dan bikin panas hati dan lelah pikiran seperti Metro TV dan TV One.  Layar beling dijejali gambar demo dari yang paling anarkis, sarat kekerasan sampai yang  sejuk karena ada gambar polisi membagi air mineral untuk pendemo. Bahkan ada foto perwira polisi yang sholat jadi imam dan makmumnya mahasiswa peserta demo.

Jejaring sosial tak beda, topik yang sedang seksi kenaikan harga BBM. Blog, koran juga sama.

Nah, masalahnya rakyat terbelah ada yang pro kenaikan harga bbm dan banyak yang kontra. Konon di Makasar bahkan telah terjadi bentrok antar anggota masyarakat. Kalau sudah begini apa manfaat bagi rakyat sampai bentrok berdarah-darah? Bukankah mestinya rakyat kompak dan bersatu. Walau pendapat tak sama tak perlu gontok-gontokkan.

Demo menentang kebijakan kenaikan harga BBM yang anarkis sebenarnya merugikan masyarakat. Pendemo yang katanya membela dan  memperjuangkan rakyat  jadi kontra produktif jika merusak karena rakyat justru tidak simpati.  Bukankah demo bisa dilaksanakan dengan tanpa kekerasan dilakukan dengan aksi damai?

Suasana   di seantero kota-kota  besar Indonesia menjadi tak damai lagi. Rakyat terusik ketenangannya. Sampai kapan? Apakah pemerintah tetap tak peduli dengan semua ini? Haruskah BBM tetap naik?

Mungkinkah esok ekonomi kita yang konon sedang dalam kondisi bagus tetap dalam performa semula?

Apakah adanya Bantuan Langsung Masyarakat Sementara tidak menimbulkan kecemburuan di akar rumput bahkan menyebabkan etos kerja turun? Mengapa tak dibuat saja program padat karya  yang terbukti  efektif di saat krisis ekonomi melanda tahun 2008 lalu? Dulu Jaring Pengaman Sosial dilakukan tidak langsung tapi dengan padat karya, ada proyek membersihkan jalan, memperbaiki  jalan. Dampaknya masyarakat dapat bekerja memperoleh penghasilan dan jalan raya menjadi bagus juga bersih pinggir-pinggirnya karena diperbaiki dan  dibersihkan.

Mengapa pemerintah seperti tumpul kreativitasnya dengan langsung membagi-bagi duit untuk rakyat? Bukankah ada 1001 cara memberdayakan ekonomi rakyat tanpa langsung memberi ikan tapi kail untuk mencari ikan.......

Ah, sebenarnya tinggal political willnya saja. Apakah pemerintah mau serius mengatasi  kemiskinan atau justru memupuk kemiskinan dengan menggelontorkan begitu banyak fasilitas untuk orang miskin, yang tetap juga terpuruk belum beranjak dari kesulitan ekonomi.

Ayolah pemerintah., Presiden, para menteri, MPR DPR,  pikirkan rakyat, berhenti memikirkan diri, keluarga, partainya saja.  Stop mementingkan mempertahankan kursi kekuasaan dan sibuk bergincu dengan kosmetik  yang hanya sekadar bunga-bunga  kata (lips service) saja tanpa tindakan nyata.

Yang kami perlukan adalah  tindakan, bukan ucapan. Yang kami rindukan terobosan bukan kelambanan. Yang kami inginkan ketegasan bukan kebimbangan. Yang kami mau koruptor segera diadili, hukum ditegakkan, rakyat disejahterakan lahir batin.

Semoga yang ada di atas sana peduli dengan harapan kami yang ada di sini, rakyat jelata  yang perutnya  lapar dan kurang gizi.

BUDE BINDA

Jumat, 30 Maret 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun