Saya ke Gumelem lagi. Belanja batik lagi. Menimba ilmu membatik dari Mas Suryanto, pemilik batik Tunjung biru yang ternyata ganteng.
Ke Gumelem kali ini bersama rombongan teman-teman Ibu guru di sekolah tempat saya mengajar ditambah 2 ibu guru SD yang mau gabung ke Gumelem.
Saat itu Jumat siang, 14 Oktober 2011.
Kami ke Gumelem naik mikrobus, perjalanan selama 1 jam lebih. Setelah bercanda sambil terkantuk-kantuk jam satu siang sampailah kami di Susukan, di gumelem Kulon rumah mas Yanto yang jadi ruang pamer dan tempat produksi batik Tunjung Biru.
Saya segera masuk melihat batik yang bagus, ke ruang sebelah yang ada beberapa pembatik sedang melakukan proses membatik dengan malam yang tampak panas mendidih. Segera pula ke ruang belakang yang kebetulan sedang ada proses pewarnaan dengan pewarna alami.
Saat jumpa dengan Mas yang masih muda, berkulit putih saya bertanya " Mas Yanto ya?". "Ya, Bu".
Saya pun memperkenalkan diri sebagai wartawan blogger....ha...ha...bangga banget kalau mengeluarkan alat tulis sambil bilang wartawati! Ehem wartawan itu cita-cita saya yang terpendam dan jadi kesampaian karena ada Kompasiana.
Mas Yanto ternyata sangat ramah dan terbuka , mau menjawab pertanyaan saya, tentang batik mau pun tentang hal yang nggak penting banget seperti begini " Mas kok masih singgel? Seperti apa sih perempuan idealnya Mas?". Jawabnya "Lho kan contohnya ada di depan saya, ya Ibu yang bertanya!"....ha....ha...kena deh.
Baiklah untuk pertanyaan yang serius ini nih hasil catatan saya. Tunjung Biru didirikan tahun 2005. Sempat ikut pameran Inacraft di Jakarta, tahun 2006 pameran di Serayu Ekspo di alun-alun Banjarnegara. Booming saat batik dijadikan pakaian dinas PNS dan pegawai non PNS tahun 2005-an . Saat ramai omsetnya satu bulan mencapai 100 juta rupiah. Namun akhir-akhir ini sepi karena harga jualnya naik disebabkan bahan baku kian mahal. Dulu selembar batik tulis dijual 100 ribu, sudah untung 20 ribu. Sekarang dijual Rp100.000,00 malah rugi. Disaat menurunnya omset ini sebulan kurang lebih omset 20 juta rupiah.
Tunjung Biru karyawannya 150 orang. Jika tekun membatik dari pagi sampai sore bahkan lembur satu bulan bisa berpenghasilan satu juta. Namun yang membatiknya sambilan ya sekitar Rp300.000,00 saja satu bulan.
Tunjung biru juga membuat batik dengan pewarna alami. Satu helai kain batik tulis dengan pewarna alami dihargai Rp250.000,00. Justru batik pewarna alami yang warnanya kalem/soft disukai pasar luar negeri karena termasuk eco labelling atau bersahabat dengan alam alias ramah lingkungan.
Ada dua kain sedang dijemur dalam proses pewarnaan alami dengan daun kangkungan  , warnanya hijau kecoklatan.
Pada dasarnya proses membatik ada beberapa tahap ; membuat pola, membatik, mewarnai, membersihkan lilin dari kain. Itu proses sederhananya. Jika pewarna alami, bisa memakan waktu seminggu untuk mencelup ke warna, ke air penguat ( air kapur sirih) ke rebusan pewarna alami lagi dan seterusnya. Pewarna alami antara lain; daun kangkungan, sabut kelapa, secang.
Motif batik ada 3 macam, tradisional seperti kawung, sido mukti, parang. Khas Banjarnegara misal : candi Dieng, Banjarnegara gilar-gilar, salak. Kontemporer seperti Lahar Merapi , bola dan lain-lain sesuai hal yang sedang terjadi dan populer.
Nah setelah panjang lebar wawancara waktunya untuk belanja! Dasar ibu-ibu , merek heboh memilih karena bingung banyak pilihan bagus-bagus jadi mau pilih yang mana nih?
Saya yang sudah pernah ke Gumelem sebelumnya segera mencari kain batik yang dulu saya taksir. Kain batik tulis ini warnanya coklat kehitaman namun corak bunga dan burungnya sangat halus . Saya jatuh cinta pada kain ini yang ternyata harganya Rp250.000,00. Setelah ngotot menawar akhirnya dilepas dengan harga 200 ribu saja.
Belum cukup satu saya milih satu kain lagi dengan motif bunga dan daun warna merah menyala. Sangat menarik mata! Harganya Rp120.000,00 , nggak bisa ditawar lagi. Ditambah satu kemeja untuk suami seharga 150 ribu, saya menawar lagi akhirnya bisa dapat korting 10 ribu, lumayan.
Demikianlah setelah sibuk memilih, menawar, membayar kami berpamitan pada Mas Yanto dan karyawannya. Meninggalkan kehebohan yang tidak mengejutkan lagi, karena sering disinggahi rombongan ibu-ibu yang ya sama saja, heboh!
Batik sudah saya masukkan ke penjahit langgananan, tingggal menunggu jadi baju yang cantik!
NB: Batik Tunjung Biru di Gumelem Kulon, Susukan, Banjarnegara +- 35 km dari kota Banjarnegara ke arah barat (arah Banyumas lama).
Banjarnegara, Sabtu 15 Januari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H